12. Beat of My Chest

142 94 170
                                    

Aroma lezat menguar dari arah pantry apartemen Leedo. Sang empu sudah berkutat dengan alat dapur sejak tiga puluh menitan yang lalu. Hanya dengan mengenakan kaus tanpa lengan dan juga celana pendek ia mondar-mandir di dapur, meracik bumbu dan memasak sebuah hidangan sederhana. Entah mengapa ia tiba-tiba ingin bangun pagi dan memasak, padahal biasanya ia akan bangun siang dan memilih sarapan di luar. Mungkin karena kehadiran Lorytta ia jadi merasa bertanggungjawab untuk mengurus gadis itu.

Ia melirik sekilas ke arah ruang tengah, siapa tau gadis berdarah biru itu sudah bangun. Semalam setelah perbincangan mereka di balkon, Leedo menyuruh Lorytta untuk tidur di kamarnya karena kamar satunya lagi belum dibereskan. Sedangkan ia memilih untuk tidur di ruang tengah. Sebenarnya ia benci tidur di sofa karena tak sampai separuh dari tubuhnya yang muat di sana. Ia harus meringkuk seperti seekor kucing, memaksakan tubuh besarnya agar bisa muat di sofa itu. Dan paginya ia akan merasa seluruh tubuhnya terasa remuk karena tidur dalam posisi yang sama sepanjang malam.

Fokusnya teralihkan saat dering ponsel terdengar oleh telinganya. Tanpa melihat siapa yang menelponnya ia segera menggeser panel hijau dan menempelkannya ke telinga kanan.

" Ah, Ne Eomma waeyo? " Tanyanya saat mendengar suara yang familiar dari seberang telepon.

" Tidak, aku tidak ada kelas hari ini. Kenapa? " Leedo mencapit ponselnya diantara telinga dan pundak sedangkan tangannya sibuk mengaduk nasi dalam wajan.

" Eomma hanya merindukanmu, bisa kau pulang dan menginap di rumah nanti? " Tanya wanita itu. Nada bicaranya nampak penuh harap.

" Emm itu... Bisa saja, hanya saja aku masih ada beberapa tugas ".

" Eum kalau begitu biar Appa dan Eomma yang menginap di apartemenmu bagaimana? ".

Leedo terkejut saat eomma nya mengatakan itu. Ia melirik sekilas ke arah Lorytta yang kini berjalan menghampirinya sembari mengucek mata, nampaknya nyawa gadis itu masih belum terkumpul sepenuhnya.

" Selamat pagi Leird " sapa Lorytta.

Leedo melototkan matanya saat mendapati gadis itu menyapanya dengan polos.

" Hakkie? Apa Eomma baru saja mendengar suara perempuan? Kamu dimana nak? ".

" Eoh? Tentu saja aku di apartemen eomma, itu..... Suara TV, sepertinya aku memasang volume terlalu keras. " Dalih Leedo. Ia memberi kode Lorytta untuk diam.

" Diamlah sebentar " ucap Leedo tanpa suara, telunjuknya ia tempelkan di bibir dan beruntung Lorytta langsung menangkap maksudnya.

" Jadi bagaimana? ".

" Bagaimana apa eomma? " Tanya Leedo tak mengerti.

" Eomma dan Appa akan menginap di apartemenmu nanti, apa kau keberatan? " Ulang Eunha.

" Aah, sebenarnya tak masalah. Hanya saja aku takut kalian kelelahan. Appa pasti lelah sepulang bekerja begitupun dengan Eomma, pasti kalian kelelahan kalau harus menyusulku ke apartemen " jeda sepersekian detik, " aku akan menginap di rumah saat weekend kalau eomma tak keberatan? ".

" Sebenarnya eomma sudah terlanjur merindukanmu, tapi baiklah. Eomma mengerti. ".

Leedo menghela nafas lega setelah mendengar penuturan eomma nya.

" Tapi berjanjilah pada eomma untuk benar-benar menginap dirumah. "

" Ne eomma, aku janji ".

" Sudah dulu ya Hakkie, eomma harus berangkat ke rumah sakit sekarang. "

" Ne eomma, hati-hati. Sampaikan pada Appa untuk tidak bekerja terlalu keras. Eomma juga.  ".

The Lost Prince(ss)  ✿ONEUS✿ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang