Chapter 12 : Makan Malam

111 16 0
                                    

Makan malam adalah hal yang dinantikan bagi mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Makan malam adalah hal yang dinantikan bagi mereka. Beberapa hidangan makanan sudah tersaji di depan mereka semua yang saat ini sedang berjajar menunggu giliran. Sistem makan adalah prasmanan, maka setiap orang mengambil jalur antrian yang telah ditentukan.

"Bu, saya boleh minta dilebihkan nasinya?" Rizwan menjadi perhatian orang-orang di sekitar, termasuk anak-anak perempuan di sebrang.

"Buat apa?"

"Teman saya lagi sakit, dan dia tidak bisa ikut makan malam disini." Jawab Rizwan.

"Seperti dalam aturan asrama 'tidak boleh membawa makanan kedalam kamar' mengerti." Balasnya.

"Tapi Bu! inikan lagi sakit, urgent." Rizwan kembali mencobanya.

"Tidak ada, cepat sana pergi, yang lain masih menunggu." Rizwan menatap kebelakang, teman-temannya memang sedang menunggu.

"Lo bisa cepat tidak." Rizwan menyerah, dan langsung menyerahkan piring yang kini mulai di isi, sampai di akhir dengan lauk pauknya yang cukup banyak.

"Fateh lagi sakit." Rizwan terkejut saat seseorang tiba-tiba saja duduk disampingnya.

"Iya Laura, bahkan panasnya belum turun." Jawab Rizwan sambil memasukkan sendok yang berisi nasi kedalam mulut.

"Kok Lo bisa baik sih sama Fateh?" Laura kembali bertanya.

"Menjadi orang baik memangnya harus ada alasan?" Rizwan balik bertanya.

"Bukan seperti itu, tapi Lo tahukan sikap Fateh sekarang ini lagi buruk di hadapan para anak perempuan." Rizwan mengangguk tahu.

"Terus kenapa Lo masih bantuin dia?"
Rizwan terdiam memikirkan.

"Lo tahu arti kata dari terpaksa? Dan saat itu pasti Fateh sedang melakukannya." Ucap Rizwan. Laura mengerutkan keningnya tidak mengerti.

"Dari sejak kelas sepuluh, Fateh sudah menjadi pusat perhatian karena kebaikannya, saling menghargainya, bahkan cukup banyak bukan yang ingin dan bisa dekat dengannya." Laura mengakui hal itu, karena ia adalah salah satunya orang yang tertarik akan Fateh.

"Jadi tidak mungkin Fateh bisa melakukan itu, kecuali kalau tidak di paksa." Lanjut Rizwan. Laura terdiam.

"Lo mau percaya atau tidak, itu bukan urusan Lo juga kan." Laura mengangguk. Ia pun kini bangkit dan berjalan pergi meninggalkan Rizwan untuk menemui kedua temannya Sandrinna dan Aqeela yang sudah menunggu.

"Anak itu sedang dikamar sendirian berarti." Rey dan Rassya mengangguk. Rakha langsung saja bangkit, dengan sepiring nasi yang dibawanya. Rey dan Rassya mengikuti hal yang sama, namun mereka tidak membawa nasi seperti apa yang dilakukan Rakha.

"Mereka mau kemana?" Mala melihat Rakha yang pergi. Namun ia hanya menggelengkan kepalanya tidak tahu.

"Sudahlah jangan urusin mereka." Ucap Mala pada Naisa yang masih memperhatikan Rakha dan kawan-kawan.

Kelas Khusus ( Ending )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang