Chapter 33 : Sebuah Kehancuran

94 12 0
                                    

Rakha dan Rey sama-sama mendorong pintu kantin UHS, niat ingin melihat mayat teman-temannya, tapi mereka dikejutkan dengan menghilangnya ke lima mayat yang mereka masih ingat di baringkan di sebelah ujung kantin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rakha dan Rey sama-sama mendorong pintu kantin UHS, niat ingin melihat mayat teman-temannya, tapi mereka dikejutkan dengan menghilangnya ke lima mayat yang mereka masih ingat di baringkan di sebelah ujung kantin.

"Gak mungkin mereka bisa hilang atau hidup kembali." Ucap Rey pada Rakha yang masih diam di depan pintu kantin.

"Kenapa tidak bisa, apa Lo lupa, bahwa sebenarnya kita tidak sendirian." Tanya Rakha yang berjalan mendekati Rey. Rey mengangguk mengerti, lalu ia melihat pada tumpukan dus yang berada di salah satu meja dan menunjuknya

"Itu apa?" Rakha melihat arah tunjuk tangan Rey. Lalu keduanya sama-sama berjalan mendekati. Di bukanya dus tersebut, dan mereka terkejut karena isi dus itu berisikan makanan yang sudah dingin.

"Awas nanti jebakan?" Rakha memukul pelan tangan Rey yang ingin mengambil salah satu isi makanan di dalam kotak dusnya.

"Gue lupa." Rey kembali menarik tangannya. "Tapi Gue lapar Kha." Rey menatap Rakha. Mendengar kata lapar, dirinya juga sebenarnya lapar, tapi ia tidak mau harus mati sia-sia karena makanan yang tidak seberapa.
Rakha memegang perutnya, sebelum melihat makanan, perutnya tidak berbunyi, tapi saat telah melihat, entah kenapa perut itu terus berbunyi.

"Lo lapar juga kan?" Rakha menatap Rey, ia tidak bisa membohongi dirinya, karena perut sudah menjawabnya.

"Tapi..."

"Sudahlah, biar Gue aja yang makan." Rey akhirnya mengambil salah satu kotak nasi yang langsung ia bawa pada salah satu meja tidak jauh dari ia menemukan tumpukan dus itu. Rakha masih diam dan memperhatikan Rey yang mulai membuka kotak dus itu.

"Rey, Lo yakin?" Rey menatap Rakha.

"Kalau terjadi apa-apa sama Gue, biarin aja Gue di kantin ini, jangan di pindahin ya." Rey menatap makanannya, ada nasi dengan lauk pauk yang cukup lengkap, ia pun tidak menunda-nunda lagi, dan langsung saja melahapnya. Rakha hanya bisa diam sambil terus menatap Rey yang sedang lahap makan. Bibirnya terus bergerak-gerak, melihat kenikmatan itu, perutnya terus bersuara lapar.

"Kha, kayaknya ini aman." Rey menatap Rakha. Rakha masih ragu, lalu melihat sisa tumpukan dusnya, dan ia tetap menggeleng.

"Lo takut mati Kha?"

"Terlalu banyak kesalahan yang telah Gue lakukan." Rakha menunduk.

"Lalu bagaimana dengan Gue?" Rakha menatap heran pada Rey. "Yang sudah membunuh Ibu dari Rassya, dan menyembunyikannya terlalu lama." Lanjut Rey.

"Entahlah, Gue tidak tahu." Rakha melihat kearah lain, lalu perhatiannya terhenti pada sebuah meja yang terlihat ada sebuah handphone yang tergeletak. Rakha pun langsung saja mendekati meja makan tersebut dan mengambilnya.

"Milik Rassya."

"Apa itu?" Tanya Rey.

"Handphone."

Kelas Khusus ( Ending )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang