WIRATHA PARWA 2

32 1 0
                                    


Geger Wiratha

Raden Seta memohon pamit kepada Prabu Mastwapati bahwa ia akan melakukan rapat brata dalam kesunyian di Gunung Sunyaruri.

Negara Wiratha

Dewi Rekathawati atau Ratu Sudesna istri Prabu Mastwapati menerima kedatangan adiknya yaitu Raden Kincaka. Ratu Sudesna mengucapkan banyak terimakasih kepada adiknya, karena tanpa campur tangannya permasalahan di Negara Wiratha dari serangan negara lain tidak akan terselesaikan. Kincaka meminta kepada Ratu Sudesna dibangunkan pasar baru dan diadakan pertarungan atau adu jago, tetapi tidak jago hewan melainkan manusia. Sudesna terkejut dengan permintaan Kincaka, karena Kincaka adalah petinggi kerajaan dan akan membawa dampak yang tidak baik bagi kepemimpinan Negara Wiratha.
Kincaka beralasan tentang menjaga keutuhan negara Wiratha dan hal itu membuat Sudesna terlarut dalam tindakan yang justru membuat nama negara menjadi lemah.
Dari lubuk hati yg paling dalam Kincaka menginginkan tahta negara Wiratha. Kincaka mempunyai strategi bahwa di seluruh negara tidak ada yang bisa mengalahkan adiknya yang bernama Rajamala. Prabu Mastwapati mengingatkan kepada istrinya bahwa tindakan adiknya itu akan melemahkan dan menjatuhkan kewibawaan negaranya. Namun, Sudesna meyakinkan kepada sang raja bahwa tindakannya itu tidak salah dan ia ketakutan jika negaranya ditinggalkan oleh ksatria ksatria tangguh yaitu, adik-adiknya.

Pejagalan

Jagal Abilawa atau Balawa (Werkudara) menunjukkan ketangguhan dan kekuatannya melawan seekor kerbau. Para putra Mastwapati yakni, Raden Seta, Raden Utara, dan Raden Wratsangka datang dan meminta ijin kepada jagal Walakas untuk memboyong putra angkatnya yaitu, Jagal Abilawa ke negara Wiratha. Mereka yakin bahwa Abilawa sanggup menandingi pamannya yaitu Rajamala.

Hutan

Wrahatnala (Arjuna) telah menerima senjata yang bernama "Bromastho" Dari Batara Brahma. Namun ia merasa bimbang ketika mempunyai senjata dari dewata tersebut. Di saat-saat seperti ini apa yang harus wrahatnala lakukan? Sedangkan jika ada seseorang yang mengetahui keberadaan para Pandawa maka hukuman harus diulang kembali. Dwijakangko (Puntadewa) memberikan nasehat kepada Wrahatnala, bahwa sesungguhnya kehidupan itu tidak lepas dari sebuah cobaan. Dwijakangko juga memberikan motivasi bahwa di saat seperti inilah wujud pembuktian Pandawa untuk melakukan darma demi kebaikan sebuah negara.

Taman Wiratha

Dewi Utari membuka kegundahan hatinya kepada kakaknya, yaitu Raden Utara tentang keadaan di negara Wiratha. Raden Utara kecewa dengan tindakan ayahnya, yakni Prabu Mastwapati yang seolah-olah memutuskan sesuatu dengan sepihak diadakannya pertarungan manusia di Wiratha. Salindri (Drupadi) melaporkan bahwa Utara sudah ditunggu oleh saudara saudaranya. Utara pamit dengan adiknya dan salindri mendapat panggilan menghadap Ratu Sudesna. Dewi Utari merasa ada yang janggal ketika ibunya menyuruh Salindri untuk memberikan sesuatu kepada pamannya Kincaka. Utari menerka bahwa negara Wiratha akan terjadi prahara.

Arena Adu Jago

Jagal Abilawa bertarung melawan Rajamala, dan disaksikan para ksatria Wiratha.
Rajamala terkena kuku Abilawa dan segera berlari masuk ke dalam Sendhang Watari. Keajaiban terjadi, Rajamala beringas melebihi sebelumnya dan luka yang ditubuhnya telah hilang, karena sendang Watari adalah jelmaan dari Dewi Watari, ibu menyusui dari Rajamala. Sebelum perang dilanjutkan Kincaka meminta taruhan yang besar yaitu, "Burmanuk" Atau berarti siapa yang jagonya kalah dia harus pergi meninggalkan Wiratha.
Di tengah-tengah peperangan kekuatan sendang Watari sirna, karena pada saat itu sudah saatnya Dewi Watari atau ibu yang menyusui Rajamala masuk ke Nirwana bersama Begawan Palasara
Tampak juga dari kejauhan Wrahatnala yang sedang menarik anak panah Bromastho ke dada Rajamala. Akhirnya Rajamala tewas terkena anak panah Bromastho. Kincakarupa dan Rupakenca marah segera meringkus Utara dan Wratsangka. Abilawa tanggap dan lalu mengejar Kincakarupa dan Rupakenca hingga tewas.

Negara Wiratha

Kincaka bersedih hatinya karena melihat kedua adiknya, Kincakarupa dan Rupakinca telah mati ditangan Abilawa, Namun keinginannya untuk menduduki tahta Wiratha semakin menjadi jadi dan dia hendak membunuh Prabu Mastwapati. Salindri menghampiri Kincaka dan menghaturkan sebuah surat dari Sudesna untuk Kincaka. Setelah membukanya, ternyata surat tersebut tertulis bahwa salindri menjadi hadiah dari Sudesna untuk adiknya Kincaka. Akan tetapi Salindri menolaknya, namun Kincaka memaksanya.
Abilawa tak tinggal diam dan menyelamatkan Salindri. Akhirnya Kincaka tewas ditangan Abilawa. Kematian Kincaka justru menjadi kesedihan bagi Salindri karena dia takut jika hukuman pandawa yang akan usai hanya sebuah mimpi. Dwijakangka menjelaskan bahwa semua ini akan indah pada saatnya.

Wayang_kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang