Pandawa timbul
Kerajaan Wiratha
Dewi Salindri bersedih hati karena memikirkan kematian Raden Kincaka di tangan Abilawa justru akan membuat hukuman Pandawa yang akan usai hanyalah sebuah mimpi, karena saat ini Patih Sengkuni curiga dengan kekuatan Abilawa yang hanya seorang jagal tetapi bisa menandingi kekuatan Rajamala dan Raden Kincaka. Dwijakangka datang untuk menenangkan hati Dewi Salindri dan menyuruhnya masuk ke dalam Kerajaan.
Kerajaan Trigarta
Prabu Susarma, raja tertinggi di Kerajaan Trigarta beserta para prajuritnya membicarakan niatnya untuk menggempur Kerajaan Wiratha dan ia telah bersekutu dengan pihak Kerajaan Astina. Prabu Susarma segera memerintahkan prajuritnya untuk pergi ke Wiratha guna memporak-porandakan kerajaan Wiratha.
Alun-alun Wiratha
Raden Wratsangka, Raden Utara dan Patih Nirbita yang sedang berjaga di perbatasan Wiratha dikejutkan dengan kedatangan Prabu Susarma beserta para prajuritnya. Prabu Susarma berniat untuk menguasai wilayah Kerajaan Wiratha. Raden Wratsangka murka, hingga terjadi peperangan.
Raden Wratsangka, Utara dan Patih Nirbita dapat diringkus oleh Prabu Susarma. Datanglah Prabu Mastwapati yang akan menolong ketiga putranya, namun prabu Mastwapati tidak bisa menandingi kesaktian dari Prabu Susarma dan dapat diringkus juga.
Dwijakangka, Abilawa, Durmagantri dan Tantripala merasa ingin sekali membantu Prabu Mastwapati, namun Abilawa takut justru itu membuatnya penyamaran Pandawa gagal. Dwijakangka bersikeras ingin menolong Prabu Mastwapati dan akhirnya Abilawa berangkat untuk menolongnya.
Abilawa segera menolong Prabu Mastwapati yang sedang diringkus oleh Prabu Susarma. Prabu Susarma juga mati ditangan Abilawa.
Prabu Mastwapati berterimakasih kepada Abilawa dan hendak memberikan hadiah, akan tetapi Abilawa menolaknya dan segera pergi meninggalkan Prabu Mastwapati.
Taman Wiratha
Dewi Sudesna dan Dewi Utari yang sedang berlatih tari bersama Salindri dan Wrahatnala menerima kedatangan Raden Utara yang melaporkan bahwa kerajaan Wiratha kedatangan musuh, yaitu para Kurawa. Salindri segera mengutus Wrahatnala untuk menghadapi musuh bersama Raden Utara. Utara sebagai Senopati dan Wrahatnala sebagai kusirnya.
Medan perang
Utara dan Wrahatnala maju ke Medan perang dan mengetahui bendera-bendera yang berkibar dari pasukan Astina, yaitu dari Duryudana, Sengkuni, Bisma dan Durna. Utara takut dan ingin kembali menuju Wiratha. Namun ia segera dihentikan oleh Wrahatnala. Wrahatnala mengatakan jika ia ingin menjadi Senopati maka ia harus berani mati juga.
Wrahatnala segera mengajukan diri untuk menjadi Senopati Wiratha. Awalnya Raden Utara menolaknya, tetapi akhirnya ia sanggup menjadi kusirnya Wrahatnala demi Kerajaan Wiratha. Kemudian Wrahatnala mengutus Raden Utara mengambil bungkusan putih yang digantung di atas pohon. Utara terkejut bahwa isi bungkusan tersebut adalah pusaka dari Arjuna, Wrahatnala juga mengakui bahwa ia adalah Arjuna yang menyamar untuk berdarma kepada Kerajaan Wiratha.
Raden Utara terharu dengan kata-kata Arjuna dan Arjuna segera melepaskan anak panahnya, hingga akhirnya pasukan Kurawa terdesak mundur.
Resi Bisma dan Durna menerima anak panah yang mendarat di kakinya, lalu ia mengetahui siapa yang melepaskan anak panah tersebut dan segera kembali ke Astina untuk melaporkan kepada Prabu Duryudana.
Kerajaan Wiratha
Mastwapati dihadap Dwijakangka, ia merasa bahagia karena mendengar berita bahwa semua musuh yang mengepung Wiratha telah pergi karena kesaktian dari Raden Utara. Dwijakangka melaporkan bahwa yang dapat menghalau musuh bukanlah Raden Utara, melainkan Wrahatnala. Kemarahan Prabu Mastwapati memuncak karena merasa dilecehkan, sehingga ia melemparkan bokor atau tempat judi tepat di kening Dwijakangka hingga mengeluarkan darah, Dewi Salindri segera mencegah tetesan darah itu dan segera pergi keluar dari Kerajaan.
Tak lama kemudian datanglah Raden Utara yang melaporkan kejadia sebenarnya, bahwa yang mengalahkan Kurawa adalah Wrahatnala dan Wrahatnala adalah cucunya sendiri, yaitu Arjuna. Prabu Mastwapati juga melihat darah berwarna putih dari Dwijakangka yang tercecer di lantai.
Prabu Mastwapati sadar bahwa Dwijakangka dan Salindri adalah Prabu Puntadewa dan Drupadi, Abilawa yang sudah menolong Prabu Mastwapati dari Prabu Susarma itu adalah Werkudara dan juga Tantripala dan Durmagantri yang sudah berhasil merawat taman Wiratha menjadi subur itu adalah Nakula dan Sadewa.
Prabu Mastwapati merasa bersalah dan ia bersumpah kepada para Pandawa akan membantu dengan jiwa dan raga saat Pandawa meminta kembali kerajaan Amarta dan Astina dari tangan Kurawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wayang_ku
Short Storykumpulan kisah kisah wayang Mahabharata, Ramayana dan cerita carangan (karangan) . . . Nguri nguri kabudayan jawi🙏 Like dan komen ya kawan😉