39. A Lie

70 34 25
                                    

"Bagaimana bisa kau minum saat tau kalau tubuhmu menunjukkan penolakan besar terhadap alkohol Hakkie? Apa kau berniat menyiksa dirimu sendiri? Apa yang kau pikirkan?" Lontaran kalimat panjang tersebut mengiringi derai air yang mengalir ke dalam baskom. Tangan lihainya yang semula memeras sapu tangan kini beralih menyibak surai pirang milik putranya. Bibirnya terus menyuarakan omelan panjang sedari ia masuk ke dalam bilik tersebut, walaupun agaknya lelaki yang ia ceramahi sama sekali tak mendengarkan.

Eunha menghentikan omelan panjangnya saat mendapati ringisan pelan dari sang anak. Menghentikan perkataannya dan memilih fokus pada putranya yang nampak tidak nyaman. Pria itu nampak bergerak-gerak asal dan sesekali melenguh panjang kala rasa sakit kembali menderai tubuh. Eunha membantunya yang hendak bangkit dan membimbing tubuh itu untuk bersandar penuh padanya, membiarkan sang anak memuntahkan isi perutnya entah untuk yang keberapa kalinya.

"Soohyun-ah! Bisa tolong ambilkan selimut baru di lemari?" Pinta Eunha pada suaminya yang sedari tadi hanya memperhatikan dirinya dari kejauhan.

"Tidak ada Eunha-ya, itu selimut terakhir yang kudapat dari sana."

"Kalau begitu bisa ambilkan di kamar tamu? Aku menaruh satu di sana."

"Baiklah tunggu sebentar,"

"Sudah?" Tanya Eunha yang hanya dijawab dengan sebuah anggukan pelan nan lemah. Dengan sangat perlahan Eunha kembali membaringkan tubuh lemas Leedo ke atas ranjang, menyingkirkan baskom muntahan sang anak dan menyibak selimut yang menutupi tubuhnya. Ia juga menyempatkan diri menyeka cairan bening di sekitaran mulut dan dagu Leedo sebelum pada akhirnya ia melanjutkan omelannya.

"Eomma tidak suka melihatmu seperti ini. Kau tau? Sudah ribuan kali Eomma mengatakan untuk jauhi minuman beralkohol, tapi kenapa kau sulit sekali diperingatkan? Apa kau suka membuat Eomma khawatir seperti ini eoh? Kau senang melihat Eomma mengkhawatirkanmu?" Tutur Eunha, walau omelannya tak berhenti berang sedetikpun, ia tetap merawat putranya dengan baik. Membenarkan posisi kain kompresnya yang sedikit melorot dari atas dahi. "Kau pasti kedinginan." Tambahnya setelah menyadari gemeletuk gigi yang terdengar samar. Tanpa pikir panjang Eunha segera melepas kardigan hitam yang ia kenakan, membalutkannya pada kaki jenjang Leedo yang tak tertutupi apapun. Lelaki itu hanya mengenakan celana pendek tanpa atasan. Kain kompres menempel nyaris di sekujur tubuhnya, mulai dari dahi, lipatan lengan, dada atas bahkan hingga perut bawahnya. Terakhir kali Eunha mengecek, suhu tubuhnya naik hingga angka 39,7° yang mana mengharuskan sang ibu melepas hampir semua pakaian yang melekat padanya. Hati Eunha ikut berdenyut nyeri melihat keadaan putranya yang jauh dari kata baik.

"Bukan tanpa alasan Eomma memintamu menjauhi alkohol, kau selalu seperti ini setiap kali menyentuh minuman itu tapi kau nakal Hakkie. Kau melanggar perintah Eomma." Eunha masih melanjutkan omelannya yang mungkin tak akan berakhir sampai Leedo benar-benar pulih seperti sedia kala.

Seorang ibu mana yang tak akan marah jika putranya melakukan tindakan bodoh yang bisa saja membahayakan dirinya sendiri? Eunha rasa semua ibu pasti akan bertindak sama sepertinya. Sungguh demi apapun jantungnya masih berdetak tak beraturan. Pagi-pagi sekali ia mendapati kabar jika putranya tidak enak badan dan pesan singkat dari teman putranya yang mengatakan jika Leedo baru saja minum di sebuah resto bersama mereka. Kekhawatirannya tak hanya sampai disitu tapi berpuncak pada situasi di mana ia mendapati sang anak meringkuk kesakitan di atas ranjang, dengan tubuh menggigil serta panas tubuh yang melebihi ambang normal.

"Mian..." Satu kata singkat nan lirih tersebut akhirnya membawa Eunha kembali dari lamunannya. Membuatnya segera mengalihkan tatap pada sang anak yang ternyata juga menatapnya.

"Ne?"

"Mian... Eomma pasti sangat khawatir, maaf sudah membuat Eomma khawatir seperti ini." Ucap Leedo susah payah. Suaranya yang pelan sedikit tercekat berkat tenggorokannya yang sakit setelah ia gunakan untuk muntah berkali-kali. Eomma nya bahkan harus mendekatkan diri padanya agar bisa menangkap perkataannya yang tak lebih keras dari hembusan nafas.

The Lost Prince(ss)  ✿ONEUS✿ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang