48. He's come

70 31 310
                                    

Tatapan kosong menyorot sayu dari manik mata Eunha yang begitu sembab. Pancaran kekhawatiran dan ketakutan begitu kuat terasa memenuhi netra, menjadikannya seakan mampu menghipnotis orang yang melihatnya guna merasakan kesedihan yang ia rasa.

Soohyun yang melihat istrinya  termangu duduk di atas tempat tidur berangsur mendekat, dan menghela nafasnya lagi setelah melihat apa yang tengah istrinya itu lakukan. "Eunha-ya, sudah kukatakan buang saja surat dan buku itu, dan berhentilah menangisinya. Semuanya akan baik-baik saja, percaya padaku," ujar Soohyun pada sang istri.

"Hiks..." Eunha sama sekali tak mempedulikan keberadaan suaminya, hingga pria yang sudah ia nikahi puluhan tahun silam itu mengambil posisi duduk di sampingnya dan ikut melirik ke arah secarik kertas yang ia pegang.

Terimakasih atas kebaikan kalian selama ini, yang dengan murah hati mau membesarkan titipan itu. Sekarang waktu yang saya janjikan semakin dekat, dan saya akan mengambilnya sesuai dengan janji yang saya buat kala itu. Mohon kebersediaan anda untuk mengatakan yang sebenarnya padanya sebelum waktu itu tiba. Atas segala upaya yang kalian lakukan guna membesarkannya, saya sangat berterimakasih. Kusampaikan hormat tertinggi atas jasa anda sekalian.

Tertanda

__________
Marquis of Abbey
Blair Steward

Soohyun meraih paksa secarik kertas usang dengan tinta biru yang membentuk berbagai tulisan di atasnya, meremasnya dan menjauhkannya dari jangkauan sang istri saat isak tangis yang keluar semakin terdengar jelas memenuhi rungu.

"Bagaimana kalau suatu hari pria itu benar-benar datang dan mengambil Hakkie dari kita Soohyun-ah? Apa yang akan kulakukan? Hiks... aku tidak bisa membayangkan hal itu terjadi," gumam Eunha di sela isak tangisnya yang kembali pecah. "Aku tak akan sanggup kehilangan dia untuk kedua kalinya Soohyun-ah, tak sanggup hiks... aku tak akan bisa hidup tanpa putraku."

"Eunha-ya-..."

"Bagaimana jika pria itu bukan ayah kandung Hakkie? Bagaimana jika pria itu sebenarnya jahat dan ingin mencelakainya? Bagaimana kalau nantinya-..."

"Cukup Eunha! Cukup!" Soohyun menyela kalimat tanya beriringan tangis yang Eunha lontarkan dan menarik paksa istrinya untuk ia dekap.

"Hiks... Soohyun-ah."

"Aku tau kau takut, tapi tak ada gunanya kau terus menerus menangis seperti ini. Kita tak akan kehilangan Hakkie dan putra kita selamanya akan bersama kita. Percaya padaku," Soohyun berusaha menenangkan Eunha yang masih terus terisak di dadanya, mengelus lembut punggung bergetar itu guna meredakan sedikit tangisnya yang terdengar pilu.

Ia tau, teramat tau seberapa takutnya untuk kehilangan putra yang telah mereka besarkan sedari lama. Rasa sedih dan cemas memang tak terelakkan, namun sekuat tenaga ia berusaha menahannya untuk sang istri. Ia tak ingin wanita kesayangannya itu kian hancur karena dirinya yang tak mampu menjadi sandaran kuat untuk kesedihannya.

"Apa yang harus kita lakukan Soohyun-ah?" dengan suara lemah Eunha kembali bertanya, berharap suaminya memberi cara agar ia tak akan terpisah dengan putranya.

"Aku tak tau Eunha-ya. Aku tak tau... yang ku tau mungkin ini memang sudah saatnya untuk kita mengatakan yang sebenarnya."

Air mata kembali menggenang di pelupuk mata Eunha tatkala mendengar kalimat itu keluar dari belah bibir suaminya. Ia tak siap, tak akan pernah siapa untuk membongkar rahasia besar itu di depan Hakkie nya.

The Lost Prince(ss)  ✿ONEUS✿ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang