Halo semuanya sehat kan? Sehat donk,
Selamat membaca dan semoga menghibur ya.
Typo tandai ya.Luhan bangun di sebuah kamar luas bernuansa klasik. Ia mengumpulkan kesadarannya. Dan mencoba mengingat kenapa ia sampai disini.
Saat mengarahkan kepalanya kesamping, ia terkejut dengan seorang pria yang tertidur di sampingnya.
Ah Luhan ingat, pria ini yang menawarkan diri untuk jadi ayahnya dan ia juga sudah memanggil pria ini dengan sebutan Daddy. Setelah memproses apa yang terjadi Luhan kembali tenang. Ia melihat kesekeliling, kamar yang di tinggalinya sangat luas. Dengan ada sebuah pintu menuju sebuah ruangan terlihat ada sofa dan mini perpustakaan.
Luhan menebak jika pria yang membawanya pasti sangat kaya, bisa dilihat dari ruang kamar tidurnya yang sangat luas dan perabotan yang menghiasi.
"Sudah bangun boy?"
Luhan terkejut dengan pertanyaan tiba-tiba dari pria yang tadi ia lihat masih tertidur.
"Iya."
"Lapar?"
"Sedikit."
"Kalau begitu kita turun dan makan, lagipula ini sudah pagi waktunya kita sarapan."
"Ah ngomong-ngomong Daddy belum tau namu boy"
"Luhan Mahendra."
"Sekarang namamu Luhan Rodriguez."
"Tidak mau, Mahendra nama peninggalan yang diberikan orang tua Luhan untuk Luhan," Luhan menolak untuk menghilangkan nama belakang dari orang tuanya.
"Oke, kalau begitu Luhan Mahendra Rodriguez. Bagaimana?"
"Oke."
Leandra cukup terhibur dengan anak bungsunya yang dengan jujur menyatakan keberatannya untuk menghilangkan nama belakangnya.
"Nama Daddy Leandra Rodriguez. Kamu mempunyai tiga kakak. Sekarang mereka tidak disini. Tapi Daddy yakin mereka akan segera datang."
Luhan mengganggukkan kepala tanda mengerti, ia anak tunggal dan kali ini ia akan mempunyai kakak sekaligus tiga. Luhan cukup penasaran bagaimana rasanya mempunyai kakak. Tapi apakah kakak barunya akan menerimanya. Tapi Luhan tidak ingin memikirkannya sekarang. Jalani dulu saja sekarang.
"Kita cucimuka lalu ganti baju, Daddy sudah memesan baju baru untukmu dan ada di walk-in closet."
"Oke."
Leandra menuntun anak bungsunya ke dalam kamar mandi lalu menyerahkan sikat gigi yang sudah di beri pasta gigi pada Luhan. Lalu mereka menggosok gigi bersama. Di depan mereka ada cermin besar. Mereka bisa melihat satu sama lain. Leandra merasa jika anaknya bungsunya sangat menggemaskan.
Luhan dan sang ayah lalu mandi secara bergantian. Setelah selesai Luhan memakai pakaian santai dan turun menggunakan lift bersama ayah barunya.
Setelah lift terbuka, Luhan melihat banyak pria berpakaian hitam yang berjaga di setiap sudut. Luhan menebak mereka pasti bodyguard, ia merasa jika keluarga barunya bukan orang sembarang.
Leandra menggandeng Luhan menuju meja makan. Makanan sudah tertata rapih diatas meja. Banyak hidangan yang dimasak dan semuanya terlihat enak.
Leandra duduk di kursi utama dan Luhan duduk di samping kanannya.
"Baby ingin makan apa? Apakah mempunyai pantangan?"
Luhan sedikit terkejut dengan sebutan 'baby' untuknya, setelah ayahnya meninggal saat berumur 5 tahun tidak ada lagi yang memanggil begitu lembut. Dan Luhan tidak terbiasa dan merasa agak canggung. Tapi Luhan tidak bisa melarang sang Daddy untuk tidak menyebutnya dengan ucapan 'baby'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Feel
Fiksi RemajaSaat membuka mata Luhan sudah berada di tengah hutan. Tidak usah memikirkannya lagi, sudah pasti ia di buang Luhan menghela napas, ia kembali menutup matanya. samar-samar ia mendengar langkah kaki mendekat. "Hey boy, kenapa ada di tengah hutan. In...