ALAP-ALAPAN ANGGRAENI

26 3 0
                                    

Ekalaya-Anggraeni

Ekalaya adalah seorang yang dilahirkan dari keluarga Nisadha (suku kasta bawah). Ekalaya melihat dari kejauhan ada seorang Ksatria, bernama Arjuna berlatih Jemparing (memanah) bersama Resi Dorna di pertapaan Sokalima. Ekalaya kagum dengan kepandaian Arjuna. Ingin rasanya untuk mengabdi menjadi murid Resi Dorna.

Ekalaya segera menghadap Resi Dorna dan mengutarakan keinginannya untuk berguru panah seperti Arjuna. Akan tetapi, Resi Dorna dengan angkuhnya menolak keinginan Ekalaya. Karena Resi Dorna akan mengajarkan ilmu keprajuritan hanya kepada seorang Ksatria dan bangsawan. Dalam keadaan kecewa, Ekalaya segera meninggalkan pertapaan Sokalima.

Namun, Ekalaya tidak pantang semangat. Ia membuat patung perwujudan Resi Dorna dari bebatuan yang ada di dalam goa sambil membayangkan bahwa patung tersebut adalah Resi Dorna yang sesungguhnya. Dewa mengetahui ketulusan hati Ekalaya yang ingin sekali untuk dapat memanah, maka Sanghyang Guru turun ke Marcapada dan menyatu dengan raga patung perwujudan Resi Dorna. Dengan perantara patung tersebut, Sanghyang Guru memberikan pusaka "Sotya Maniking Ampal"yang berwujud kalpika (cincin). Ekalaya pun terheran-heran, patung tersebut hidup layaknya Resi Dorna dan memberikan pusaka tersebut. Seketika patung tersebut runtuh dan kembali seperti bebatuan biasa. Ekalaya pun sangat senang mendapat pusaka " Sotya Maniking Ampal".

Dari kejauhan, Anggraeni mengamati ketulusan dan kegigihan hati Ekalaya untuk berguru kepada Resi Dorna. Sikap Ekalaya membuat hati asmara Anggraeni tumbuh. Anggraeni pun segera mendekati Ekalaya untuk berkenalan. Ekalaya bersikap dingin bagaikan es, meskipun sedikit membuktikan adanya tanda-tanda cinta dengan Anggraeni. Ketika Ekalaya akan mengutarakan cintanya kepada Anggraeni, Cantrik Mertani datang untuk mengabarkan bahwa Resi Anggowaskito, ayah dari Anggraeni sedang sakit dan sekarang dirawat di Pertapaan Pucang wilis. Ekalaya tak tinggal diam, ia segera mengantarkan Anggraeni untuk bertemu dengan ayahnya.

Asap bau kemenyan dan kembang memenuhi ruangan Pertapaan Pucang Wilis. Para rakyat Pucang Wilis memanjatkan do'a dan sebagiannya merawat sang Resi. Resi Anggowaskito seorang pandita tua dan buta menerima kehadiran putrinya, Dewi Anggraeni. Resi Anggowaskito menginginkan Anggraeni untuk memperkenalkan pujaan hatinya, Karena Resi Anggowaskito ingin segera meminang cucu. Ekalaya segera memperkenalkan diri bahwa dia adalah laki-laki yang siap menjaga dan mencintai Anggraeni sampai maut memisahkan mereka.  Maka diselenggarakanlah pernikahan Ekalaya dan Anggraeni dihadapan ayahnya.  Anggowaskito sangat senang dan titip pesan kepada Anggraeni dan Ekalaya tentang hal-hal yang baik. Anggowaskita seperti mendapat isyarat tentang kematiannya. Benar juga, akhirnya Anggowaskita menghembuskan nafas terakhirnya. Kesedihan menyelimuti hati Anggraeni dan Pertapaan Pucang Wilis karena meninggalnya Resi Anggowaskita.

Anggraeni sangat terpukul hatinya, ia memutuskan untuk menyendiri dan menenangkan hatinya. Pada saat Anggraeni sedang sendirian, Aswatama, putra Resi Dorna datang mendekati Anggraeni. Aswatama terpana dengan kecantikan Anggraeni dan berhasrat ingin memperistrikannya. Anggraeni menolaknya, karena Anggraeni sudah mempunyai suami, yaitu Ekalaya. Namun, Aswatama tetap memaksakan dan berniat ingin memperkosa Anggraeni. Anggraeni pun memberontak dan segera melarikan diri.

Pelarian Anggraeni bertemu dengan Arjuna. Anggraeni segera meminta perlindungan kepada Arjuna. Namun, Arjuna malah terpana dengan kecantikan Anggraeni. Arjuna segera mengutarakan cintanya dan berniat untuk melamarnya. Anggraeni menolaknya, walaupun Arjuna adalah ksatria tampan dan gagah, namun kesetiaan Anggraeni kepada Ekalaya tak pernah luntur. Tetapi, Arjuna menganggap Anggraeni keras kepala. Sudah tampak jelas, Arjuna lebih tampan dari Ekalaya dan sudah jelas sekali kalau Arjuna lebih pandai memanah ketimbang Ekalaya.

Ekalaya mendengar percakapan tersebut dan segera menantang adu jemparingan (adu panahan) kepada Arjuna. Dengan sombongnya, Arjuna menerima tantangan itu. Ekalaya dan Arjuna mengadakan adu panahan.  Arjuna terkejut dengan kepandaian panahan Ekalaya. Arjuna pun merasa malu bahwa selama ini masih ada yang menandingi ketrampilan panahan nya. Dengan menahan rasa malu, Arjuna segera mengadu kepada gurunya, Resi Dorna.

Di pertapaan Sokalima, Arjuna menghadap Resi Dorna dan mengadu kekalahannya melawan Ekalaya. Resi Dorna terkejut mendengar kabar dari Arjuna dan segera mencari cara untuk melenyapkan Ekalaya. Tiba-tiba, Ekalaya pun datang menyembah sujud kepada Dorna agar diterima sebagai muridnya. Mata Resi Dorna tertuju pada pusaka yang ada di tangan Ekalaya. Resi Dorna pun penasaran ingin melihat pusaka "Sotya Maniking Ampal" yang berwujud cincin tersebut.

Resi Dorna mengatakan, "Jika ia ingin diterima sebagai murid saya, maka potonglah telapak tanganmu." 

Ekalaya menuruti keinginan Resi Dorna agar bisa berguru kepadanya. Ekalaya segera memotong telapak tangannya dan lenyaplah sudah kekuatan Ekalaya. Dari kejauhan, Arjuna bersiap untuk memanah Ekalaya agar lenyap dari muka bumi. Arjuna segera menarik anak panahnya. Anggraeni mengetahui Ekalaya dalam keadaan bahaya, Anggraeni segera mendorong dan menyelamatkan Ekalaya. Takdir berkata lain, Anak panah Arjuna menancap tepat di dada Anggraeni. Anggraeni seketika tewastewas dihadapan Ekalaya. Ekalaya sangat bersedih hati dan menggugat bahwa keadilan tidak akan mengkhianati ketulusan cintanya.

Wayang_kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang