33. The Fight of The Lords

110 65 249
                                    

Ambang pintu gerbang raksasa nampak menjulang di ujung penjuru, menjadikannya satu-satunya akses masuk ke dalam kediaman Lord Abbey yang dikelilingi benteng raksasa. Dedaunan yang telah gugur beterbangan ke mana-mana berkat hempasan angin yang tercipta dari laju kuda yang Ranulf tunggangi. Tak sedikitpun ia memelankan lajunya walau gerbang utama sudah berada di depan mata.

"Berhenti!" Seruan berat dari dua orang penjaga menghadang Ranulf tepat di depan ambang gerbang. Dua buah tombak menyilang, mengacung ke arahnya dan menghalanginya yang hendak masuk, yang dengan terpaksa membuatnya menarik tali kekang Una untuk berhenti. Kuda betina tersebut meringkik setelah beberapa saat dan berhenti tepat sebelum moncong hidungnya menyentuh ujung tombak.

"Ada urusan apa anda datang kemari tuan?" Tanya salah seorang penjaga yang menghalangi jalannya.

"Aku ingin bertemu dengan tuan tanah kalian."

"Apa anda sudah membuat janji dengan My Lord atas kedatangan anda?"

"Aku tak butuh janji, dan biarkan aku masuk." Dingin nan tegas, kalimat yang sarat akan kemauan kuat tersebut terlontar. Ranulf masih setia menundukkan pandanganya, menyembunyikan wajahnya di balik topi kulit yang ia kenakan.

"Maaf tuan tapi anda tidak bi-..."

"Berani kalian menghadang seorang MacLawry?"

"Aye? Anda bilang apa tuan?"

Ranulf mengangkat wajahnya sekilas guna memperlihatkan identitas aslinya pada sang prajurit yang mana membuat kedua orang bodoh tersebut nyaris mengeluarkan bola matanya. Ia menerbitkan seulas senyum miring kala mendapati kedua penjaga tersebut yang tergagap sekaligus ketakutan. Salah satunya bahkan meraih sesuatu dari balik kilt yang dikenakannya dan

Sret// sriing- sriing // bruk

Dua orang itu tumbang dalam hitungan detik setelah mendapat sayatan panjang yang membentang di leher kiri masing-masing. Tanpa mengindahkan dua tubuh yang kini tergeletak tak bernyawa di bawah kakinya Ranulf turun dari tunggangannya, berjalan mendekati sebuah pohon dan mengikatkan tali kekang Una ke salah satu dahan rendah.

Ia berjalan dengan langkah tergesa, memasuki pelataran kastil dan menyusuri lorong demi lorong yang membentang panjang. Setiap siapapun yang berani menghalangi jalannya tak segan-segan ia habisi. Bahkan kini belati kecil yang semula ia letakkan di balik boot berat miliknya sudah memakan lebih dari dua puluh korban selama ia berjalan mencari ruang utama dari kastil tersebut.

Langkah kakinya berhenti tepat di depan pintu hitam raksasa yang menjulang nyaris ke langit-langit, dengan hiasan logam mulia yang menampilkan tulisan 'The Marquis of Abbey'. Ranulf menyimpan belatinya kembali ke dalam boot dan mengencangkannya kail senapan yang sengaja ia gantung di area pinggang, lantas tanpa pikir panjang ia mendobrak pintu tersebut sampai terbelak lebar.

"Berani sekali kau datang kemari tanpa pasukan His Lordship, apa ini bentuk penyerahan anda?" Seseorang yang kini terduduk sembari ongkang-ongkang kaki di singgasana kebesarannya berseru dengan nada mengejek.

"Aku sedang tak ingin berbicara denganmu brengsek. Dimana Lord Abbey sekarang?! Katakan padaku!" Berapi-api Ranulf bertanya dengan nada yang semakin rendah, yang menandakan jika ia serius dengar perkataannya.

"Lord Abbey? Apa itu tujuanmu datang kemari?"

"Katakan padaku, di mana dia sekarang?! Jawab!" Gemeletuk gigi Ranulf yang saling beradu menjadi sinyal seberapa keras ia menahan diri untuk tak mengarahkan moncong senapannya pada orang di depannya. Karena demi apapun emosinya membuncah layaknya konfeti yang siap diledakkan.

The Lost Prince(ss)  ✿ONEUS✿ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang