24. My Boyfriend

132 15 4
                                    

Jeiden

Gue tungguin depan Ruang Dance.

Chaerra yang baru saja mengganti pakaiannya segera merubah ekspresi menjadi malas. Gadis itu membalikkan tubuhnya menatap jendela-jendela yang menghiasi ruangan. Mata bulat Chaerra segera dapat menangkap sosok menjulang Jeiden sudah berdiri, tampak menyapa ramah beberapa orang yang lewat, entah laki-laki maupun perempuan.

Chaerra jadi curiga pemuda itu punya daftar nama beserta foto seluruh siswa SMA Garuda sampai-sampai ia mengenal dan di kenal seluruh orang yang menghuni gedung SMA.

”Guys, gue izin pulang dulu ya.”

Beberapa anggota dance yang masih bertahan di ruangan mengangguk ringan dengan sebuah lambaian. Ini sudah jam 14.32 WIB, dan sebenarnya latihan dance tiap Jumat sudah selesai beberapa jam lalu. Tapi karena beberapa orang termasuk Chaerra akan tampil dalam salah satu event acara dance di hari Minggu, mereka setuju menggandakan agenda latihan.

”Rok baru?”

Pertanyaan yang Jeiden lontarkan begitu tubuh Chaerra keluar dari ruangan seperti sebuah komentar tidak penting yang membuat Chaerra langsung kehilangan mood-nya. Pemuda itu seolah sudah menyiapkan cibiran hanya dengan bertanya seperti itu. Chaerra segera menghela nafas panjang, merunduk melihat penampilannya dengan kaos putih yang dimasukkan ke dalam rok setengah paha dengan model skort yang memiliki perpaduan warna biru dan kuning serta sneakers putih.

”Lo kayaknya hafal banget apa yang gue pakai, sampai rok baru aja lo tau,” balas gadis itu sebelum mendapatkan cibiran dengan langkah mendekat.

”Gak kurang pendek tuh?”

Benar kan dugaan Chaerra. Apalagi dengan tatapan tajam pemuda itu yang memandangnya begitu rendah, layaknya Chaerra adalah makhluk hina yang tengah menghadap raja. Gadis itu menggeleng kecil, berdecak dengan wajah ikut kesal. Awalnya ia hanya berniat melempar pandang pada Jeiden, tak berniat beradu mulut di luar Ruang Dance yang masih dilewati banyak siswa, tapi pemuda itu yang tak segera menyingkirkan pandangannya membuat Chaerra jengkel sendiri.

”Ini tuh udah normal size,” kata gadis itu membela diri. ”Lihat! Bagian pinggangnya aja masih harus gue jepit!” lanjut Chaerra membalikkan tubuh, menunjukkan bagian belakang roknya yang kebesaran di bagian pinggang.

”Kan bisa lo kecilin kalau ambil yang size besaran dikit.”

”Ribet,” sahut gadis itu cepat, ”lagian gue pakai daleman celana pendek kok.”

”Bukan masalah lo pakai daleman celana pendek atau enggak,“ ujar Jeiden masih sedikit tak terima, ”tapi lo kayak pamer paha tau gak?“

”Lah, emang iya.” Chaerra mengangguk saja, semakin menantang dengan memutar tubuhnya berlagak di depan Jeiden. ”Kaki gue, proporsi, sama bentuk badan gue bagus. Sayang dong kalau gak dipamerin.”

”Songong ya lo. Pantes aja Tuhan gak ngasih lo muka secantik Katharina atau Arina. Kalau dikasih wah, udah jual diri kalik lo Chaer.”

Niat awal Chaerra yang ingin membuat pemuda itu semakin kesal justru berbalik begitu saja. Apalagi dengan Jeiden yang menyebutkan dua orang paling cantik di angkatan mereka dan pernah pemuda itu kejar-kejar dulu. Gadis itu semula ingin mengangkat tangannya, memukul lengan Jeiden, tapi mengulang kembali kalimat terakhir pemuda itu membuat Chaerra jadi menyunggingkan senyum.

”Gue open BO sekarang juga laku keras kalik, mau nyoba?”

”Bangsat!” umpat Jeiden pada akhirnya, menoleh panik ke sekitar sebelun membekap mulut Chaerra cepat. ”Kalau ada yang denger terus ngira lo open BO beneran gimana nyet anjing?” maki pemuda itu berturut.

Hi... BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang