Kesetiaan Dewi Amba

41 4 0
                                    

Kerajaan Astina

Hening, puji bagi sangat pemberi keselamatan. Diceritakan tentang episode adiparwa, bagian dari epos Mahabharata. Setelah prabu Santanu mangkat, digantikan oleh putranya yg bernama citragada. Diwisuda sebagai seorang raja dengan gelar prabu wicitragada. Seorang raja muda yang belum menguasai tentang makna kehidupan. Tidaklah aneh kalau perangainya sombong dan tinggi hati. Dalam sebuah kesempatan sidang, menghadaplah adiknya Raden Citrawirya dan Ibunda Ratu Dewi Sayojanagandhi dan begawan Dewabrata.

"Ibunda, setelah ayahanda wafat saya sudah bersumpah untuk mewujudkan kata bijak ''anak harus lebih unggul dari ayahnya" Negara Astina akan saya usahakan agar lebih termashyur daripada ketika ayahanda prabu Santanu berkuasa. Kalau perlu tidak hanya didunia yang akan saya taklukan, walau khayangan dewa-dewa harus mengakui kebesaran negara Astina, ibunda." Sabda sang raja citragada

"Baginda citragada putraku, janganlah kamu mempunyai ucapan seperti itu. Sabda seorang raja adalah hukum, harus berhati-hati. Jangan asal bicara, tetapi bicara lah yang asali. Sungguh tercela seorang raja yang mempunyai watak sombong dan tinggi hati ananda." Ucap ibunya.

Citrawirya membalasnya. "Maaf baginda,menjadi sabda paduka tadi hanyalah sebuah impian belaka. Apa yang menjadi cita-cita paduka tidak terwujud. Bisa-bisa yang terjadi adalah sebaliknya."

"Hai Citrawirya! Jangan kau lancang, beraninya kau menginjak kepalaku! Pandang aku sebagai seorang raja Astina sekaligus aku adalah saudara tua mu! Jangan asal bicara kau!" Ucap Citragada yang tidak Terima.

"Sudahlah paduka, seorang raja harus sabar dan bisa mengendalikan diri. Ibarat sebuah samudera yang luas. jangankan hanya tanah dan lumpur, walau sampah dan bangkai sekalipun tidak ditolaknya. Cita-cita paduka merupakan sebuah kemauan yang luhur. Saya akan selalu berada di belakang paduka untuk mencapai cita-cita baginda. Saya rela menjadi tumbal kejayaan kerajaan paduka adinda prabu. Walau badan ini harus hancur lebur, saya rela adinda." Jawab sangat Bhisma.
"Dinda citragada, belumlah sempurna baginda dinobatkan sebagai seorang raja karena belum didampingi permaisuri. Jika baginda berkenan saya sanggup untuk memboyong seorang putri sebagai permaisuri paduka." Saran sang Bhisma.

"Kakang bhisma... Lucu rasanya, orang anda sendiri belum menikah, mau menikahkan orang lain." Ejek citragada.

"Sebentar putraku citragada, anakku bhisma sebegitu tulus dan pedulinya kau terhadap adikmu. Saya setuju apa yang menjadi niatmu. Putri negara mana yang sepadan menjadi permaisuri adikmu?" Tanya sang dewi Sayojanagandhi.

"Ibunda, saat ini di negara kasi tengah mengadakan sayembara, dengan boyongan tiga orang putri bernama Amba, Ambika dan Ambalika. Tidak membedakan tinggi rendah derajat dan pangkat, barang siapa yang dapat mengalahkan raksasa Wahmuka dan Arimuka dialah yang berhak mendapatkan putri boyongan tersebut. Untuk itu ijinkan saya mohon pamit dan restu paduka untuk pergi ke kerajaan Kasi agar saya berhasil memenangkan sayembara ini ibunda." Ujar sang bhisma.

"Doa restu mengiringkan perjalanan mu anakku." Doa sang ibunda.

Negara Kasipura/Giyantipura

Benteng tinggi dengan penjagaan bersenjata. Arena perang tanding di Negara Kasi atau Giyantipura. Prabu Darmamuka keluar di pendapa diiringkan tiga orang putri, dewi Amba, Ambika dan Ambalika. Mereka di sayembarakan. Yang tubuhnya mirip dua buah gunung, mereka adalah putra raja yang perkasa yaitu, Wahmuka dan Arimuka. Sang Raja merasa bingung menanggapi kemauan dua putranya untuk mengadakan sayembara.

Wayang_kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang