11. The Biggest Fear

130 94 122
                                    

Seorang pria bermantel hitam berlari menerobos hujan di tengah malam. Tubuhnya basah kuyup begitupun dengan pakaiannya. Namun sesuatu yang ada di dekapannya ia jaga untuk tak terkena setetes pun air hujan. Ia terus berlari dan sesekali menengok ke belakang. Hingga ia melihat sebuah gerbang yang terbuka di salah satu rumah yang ia lewati.

Tanpa berpikir panjang ia masuk kedalam sana dan mengetuk pintu utama yang ia lihat.

Tok-tok-tok

Ia terus mengetuk, tiga, enam, sembilan kali ia belum mendapati seorang pun yang membukakannya pintu. Ia hendak kembali menyambung langkah namun ia urungkan saat gagang pintu itu terbuka dari dalam. Sepasang suami istri menampakkan diri dengan wajah lusuhnya.

" Tolong aku, ku mohon.... Tolong jaga dia " mohon pria berambut pirang tersebut.

Sepasang suami istri tersebut hanya menatap bingung ke arah sang lelaki yang kini terus menggumamkan kata tolong.

" Apa yang bisa kami bantu tuan? " Tanya sang suami.

" Tolong jaga dia, kumohon " pria asing itu menyodorkan keranjang yang ia dekap.

" Aku akan mengambilnya nanti jika ia sudah dewasa sir, tapi tolong jaga dia baik-baik... Ku mohon " pinta pria itu.

Sang suami nampak enggan menerima keranjang tersebut namun pria itu memaksa.

" Tolong jaga dia. " Ujarnya sebelum melarikan diri.

Sepasang suami istri itu hanya memandang kepergian lelaki misterius tersebut dalam diam. Mereka menatap ke arah pria ia berlari menerobos hujan, bayangan hitam tak lama mengikuti kepergian sang pria yang terus berlari.

" Apa isinya? " Tanya sang istri penasaran setelah membawa keranjang itu masuk ke dalam rumah.

" Entahlah " dengan rasa penasaran yang tinggi akhirnya mereka membuka penutup keranjangnya dan juga kain yang menutupinya.

" Bayi?! " Pekik mereka bersamaan.

Bayangan lain muncul menggantikan kilasan memori itu menampakkan seorang balita berambut pirang keemasan dengan manik biru cerah nampak tertawa saat sang ayah mengajarinya menaiki sepeda. Raut wajahnya nampak antusias begitupun dengan pria yang memeganginya di belakang.

" Ayo kau bisa nak "

" Hahahaha...haha... " Tawa riang itu menghiasi pendengaran kedua orang tua yang nampak sangat bahagia tersebut. Sang ibu terlihat menonton di kursi taman dan sesekali melontarkan seruan untuk menyemangati putranya.

" Ayo anak Eomma pasti bisa " serunya.

Bayangan lainnya kembali muncul saat yang satu telah memudar. Seorang balita nampak terbaring lemah di atas ranjang pesakitan. Wajahnya pucat pasi dengan kelopak mata yang terus tertutup rapat.

" Hiks... Hakkie, bertahan ya nak... Eomma akan berusaha menyembuhkanmu " gumam sang ibu sembari mengusap lembut surai pirang putranya.

Bunyi mesin elektrokardiografi tiba-tiba terdengar melengking mengisi kesunyian ruang rawat intensif kala tubuh yang tadi ia sentuh tiba-tiba mengejang. Beriringan dengan grafik pada layar monitor berubah lurus.

" Hakkie.... Bangun nak, bangun h-Hakkie... Hakkie... Hhhhh Hakkie!! Bangun!! " Gumam sang dokter mengguncang tubuh kecil putranya. Tak ada respon apapun, tubuh itu tetap lemah sekalipun ia merengkuhnya dengan kuat.

The Lost Prince(ss)  ✿ONEUS✿ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang