ANJANI, GWARSA DAN GWARSI

40 1 0
                                    

"Perwujudan kera adalah peristiwa yang mengingatkan kita bahwa semua yang indah belum tentu membawa ketentraman, dan kejujuran adalah sebuah pilihan bagi seluruh manusia."

Agrastina

Resi Gotama dan Dewi Windradi sedang membicarakan kehidupan keluarga mereka yang tinggal di pucuk gunung Tunon dalam padepokan yang bernama Agrastina. Dewi Windradi sebagai seorang ibu dari Anjani, Gwarsa dan Gwarsi mengingatkan kepada suaminya bahwa anak-anaknya masih memerlukan kasih sayang seorang ayah. Resi Gotama setelah memilih hidupnya menjadi sosok brahmana, dia selalu mengkidungkan weda suci hingga terkesan melupakan kewajibannya sebagai seorang ayah. Resi Gotama memberikan maksud dan tujuan pada istrinya bahwa semua yang dilakukannya hanya untuk masa depan keluarganya dan khususnya untuk anak-anaknya.
Waktu semakin larut. Resi Gotama memohon diri untuk kembali melanjutkan membaca weda suci.

Tepi padepokan

Nampak pemuda yang bersemangat menjelaskan dharma nya  sebagai penerus bangsa diantaranya adalah anak Resi Gotama dan Windradi yaitu, Gwarsa dan Gwarsi. Gwarsa Gwarsi sebagai anak brahmana mempunyai niat baik untuk menentramkan keadaan disekitar padepokan Agrastina. Anjani anak sulung pasangan Resi Gotama dan Windradi merasakan kesepian tanpa belaian kasih sayang seorang ayah. Mban Swareh yang mengasuh Anjani diwaktu masih kecil hingga beranjak dewasa inilah yang selalu membesarkan hati Anjani. Mban Suwareh mengingatkan bahwa anak brahmana harus siap merasakan peristiwa seperti ini dan memberikan wawasan agar selalu menjaga nama baik kedua orang tuanya.

Hutan belantara

Sekelompok brandal yang dipimpin Lokawana dan Lokajaya sedang menunggu mangsa. Gwarsa dan Gwarsi datang hendak menghentikan niat brandalan tersebut. Lokawana dan Lokajaya merasa terhina, hingga terjadi peperangan. Semua brandal berhasil ditaklukkan oleh Gwarsa dan Gwarsi.

Ruang Sembahyang

Windradi yang siap memanjatkan do'a menerima kedatangan Dewa Surya. Windradi sebelum menjadi manusia biasa adalah seorang bidadari. Tetapi, karena kodratnya dia harus turun ke dunia. Dewa Surya memiliki rasa cinta kepada dewi Windradi untuk mau kembali menjadi bidadari dan melayani asmara Dewa Surya. Dewa Surya berjanji akan memberikan hadiah kepada Windradi sebuah pusaka bernama "Cupu Manik Astagina", namun Windradi menolaknya. Terdengar suara Anjani yang hendak menghampiri Windradi. Dewa Surya terkejut dan segera pergi hingga tidak sadar " Cupu Manik Astagina" Terjatuh.
Anjani membuka cubu tersebut dan ia melihat keelokan surga neraka dan masa depan. Anjani terpukau dan merasa senang karena bisa mengetahui indahnya ciptaan Tuhan. Gwarsa Gwarsi membujuk kakaknya untuk meminjamkan cupu tersebut, tetapi mban Suwareh menyarankan untuk mengembalikan kepada ayahnya.

Padepokan Agrastina

Resi Gotama melihat anaknya membawa cupu tersebut dan terkejut karena tidak tidak merasa mempunyai cupu tersebut. Resi Gotama memanggil Windradi dan bertanya cupu itu bisa ada ditangan Anjani. Windradi diam seribu bahasa, takut bicara jujur hingga Resi Gotama mengutuknya menjadi tugu. Resi Gotama segera membuang cupu tersebut. Namun, Anak-anaknya mengejar cupu tersebut.

Sendhang Sumala

Cupu yang dilempar Resi Gotama berubah menjadi Sendang yang berbisa. Gwarsa dan Gwarsi masuk ke dalam sendhang hingga berubah menjadi kera. Anjani mengusap wajahnya dengan air sendhang tersebut hingga menjadi berwajah kera. Resi Gotama mengetahui hal tersebut dan merubah namanya, Gwarsa menjadi Subali, Gwarsi menjadi Sugriwa dan memerintahkan anaknya untuk bertapa. Anjani bertapa Cantaka (seperti katak), Subali bertapa ngalong (seperti kelelawar), Sugriwa bertapa ngidang (seperti kidang).

Wayang_kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang