Pertapaan JatisranaBambang Sumantri menghadap ayahnya, yakni Begawan Swandagni. Begawan Swandagni hendak melepas anaknya pergi ke Kerajaan Maespati untuk mengabdi ke Prabu Arjuna Sasrabahu, karena telah dibekali dengan ilmu ilmu dan secara fisik telah diterima menjadi seorang prajurit yang tangguh. Begawan Swandagni juga menitipkan senjata Cakra kepada Bambang Sumantri untuk diserahkan kepada Prabu Arjuna Sasrabahu.
Kepergian Bambang Sumantri diketahui oleh adiknya, yakni Sukrasana seorang raksasa kerdil. Sukrasana ingin mengikuti kepergian kakaknya tersebut. Begawan Swandagni tidak mengijinkan Sukrasana mengikuti Sumantri karena akan menghambat perjalanannya. Akan tetapi Sukrasana bersih keras tetap ingin pergi menyusul Sukrasana, akhirnya ia melarikan diri dari Pertapaan.
Kerajaan Maespati
Patih Kartanadi dan Kalingga pati menghadap Prabu Arjuna Sasrabahu, penguasa tertinggi di Kerajaan Maespati. Prabu Arjuna Sasrabahu beserta para Patihnya sedang membicarakan keinginan Prabu Arjuna Sasrabahu untuk mengikuti sayembara di Kerajaan Magada untuk memperebutkan dewi Citrawati, Putra Prabu Citrasena. Tiba-tiba datanglah Bambang Sumantri menghadap Prabu Arjuna Sasrabahu. Bambang Sumantri mengutarakan niatnya untuk mengabdi kepada Sang Prabu Arjuna Sasrabahu. Sumantri dapat diterima, namun dengan syarat dapat memboyong Dewi Citrawati dari Kerajaan Magada. Bambang Sumantri pun bergegas segera menuju Kerajaan Magada.
Hutan Belantara
Ditengah perjalanannya, Bambang Sumantri dikagetkan dengan serangan para raksasa penunggu hutan yang ingin memangsanya, hingga terjadilah peperangan diantara mereka. Sumantri kewalahan, Tiba-tiba datanglah Sukrasana membantu Sumantri. Akhirnya para raksasa dapat dikalahkan oleh Sukrasana. Kedatangan Sukrasana ini bermaksud untuk menemani perjalanan kakaknya dan ingin membantu kakaknya apabila ada kesulitan yang tidak bisa diselesaikan. Sumantri menolaknya dan segera meninggalkan adiknya, Sukrasana di dalam hutan. Sukrasana tidak tinggal diam, ia tetap mengikuti nya dari kejauhan.
Kerajaan Magada
Prabu Citrasena dihadap putrinya yakni, Dewi Citrawati sedang membicarakan sayembara di Magada yang telah diikuti oleh sewu raja. Tak lama kemudian, Bambang Sumantri datang . Prabu Citrasena menerima kedatangan Sumantri yang diutus Prabu Arjuna Sasrabahu untuk melamar dewi Citrawati. Prabu Citrasena bersedia menerima lamaran Prabu Arjuna Sasrabahu, namun Sumantri terlebih dahulu harus mengikuti Sayembara di Alun-alun Magada. Bambang Sumantri bersiap menandingi Sewu raja yang juga akan mengikuti sayembara perang.
Alun-alun Magada
Para raja Seribu negara sedang mengadu kekuatannya untuk merebutkan Dewi Citrawati. Datanglah Sumantri, para raja pun kocar-kacir kewalahan menandingi kesaktian Bambang Sumantri. Bambang Sumantri memenangkan sayembara Magada dan berhak memboyong Dewi Citrawati menuju Kerajaan Maespati. Namun, Dewi Citrawati ingin perjalanannya diiringkan dengan putri domas yang terdiri dari putri khayangan sebagai pengiring pengantin. Sumantri bersedia dan segera memanggil para bidadari khayangan dengan ajiannya untuk mengiringi perjalanan menuju Kerajaan Maespati. Putri domas telah terpenuhi dan Sumantri memberikan sepucuk surat kepada Kalinggapati untuk diserahkan kepada Prabu Arjuna Sasrabahu.
Alun-alun Maespati
Arjuna Sasrabahu menerima kedatangan Kalinggapati yang menyampaikan surat dari Bambang Sumantri. Surat itu berisikan "Hendaknya Sumantri dijemput seperti layaknya seorang raja". Menurut Arjuna Sasrabahu itu adalah sebuah tantangan perang. Kalinggapati diutus Arjuna Sasrabahu memberikan perlengkapan busana raja kepada Sumantri karena ingin mendapatkan persamaan derajatnya. Arjuna Sasrabahu berhadapan dengan Bambang Sumantri, hingga terjadilah perang tanding yang sangat dahsyat. Bambang Sumantri segera melemparkan senjata Cakra andalannya kepada Raja Maespati. Arjuna Sasrabahu segera Tiwikrama berubah wujud menjadi seorang raksasa besar bernama Kala Mertyu. Sumantri kewalahan hingga akhirnya menyerah kepada Arjuna Sasrabahu yang merupakan titisan dewa Wisnu. Arjuna Sasrabahu bersedia memenuhi permintaan bambang Sumantri, namun dengan syarat ia harus muter (memindahkan) Taman Sriwedari yang berada di Gunung Nguntara dipindahkan ke Kerajaan Maespati. Bambang Sumantri kebingungan, karena ia tidak dapat memenuhi permintaan Prabu Arjuna Sasrabahu tersebut. Tak lama kemudian datanglah Sukrasana. Sukrasana bersedia membantu Bambang Sumantri mewujudkan Taman Sriwedari di Kerajaan Maespati dengan syarat ia akan mengabdi kepada Prabu Arjuna Sasrabahu. Dalam waktu sekejap, akhirnya Taman Sriwedari dipindahkan menuju Kerajaan Maespati. Sumantri berterimakasih kepada adiknya, karena telah membantunya. Sukrasana diutus untuk pergi sejenak dari Taman Sriwedari dengan alasan untuk kenyamanan sang permaisuri raja.
Para permaisuri raja sedang bersenang-senang dan bersendau gurau di Taman Sriwedari. Tiba-tiba datanglah Sukrasana, kemunculan Sukrasana menimbulkan kericuhan di taman Sriwedari, Dewi Citrawati dan para domas ketakutan karena melihat Sukrasana yang berwujud raksasa kerdil di dalam Taman Sriwedari. Sumantri kecewa dengan sikap Sukrasana yang tidak mau menuruti permintaannya, hingga ia menakut-nakutinya dengan anak panahnya. Sukrasana meminta maaf kepada Sumantri, Sukrasana segera menancapkan tubuh yang ke anak panah tersebut hingga tewas. Sukma Sukrasana mengatakan kepada Bambang Sumantri, bahwa ia akan menunggu kakaknya ke Swargaloka (pintu surga) dan Sumantri kelak gugur karena dibunuh oleh Prabu Rahwana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wayang_ku
Short Storykumpulan kisah kisah wayang Mahabharata, Ramayana dan cerita carangan (karangan) . . . Nguri nguri kabudayan jawi🙏 Like dan komen ya kawan😉