Chapter 19 : Pencarian Makanan

125 15 3
                                    

Mereka saling memegang perutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka saling memegang perutnya. Hari ini tidak ada sesuap Nasi yang masuk kedalam perut, karena Ibu Dapur tidak memasak apa-apa buat mereka. Ibu dapur seolah menghilang tanpa jejak, dan tempat memasak pun kosong, tidak ada siapa-siapa. Rey dan Rassya yang pergi ke kantin untuk mengambil makanan sebagai persediaan juga harus menggigit jarinya, karena tidak ada makanan apapun. Kantin benar-benar kosong, dan mereka memilih duduk diam di kursi kantin tidak melakukan apa-apa selain duduk dengan pemikiran yang bercabang kemana-mana.

"Rey." Panggil Rassya. Rey menatap Rassya yang berada di depannya.

"Terimakasih ya, sudah mau menjadi friends romance Gue." Mendengar penuturan Rassya. Rey memberikan senyumnya dengan kepala yang mengangguk.

"Lo tenang aja, selama Gue bisa membuat Lo tenang dan nyaman, akan Gue lakuin, karena Lo adalah orang baik yang pernah Gue temuin." Jawab Rey jujur.

"Jangan pernah bilang kalau Gue itu orang baik, karena menurut Gue, Gue hanyalah orang yang buruk." Ucap Rassya. Rey tahu.

"Salah, Lo adalah orang baik, selama Lo gak nge gay, Lo masih menjadi orang baik, Gue percaya, apa yang Lo lakuin pada Gue, hanya sebatas persahabatan yang sangat erat antara Lo dan Gue." Beritahu Rey.

"Jadi menurut Lo itu wajar?" Rey mengangguk.

"Terus, jika kelakuan Gue semakin melebih, apa yang akan Lo lakuin, khususnya terhadap Gue." Tanya Rassya. Rey terdiam, ia lalu menatap Rassya yang sama-sama melihatnya.

"Memangnya Lo..." Rey menghentikan ucapnya, saat Rassya tiba-tiba saja mengangguk.

"Rassya." Panggil Rey.

"Gue gak tahu apa yang terjadi pada diri Gue, tapi Gue..." Rassya menundukkan kepalanya. Rey tidak tahu harus menjawab seperti apa, kini keduanya menjadi saling diam.

"Gue cape terus dalam keadaan seperti ini." Beritahu Rey. "Setiap hari harus berekspektasi pada sebuah kenyataan yang memang tidak akan pernah tercapai, Gue cape Rey, gue ingin seperti yang lainnya, gak seperti ini." Suara Rassya bergetar.

"Apa salah Gue ya, sampai Gue jadi seperti ini." Lanjut Rassya.

"Rassya, gue gak tahu perasaan Lo saat ini seperti apa, tapi Gue yakin, secara perlahan, Lo pasti sembuh dan bisa seperti orang-orang yang lainnya." Rassya menggeleng.

"Susah, baru saja Gue hampir melakukan hal buruk karena kekesalan dan nafsu Gue?" Beritahunya.

"Pada siapa?" Tanya Tanya Rey.

"Rizwan." Rey terdiam. "Sebenarnya yang membekap Rizwan dari belakang itu adalah Gue, dan yang menyeret Rizwan sampai kamar Bu Maudy juga adalah Gue." Beritahunya.

"Gue lepas kendali, Gue hampir saja melakukannya, tapi semua gagal, karena Gue melihat Mayat Bu Maudy yang berada di kursi meja kerjanya."

"Rassya..."

Kelas Khusus ( Ending )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang