Chapter 15 : Pelajaran Kosong

102 14 2
                                    

Hari ini kembali dilakukannya sebuah pembelajaran untuk kelas khusus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini kembali dilakukannya sebuah pembelajaran untuk kelas khusus. Namun ada yang berada, karena ada beberapa bangku yang tak terisi penghuninya, terlihat setidaknya ada 9 bangku yang kosong. Seperti biasa, dan hal umum seorang pelajar, duduk di tempat masing-masing dengan membuat kesibukan untuk menghilangkan kebosanan sebab sudah lebih dari 30 menit Maudy tidak datang untuk mengajar. Ada dua faktor yang jadi alasan Maudy tidak mengajar, satu karena mungkin malas hanya untuk mengajari murid-murid yang keras kepala. Dua karena ketakutan akan kejadian kemarin terulang lagi, namun kedua alasan itu tidak seharusnya Maudy menghindarinya, karena sudah tugasnya sebagai guru.

Tidak mudah menjadi seorang guru, perlu banyak kemampuan, bukan hanya di satu kemampuan saja dan bisa menarik perhatian pada murid-muridnya untuk diakui. Kata di akui adalah salah satu cara ternyaman yang dilakukan antara interaksi guru dan muridnya.

"Oke, kesalahan kalian kemarin benar-benar sangat patal." Devi berdiri dari tempat duduk, dengan mata yang melihat ke segala arah mata memandang.

"Sampai Bu Maudy tidak mau mengajari kita lagi, dan mengabaikan kita seperti ini." Tambah Devi tersulut emosi.

"Tunggu, Lo menyalahkan kami, bukannya Lo juga ikut terlibat?" Azis ikut berdiri dengan tatapan tajam pada Jasmine. Devi tidak pernah takut akan tatapan itu, ia malah balik membalasnya.

"Gue tidak terlibat, Gue hanya diam, tidak seperti kalian yang seolah-olah membela orang yang tidak tahu diri." Fateh menunduk, kata tak tahu diri itu memang pantas untuk dirinya, karena saat ini ia cukup di perhatikan.

"Diam dan tidak melakukan apa-apa, itu adalah salah satu pembelaan, Lo jangan salah mengartikan, atau menyimpulkan bahwa Lo tidak terlibat." Eby ikut berkomentar.

"Dengerin ya Devi, Gue lihat-lihat Lo satu-satunya murid yang sangat senang belajar, namun kenapa Lo bisa mendapatkan hasil yang buruk, sebenarnya Lo ngapain dengan belajar yang tetap saja tidak membuat Lo pintar." Penilaian Diki dengan kemampuan Devi yang buruk, bahkan mungkin IQ nya juga rendah.

"Sebagai siswa Gue sudah melakukan kewajiban Gue, yaitu belajar." Jawab Devi.

"Iya Gue tahu, tapi apa jam kosong pelajaran seperti ini Lo harus di isi dengan belajar, kalau Bu Maudy tidak datang ya sudah biarin saja, jangan malah menyalahkan kita pada kejadian kemarin, berarti jika mendapatkan guru seperti itu, artinya dia tidak profesional, tidak bisa menempatkan kejadian kemarin dengan kejadian sekarang." Azis menjelaskan, menurutnya ini bukan kesalahan mereka, karena mereka biasa-biasa saja, tapi kenapa gurunya yang seperti menghindarinya.

"Lo berdua, benar-benar tidak punya sopan santun, yang kalian jelek kan adalah seorang guru, apa kalian tidak berpikir kesana?." Devi kembali berucap. Perseteruan dengan Azis dan Diki belum berakhir.

"Kami menjelekkan, ya itu memang benar, tapi kami melihat faktanya, hanya berbuat kesalahan karena terlambat sudah memberikan hukuman pemukulan, lebih tepatnya Kasar." Balas Diki.

Kelas Khusus ( Ending )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang