45. Morning Cuddle

41 13 12
                                    

"Chaa selesai." Eunha meletakkan tangan kanan Leedo yang sudah terbalut perban di atas paha sang anak, lantas merapikan perlengkapan P3K miliknya yang sedikit berserakan di atas ranjang. "Seharusnya kau membangunkan Eomma, Hakkie, jika infusmu terlepas bukannya terus berdiam diri. Apa kau tidak merasa sakit eoh?".

Leedo menggelengkan kepalanya pelan dan menjawab. "Tidak, aku tak ingin membangunkan Eomma. Semalam Eomma terlihat lelah sekali, jadi kubiarkan saja benda itu terlepas. Toh aku rasa aku tidak membutuhkannya lagi."

Eunha menggelengkan kepalanya sekilas saat mendapati jawaban putranya yang terdengar sedikit tak peduli. "Sekarang berikan termometernya pada Eomma, kita buktikan kalau kau benar-benar sudah tidak membutuhkan benda itu lagi." Eunha mengulurkan tangannya ke arah Leedo dengan maksud meminta benda kecil yang tadi sempat ia simpan di ketiak putranya.

Leedo dengan ogah-ogahan meraih benda yang berada di lipatan lengannya dan memberikannya pada sang ibu. Selama beberapa detik ia menghabiskan waktunya guna memperhatikan wajah Eomma nya yang nampak sangat serius memandangi benda kecil yang baru saja ia berikan.

"Baiklah, cukup bagus. Demam mu sudah turun jadi kau tidak benar-benar membutuhkan benda itu lagi." Pernyataan Eunha tersebut menghadirkan helaan nafas lega dari Leedo, dalam hati ia bersorak kegirangan mendengar kabar baik tersebut.

Keheningan sejenak mengambil alih. Eunha sibuk menata peralatan medisnya dan Leedo yang hanya diam memerhatikan dari atas tempat tidur.

"Eomma."

"Eoh?"

"Kemana Appa?" Tanya Leedo.

"Appa mu pergi ke kantor pagi-pagi sekali. Sekretaris Oh menelfonnya, mengatakan ada sejumlah masalah di perusahaan, jadi dia harus pergi dan mengatasinya." Jawab Eunha sembari berjalan ke sisi lain ruangan untuk membuka gorden dan membiarkan sinar mentari merembak masuk ke dalam ruangan.

"Lalu Eomma? Kenapa masih di sini? Bukankah seharusnya hari ini pergi ke rumah sakit?"

"Memangnya tidak bolehkah Eomma berada lebih lama di sini?"

"Anii, maksudku bukan begitu. Aku hanya tak ingin Eomma lebih memberatkanku daripada pekerjaan Eomma sendiri." Jelas Leedo mencoba menjelaskan maksud pertanyaannya tadi.

"Eomma ingin memastikan keadaanmu benar-benar membaik dulu Hakkie sebelum Eomma kembali bekerja. Lagi pula Eomma sudah menukar jatah jaga dengan dokter lain, jadi tak perlu khawatir. Apa kau tidak senang Eomma berada di sini?" Ucap Eunha diakhiri gurauan pada akhir kalimat. Ia yang sudah terduduk di samping ranjang tersenyum lembut dan mengelus  surai Leedo yang nampak kusut, lantas sedikit merapikannya. "Haruskah Eomma pergi untuk meninggalkanmu bermesraan dengan temanmu itu?" Guraunya.

"Aaaa, Eomma... sudah kukatakan berapa kali? Aku ini normal."

Eunha tertawa pelan mendengar rengekan putranya. Sungguh, menggoda Hakkie nya dengan orientasi seksual memang menyenangkan, pantas saja suaminya senang sekali menggodanya. Tawa Eunha harus terhenti saat dering ponselnya memecah suasana, dengan segera ia meraih benda pipih tersebut dari dalam saku dan  melihat nomor yang tertera. "Hakkie, sebentar yaa." Ujarnya pada sang anak. Eunha sedikit menjauh dari sisi Leedo lantas mengangkat telfonnya.

"Ne Uisa-nim?" Tanyanya.

"..."

"Mworago? Tapi aku sudah menukar jadwal siftku dengan dokter Kang."

"Ini kondisi darurat Eunha-ya. Tiga korban kecelakaan sedang dalam perjalanan ke rumah sakit dan aku tidak bisa menghubungi dokter lainnya. Dokter Kang sedang ada operasi darurat dan tiga dokter lainnya juga sedang menangani pasien. Kami benar-benar membutuhkanmu." Ucap seseorang di seberang sana dengan cemas.

The Lost Prince(ss)  ✿ONEUS✿ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang