Chapter 38 : Nightmare

61 3 0
                                    

"Kayaknya Rassya lupa?" Semua tatapan teralihkan pada Mala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kayaknya Rassya lupa?" Semua tatapan teralihkan pada Mala. "Dari tadi kita mencari, tapi tidak menemukan apa-apa?" Ucap Sandrinna memilih duduk samping dekat pintu kulkas. Melihat ke kasihnya, Rakha memilih mendekatinya, namun tangan Sandrinna tiba-tiba saja menahannya, membuat Rakha kini harus melihat Sandrinna.

"Lepas." Pinta Rakha dengan tatapan yang sangat malas kalau harus menatap Sandrinna.

"Gak mau, karena aku ingin dekat-dekat sama kamu." Balas Sandrinna.

"Kalau Gue gak mau bagaimana?" Tanya Rakha.

"Pokoknya kamu harus mau." Rakha memegang tangan Sandrinna, lalu menariknya sampai terlepas.

"Lo bukan siapa-siapa Gue, jadi tolong hargai hubungan Gue sama Mala." Sandrinna menatap Mala, dengan ekspresi yang tidak bisa di jelaskan, namun lebih tepatnya, tatapan Sandrinna adalah tatapan kebengisan.

"Gue kurang apa sih dari Mala, cantik kan juga Gue, tapi kenapa Lo bisa suka sama Mala?" Tanyanya kembali.

"Lo adalah orang yang sempurna, tapi kesempurnaan Lo hanya sesaat." Jawab Rakha. Mendengar ucapan Rakha, Mala rasanya ingin tersenyum, namun ia coba alihkan pada Naisa yang sedang istirahat sambil melihat Fateh dan Laura yang sedang duduk bersama.

"Kenapa Lo bisa bilang kesempurnaan Gue hanya sesaat?" Sandrinna menatap tajam Rakha.

"Karena hanya orang gila yang memuji dirinya sendiri." Beritahu Rakha meninggalkan Sandrinna, lalu mendekati Mala dan meraih tangan Mala yang kini di tariknya keluar. Melihat Mala dan Rakha keluar menjadi perhatian mereka semua yang ada di dalam, termasuk Naisa yang kini memilih bangkit, untuk mengikuti Mala, berbeda dengan Fateh yang masih diam bersama Laura.

"Mau ikut keluar."

Brakkkkkkkk

Fateh dan Laura terkejut, lalu ia melihat ke arah Sandrinna yang jadi pelaku pelemparan kursi kantin.

"Lo berdua gak akan pernah bahagia, lihat saja apa yang akan Gue lakuin sama kalian berdua." Sandrinna menghentakkan kakinya, lalu ikut berjalan keluar meninggalkan kantin yang kini hanya ada Fateh dan Laura.

"Aku tidak tahu, bahwa Sandrinna secinta itu sama Rakha." Fateh melihat ke arah Laura. Laura adalah teman Sandrinna jadi hal yang wajar untuk berbicara seperti ini.

"Dia bukan cinta, tapi obsessi." Beritahu Laura pada Fateh.

"Obsesi?" Heran Fateh.

"Kamu harus tahu satu hal, Sandrinna mempunyai keinginan yang harus selalu tercapai, maka jika ia tidak bisa mendapatkannya, dengan cara apapun, Sandrinna akan tetap berjuang untuk mendapatkan Rakha." Fateh terdiam, mendengar itu Fateh hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Fateh." Fateh melihat pada Laura.

"Gue boleh tanya sesuatu?" Lanjutnya.

"Tanya apa?" Laura ragu untuk mengatakan ini.

Kelas Khusus ( Ending )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang