11. Truth or Dare

137 16 3
                                        

Tidak mudah untuk kabur dari keluarga Jeiden. Chaerra harus dihadapkan pada situasi hangat dan dingin di satu waktu yang membuatnya semakin canggung. Sejak pagi, gadis itu mencoba mencari alasan, sampai akhirnya harus mengirimkan pesan pada grup chat khusus anak-anak cewek XI-IPA5 untuk mengadakan acara menginap bersama. Alasan itu berhasil membuat Chaerra kabur setelah makan siang dilangsungkan, ia bisa pulang dan berakhir di kamarnya sendiri setelah puas menyiksa Jeiden di dalam mobil entah dengan jambakan atau tamparan di lengan atas pemuda itu.

Jam di sisi ranjang sudah menunjukkan pukul 22.30 ketika tiga gadis itu masih melingkar di atas karpet bulu saling terkekeh, mengatai satu sama lain. Chaerra menggelung asal rambutnya yang kini mulai panjang, Senya di sisinya menekuk lutut lemas sendiri karena terlalu banyak tertawa, dan Chacha di sisi lain masih terbahak kencang dengan rambut panjang bergelombang yang diikat rendah. Walaupun sudah kehilangan anggota lain, karena Lia, Eli, dan Arina sudah terlelap di atas tempat tidur dengan nyenyak, ketiganya sama sekali tidak kehilangan topik.

”Lo deh, Nya. Kok bisa dengan goblok lo mau jadi pacarnya William?” tanya Chacha di sela-sela tawanya. ”Padahal tampangnya William persis jamet nyabu.”

Chaerra tak dapat menyembunyikan kekehannya. ”Mana bongsor banget lagi, lo samping dia tuh kayak bunga ketemu pohon.“

”Matanya dia kan tipikal yang tajem banget gitu, hidungnya bangir banget, mana wajahnya kadang teges banget, lo apa gak takut? Ya walaupun dia tengil, tapi tetep aja tampangnya tampang preman.“ Chacha menyambung lagi belum puas.

”Ditambah dia bestienya sama Jeiden, virus playboy tuh nular lho, Nya.”

”Stop anjir!” Senya mendorong bahu Chaerra dan Chacha bersamaan dengan masing-masing tangannya. ”Ini mah bukan TOD namanya, lo berdua lagi kongkalikong bikin gue putus sih ini namanya.”

Chaerra dan Chacha sama-sama bertos ria, antara senang dan puas. Lagipula, masih sangat aneh bagi mereka mengetahui banyak yang mulai menjalin hubungan di dalam kelas. Mulai dari Senya dan William, lalu disusul oleh Lia dan Hessa, berikutnya bisa jadi Arina dan Arjuna. Walaupun rasanya akan tetap saja, tapi tak ada yang tau bagaimana jika mereka putus di saat masih belum kelulusan kan? Karena dari kelas XI ke kelas XII tidak akan ada lagi pembagian kelas yang berbeda, mereka akan berada di kelas yang sama sampai ujian akhir SMA dan resikonya akan lebih besar jika putus.

”Lo yakin banget ya Nya sama William?” tanya Chaerra berubah serius. ”Like, why? Cuman gara-gara kalian sama-sama hobby main game, sama-sama tertarik satu sama lain, atau cuman karena ada di kelas yang sama?”

”Semuanya sih,” jawab Senya ringan, ”udah ah jangan bahas gue sama William.”

”Tapi ada di satu kelas tuh beneran bisa bikin jatuh cinta gak sih?” timpal Chacha merubah nada bicara jadi lebih kalem. ”Bener kata Hessa, kemungkinan barengnya tuh lebih besar.”

”Kemungkinan bosennya juga lebih besar,” tambah Chaerra realistik, ”kemungkinan putus terus jadi canggungnya juga lebih tinggi, kemungkinan buat-”

”Stop Chaerra stop! Hubungan gue sama William dipertaruhkan di sini!”

Suara tawa pelan Chaerra dan Chacha membuat bibir penuh Senya mengerucut kesal. Botol air di antara mereka kembali berputar seolah belum puas walau sudah hampir tengah malam. Chacha mulai menguap dengan mata berair, begitupula Senya, namun botol yang sejak tadi belum mengarah pada Chaerra membuat keduanya masih merasa kurang.

Beruntungnya mereka begitu ujung botol mengarah tepat pada Chaerra.

”Truth or dare?” tanya Chacha cepat masih bersemangat walau sudah amat sangat ingin menutup mata.

Hi... BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang