PAPAT (4)

38.9K 3.9K 185
                                    

Selamat membaca dan semoga menghibur.
Typo tandai ya.



Setelah selesai mengoleskan salep pada badan anaknya, Leandra tampak dalam suasana hati yang sedikit muram.

"Daddy."

"Hm?"

"Jangan marah, ini tidak sakit sama sekali. Jadi jangan marah oke."

Leandra tidak membalas ucapan sang anak tapi sebagai gantinya ia mengelus kepala anaknya. Lagipula siapa yang tidak akan marah saat melihat anaknya memiliki banyak bekas luka.

Walupun ia baru bertemu Luhan tapi ia sudah memutuskan Luhan telah menjadi anak bungsunya. Jadi tentu saja semua yang berhubungan dengan anaknya akan menyangkut juga padanya. Ia akan membalas orang yang telah menyakiti anaknya.

Disaat suasana yang hening itu ponsel Leandra bergetar. Leandra mengambil ponselnya lalu menekan tombol jawab.

"Ada apa ?"

'...'

"Oke saya akan kesana."

Leandra memandang ke arah Luhan dan Luhan pun memandang ke arah sang ayah. Leandra sekarang baru sadar jika mata anaknya selain bulat, warna mata anaknya juga terlihat coklat terang dan siapapun yang melihat pasti akan tertarik dengan warna matanya terlihat lebih bersinar.

Leandra yang tidak tahan langsung menggendong sang anak. Dan memeluknya dengan gemas. Leandra merasa sudah OOC jika berdekatan dengan anak bungsunya. Padahal ini belum ada satu hari mereka bersama tapi anak bungsunya sudah bisa membuatnya seperti ini.

Luhan pun sebenarnya sangat kaget dengan tindakan Daddynya yang tiba-tiba menggendongnya. Ia akui ia memang kecil dan mungkin ringan jadi Daddynya melakukan ini dengan sangat mudah. Ia sekarang merasa jika ayah barunya sedikit aneh. Semalam ayahnya terlihat sangat tenang dan berwibawa tapi lihatlah sekarang. Daddynya tidak memiliki kepribadian ganda kan ?

(OOC= Out Of Character, kalian pasti tau kan artinya)

"Baby ikut Daddy ke kantor."

"Memang boleh?"

"Tentu saja, siapa yang akan melarang."

"Luhan ganti baju dulu?"

Leandra melihat penampilan anaknya yang memakai celana panjang dan kaos. Ia merasa tidak ada yang salah dengan penampilan sang anak. Anaknya terlihat manis dan menggemaskan.

"Tidak usah, baby sudah manis."

Luhan terdiam mendengar kata manis yang keluar dari mulut sang ayah. Ia merasa jika kata-kata ini tidak cocok keluar dari bibir ayahnya karena ayahnya memiliki wajah yang datar. Dan juga ia tidak manis, ia menyangkalnya.

Leandra membawa sang anak untuk ikut ke dalam mobil. Ia juga tidak perlu berganti pakaian. Ia sudah terbiasa memakai kemeja dan bawahan celana panjang yang rapih meskipun di rumah jadi ia hanya perlu memakai jas saja. Dan Leandra mempunya beberapa stok jas di mobilnya.

Luhan duduk di samping Daddynya dan melihat ke luar jendela mobil. Ia benar-benar asing dengan daerah yang ia lalui. Sepertinya ia di buang cukup jauh, mungkin juga beda pulau? Ia sepertinya belum pernah ke daerah ini. Dan lagi mansion Rodriguez di bangun jauh dari pemukiman. Mereka harus melewati kawasan yang kanan kirinya hanya pepohonan. Dan Luhan memperkirakan butuh waktu kurang lebih 15 menit untuk mencapai jalan biasa yang dilalui banyak kendaraan. Sekarang ia benar-benar yakin sang ayah memang bukan orang biasa.

Setelah menempuh waktu cukup lama, Leandra dan Luhan sampai di sebuah gedung yang menjulang tinggi. Luhan baru pertamakali melihat gedung setinggi ini dan lagi ia akan memasuki gedung tersebut.

Keduanya turun dari mobil yang pintunya sudah dibukakan pria berseragam hitam.

"Ayo baby."

Leandra mengulurkan tangannya dan Luhan memegang tangan Daddynya lalu mereka mulai berjalan memasuki gedung.

Luhan melirik sekitar dengan sekilas. Ia tidak tertarik untuk mengamati isi gedung. Ia tau jika gedung itu adalah sebuah perusahaan jadi apa menariknya melihat orang bekerja. Jadi ia dengan tenang mengikuti sang ayah untuk memasuki sebuah lift.

Luhan memasuki sebuah ruangan kerja yang luas yang juga terdapat sofa. Interior ruangan itu sangat simple tapi elegan benar-benar cocok dengan image Daddynya.

"Baby duduk disini dulu oke."

Luhan dengan patuh duduk di sofa dan sang ayah duduk di sebuah kursi yang terdapat di belakang meja besar. Sekarang Luhan melihat jika sang ayah sudah memasang wajah tenang dan dingin terlihat sangat serius.

Tak lama pintu di ketuk dan seorang wanita yang Luhan tebak adalah seorang sekertaris masuk dengan nampan berisi camilan dan segelas susu. Sekertaris itu meletakkan makanan dan susu itu di depan Luhan.

"Silakan tuan muda."

Luhan mengangguk kepalanya dengan pelan. Ia cukup terkejut saat sekertaris itu memanggilnya dengan sebutan tuan muda padahal belum ada sehari ia menjadi keluarga Rodriguez.

"Makanlah, Daddy akan mengerjakan ini sebentar."

Melihat anaknya menganggukkan kepalanya, Leandra mulai membuka berkas yang mendesak untuk segera dikerjakan. Luhan dengan tenang mulai memakan camilan di piring dan sesekali meminum susu. Di saat seperti ini biasanya ia akan menghabiskan waktu untuk membaca ataupun belajar. Ah Luhan jadi memikirkan, apakah ia akan lanjut sekolah lagi. Ia sudah dibuang jauh jadi otomatis ia tidak bisa melanjutkan belajar di sekolah lamanya.

Luhan melihat sang Daddy yang sedang mode berkerja di balik meja. Apakah ia perlu bertanya?

"Daddy," panggil Luhan dengan pelan.

"Iya baby."

"Apakah Luhan bisa lanjut bersekolah?"

Leandra meletakkan berkas yang ada di tangannya dan memberi kode untuk anaknya datang mendekat. Luhan yang paham dengan kode itu pun berjalan dan berdiri di samping sang ayah.

Leandra menyelipkan rambut panjang anaknya ke bekang telinga.

"Baby ingin bersekolah?"

"Iya, Luhan suka belajar."

"Benarkah?"

"Hm."

"Baby ingin bersekolah disini atau sekolah di Eropa seperti kakak-kakak."

Leandra sebenarnya hanya di sini sementara dan tidak ada rencana untuk menetap tapi dengan adanya Luhan ia mulai memikirkan baiknya bagaimana.

"Daddy tidak tinggal menetap disini ?"

"Tidak, tapi jika baby tidak ingin ikut Daddy ke Eropa mungkin Daddy akan mempertimbangkan apakah perlu kita menetap disini."

Luhan tampak berpikir, haruskah ia meninggalkan negara kelahirannya dan ikut ayah barunya kembali ke Eropa.

Disaat suasana hening itu terdengar ketukan pintu dan masuklah pria berjas abu-abu. Ia berjalan mendekat dan membawa sebuah map lalu menyerahkannya pada Leandra.

Bawahan ini yang semalam di minta Leandra untuk menyelidiki tentang latar belakang anak bungsunya. Luhan tampak tidak tertarik ataupun penasaran dengan map itu. Ia bukan tipe anak yang penasaran dan ia juga bukan anak yang usil dengan urusan orang lain. Luhan menyukai ketenangan. Jadi ia kembali duduk di sofa.

"Ini yang tuan minta."

"Bagus, kembalilah."

"Baik tuan."

Leandra melihat anaknya yang kembali duduk dengan tenang di sofa tak bisa menahan bibirnya untuk tersenyum kecil. Ah anaknya sungguh pengertian dan sepertinya bukan tipe anak yang suka membuat masalah. Anaknya terlihat lebih manis.

Leandra mulai membuka map itu dan mulai membacanya semakin ia membaca semakin alisnya berkerut.
Sepertinya ia harus tinggal lebih lama disini.







Gimana gimana? Lanjut?

Vote dan komen kalian menentukan Luhan up lhooo, kalau banyak yang vote dan komen. Inay bisa aja double up tiap hari lhoooo 🤣🤣🤣🤣🤣

Mau? Maulah. Jadi tinggalkan jejak oke?




17 Juni 2023

Don't FeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang