13. A Letter from Blair

150 103 150
                                    

Hawa dingin mencekam melingkupi ruangan gelap milik sang Marquis, sejalan dengan aura kematian yang nampak menguar di sekitar tubuh tegapnya. Tatapannya nyalang, menyorot tajam pada secarik kertas yang baru saja ia telisik isinya.

Teruntuk : Marquis of the Glengask Castle

Sudah lama sekali Ran semenjak aku pergi dari Highlands, apakah semuanya masih sama seperti dulu? Aku yakin kau tak akan mau repot-repot menjawab pertanyaan itu untukku.

Aku tau mustahil untukmu tak mengenaliku, tapi kalau kau memang sudah lupa maka dengan senang hati aku akan mengingatkanmu. Aku adalah putra dari seorang Baroness yang menikahi pangeran Edward. Apa kau masih mengingatnya? Aku yakin ingatanmu tak mungkin setumpul ikan emas, jadi kuanggap kau masih mengingat namaku.

Aku tak ingin memperpanjang surat ini, jadi aku akan langsung pada intinya saja.

Well, apa kau masih ingat dengan ramalan dari para sassannach inggris yang begitu akurat itu brathair? Kau pasti sudah tau kemana topik ini akan berlabuh. Ya, ini tentang takdir itu... Seberapa keras pun kau mencoba mengubahnya Ran, mereka pasti akan kembali. Walaupun kau sudah berusaha menyingkirkan aku dan juga Leonard sejauh mungkin kau masih belum bisa memastikan apakah benar takdir itu tak akan terulang kembali atau tidak.

Ran, aku tau kau hanya ingin melindungi Lorytta. Aku pun begitu, seorang ayah mana yang tak akan menderita jika harus kehilangan anak yang sudah ia besarkan berulang kali? Aku pun merasa demikian. Tapi jika memisahkan mereka adalah hal yang bisa kita lakukan guna menghindari takdir itu apa kau yakin itu adalah hal yang benar untuk dilakukan?

Sekeras apapun kau mencoba menghindari takdir itu, kau tak akan bisa lari Ran. Mereka sudah menemukan satu sama lain. Bukankah kau sudah mengetahui itu? Aku hanya ingin memberitahumu bahwa Lady Lorytta MacLawry sekarang aman bersamaku. Jadi kau tak perlu khawatir. Dan kuharap berita ini bisa menjadi bahan pertimbanganmu guna membatalkan segala rencana yang kau susun demi menghindari takdir itu. Ingat Ran, aliran sungai pasti akan menemui ujungnya pada hilir yang mengarah ke laut lepas. Dan kau tak akan mampu membendung aliran itu dengan tangan kosong.

Surat itu diakhiri dengan tulisan angka '2023' yang sengaja di tulis dengan ukuran yang jauh lebih besar dari yang lain, dan juga bubuhan garis bawah yang semakin menonjolkannya.

Dengan tangan yang masih setia bergetar Ranulf memegang secarik kertas yang berisikan barisan kata itu. Walaupun ia berusaha untuk menyangkal segala praduga hatinya kembali di porak-porandakan hanya dengan membaca secarik kertas yang dibawakan oleh pengantar surat. Pertahannya runtuh begitu saja hingga air matanya mengalir membasahi pipi hingga rahangnya, menganak sungai dan jatuh tergesa-gesa.

" Brengsek " umpatnya dengan suara tertahan. Hanya satu kata itu yang sanggup ia utarakan saat ini, ditengah kegelisahan hatinya yang kian terasa mencekik raga sebuah kenyataan lain menamparnya begitu keras.

Ia benar-benar merasa gagal, ia hanya ingin melindungi putrinya namun mengapa justru semua ini terasa begitu sulit? Apakah ia benar-benar sudah gagal? Ranulf sendiri tak tau bagaimana posisi yang tepat untuk menggambarkan keberadaannya saat ini.

" Putriku... Lorytta, kenapa kau memakai pakaian pelayan ini Lass? Apa Emmy tak memberimu gaun? " Kalimat tanya yang sayup-sayup ia dengar dari balik pintu seketika membuat Ranulf semakin terpukul oleh keadaan.

Istrinya pasti tengah berhalusinasi kembali akan kehadiran pelayan yang ia anggap sebagai putrinya. Ya, memang separah itu keadaan dari seorang Catriona MacColl setelah hari dimana sang Lady menghilang. Ia nyaris gila, atau bahkan sudah dapat di katakan gila karena duka yang masih terus bersarang dalam benaknya.

The Lost Prince(ss)  ✿ONEUS✿ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang