Chapter 09 : Pemecahan Aturan

126 21 1
                                    

"Cepat ambilkan obat apa saja yang bisa mengalihkan sakit dan memerah di tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cepat ambilkan obat apa saja yang bisa mengalihkan sakit dan memerah di tangannya." Laura berteriak paling kencang, bahkan di sepanjang perjalanan ia terus memegang tangan Fateh dengan linangan air mata.

"Obat perih juga." Tambah Laura sekali lagi. Fateh yang sudah di dudukkan di sebuah kursi menatap kepanikan Laura dengan mata yang bergerak kekanan dan kekiri.

"Terimakasih." Ucap Fateh dalam hatinya. Fateh memejamkan matanya, lalu ia menarik tangan dari pegangan Laura yang membuat Laura terkejut sambil menatap Fateh.

"Aku tidak perlu bantuanmu." Fateh yang duduk kini mulai berdiri sambil menatap yang lainnya. "Dan kalian semua." Lanjut Fateh.

"Tapi kamu terluka?" Laura kembali menarik tangan Fateh, namun Fateh menghempaskan tangan Laura.

"Aku tidak terluka." Jawab Fateh.

"Kamu itu kenapa? Kita berniat mau mengobati luka kamu?" Naisa yang bicara sambil berjalan kedepan.

"Tidak ada luka yang harus di sembuhkan." Fateh menatap Naisa.

"Jika memang ini adalah luka, aku bisa mengobatinya sendiri, tidak perlu bantuan kalian." Lanjut Fateh.

"Fateh." Panggil Laura. Fateh menatap Laura.

"Kita adalah teman, jadi wajar kita melakukan ini?" Fateh menggeleng.

"Kita? jangan libatkan aku dalam pertemanan kalian, bahkan aku minta pada kalian untuk tidak membuat sebuah perkumpulan teman, karena aturan Star Blue sudah jelas 'Not Friends', yang artinya tidak ada teman." Beritahu Fateh kepada Laura.

"Lebih baik kalian pergi saja, pahami aturan Star Blue, agar kalian mengerti." Beberapa orang pergi dengan kesal. Niat baik mereka menjadi kekesalan terhadap Fateh yang tidak tahu diri.

"Aturan No. 2. 'Ingat pada sebuah TAHTA' bahwa yang di atas tak mungkin bersama dengan yang di bawah." Ucap Fateh lagi pada beberapa orang yang tersisa.

"Kami tidak peduli dengan aturan itu, karena aturan itu tidak mencerminkan sikap seorang manusia." Ucap Zahra yang masih bertahan.

"Memangnya kalian manusia?" Fateh malah menanyakan sebuah pertanyaan yang tidak perlu mendapatkan jawaban.

"Lo kenapa sih Teh?" Tanya Lastri.

"Apa kalian manusia?" Fateh kembali bertanya. Lastri mendekati Fateh, kedua tangannya bergerak memegang kedua kerah seragam Fateh dan di angkatnya kedepan, sampai jarak keduanya benar-benar sangatlah dekat.

"Pertanyaan Lo benar-benar mencerminkan bahwa Lo adalah anak terbodoh." Geram Lastri. Fateh mendekatkan wajahnya, Lastri sedikit memundurkan kepalanya.

"Lo tahu, manusia tidak mungkin menerima uang dari orang yang sudah memakainya." Lastri diam tidak bergerak, matanya menatap Fateh. Lastri melepaskan cengkraman nya dan langsung berbalik meninggalkan Fateh. Fateh melihat kepergian Lastri, tanpa ekspresi.

Kelas Khusus ( Ending )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang