Halooo semuanya, sehat kan ?
Ini cerita baru Inay,
Kalau kalian beli Nuo versi PDF pasti udah tau kan.Saat membuka matanya, Luhan sudah berada di tengah hutan.
Tidak usah memikirkannya lagi, sudah pasti ia di buang. Ia melihat ke sekeliling dan tidak tahu dimana sekarang. Sepertinya bibi dan pamannya sangat berniat untuk membuangnya. Luhan benar-benar berada di tengah hutan dengan pepohonan rimbun. Ia yakin bibi dan pamannya bukan hanya ingin membuangnya, mereka juga pasti menginginkan ia untuk mati juga.Luhan berpikir pasti mereka takut ia akan mewarisi kekayaan yang ditinggalkan orang tuannya untuknya. Sebentar lagi ia akan berusia 17 tahun yang berarti semua kekayaan dan aset peninggalan orang tuanya akan kembali padanya. Selama ini peninggalan orang tuanya di kelola oleh paman dan bibinya selaku walinya.
Luhan merasa mereka sangat lucu, itu semua memang haknya. Mereka bertindak seolah-olah ia pencuri yang harus secepatnya disingkirkan padahal mereka sendirilah yang adalah pencuri.
Bisa di dengar suara hewan malam bernyanyi dan bersautan. Jika ditanya apakah Luhan takut atau tidak. Maka Luhan akan menjawab tidak tau. Ia sedang tidak mau berpikir. Ia masih berbaring melihat ke atas. Disini sangat gelap hanya cahaya bulan yang menembus sela-sela dedaunan yang menjadi penerangan.
Untung saja Luhan tidak mempunyai phobia pada kegelapan jadi ia masih bisa tenang.
"Orang serakah memang tidak akan merasa puas."
Kalimat ini ditujukan untuk bibi dan pamannya. Mereka bisa hidup mewah berkat peninggalan orang tuanya. Awalnya bibi dan pamannya bersikap baik padanya tapi lambat laun sifat keduanya akhirnya terbuka.
Luhan tidak mempunyai saudara lagi selain bibinya Berlin. Jadi jika sesuatu terjadi padanya pasti semuanya akan jatuh ke tangan bibinya selaku walinya.
Luhan menghela napas lalu ia kembali menutup matanya. Dari kejauhan ia bisa mendengar lolongan serigala. Luhan pura-pura tidak mendengarnya. Ia sedang tidak mood jika harus berkelahi dengan hewan.
Lalu samar-samar Luhan mendengar langkah kaki mendekat.
"Hey boy, kenapa ada di tengah hutan. Ini sudah malam." Tanya seorang pria berpakaian hitam. Dibelakangnya ada beberapa orang yang sama memakai baju berwarna hitam.
"Di buang."
Pria itu mengernyitkan dahinya tanda bingung. Ia melihat anak laki-laki itu berbaring di tanah dengan mata tertutup tampak tidak peduli dengan sekitarnya.
"Hey boy, apakah kamu tidak takut akan dimakan binatang buas hm ?"
"..." Luhan tetap diam.
'menarik,' ucap pria itu dalam hati.
Sedangkan anak buahnya yang ada dibelakangnya sudah ketar-ketir dengan nasib remaja yang mengabaikan tuannya. Selama ini tidak ada yang berani mengabaikan ucapan sang tuan.
"Tidak takut ?"ulang pria itu.
"Tidak."
"Ah begitu."
Pria itu tidak bisa melihat dengan jelas wajah remaja itu karena minimnya penerangan tapi ia bisa melihat remaja ini memiliki kulit yang putih dan rambutnya yang terlihat agak panjang terbukti dengan rambut remaja itu yang menyebar di atas kepala remaja itu.
Anak ini laki-laki kan ?
Pria itu menjadi tertarik dan baru kali ini ada yang berani mengabaikannya dan tidak takut saat berhadapan dengannya.
"Jadi anak Daddy mau ?"
Luhan membuka matanya dan melihat pria berpakaian rapih yang berdiri di depannya.
"oke."
Tanpa pikir panjang Luhan mengiyakan ucapan pria yang ada di depannya. Lagipula ia sudah dibuang dan tidak tau ada dimana. Jika ia pergi sendiri belum tentu ia bisa keluar dari hutan ini. Jadi apa salahnya dengan menyetujui tawaran pria ini. Kemungkinan terburuk dengan menerima dan menolak adalah ia mungkin akan mati. Karena bisa saja pria ini bukan orang baik dan jika menolak ia mungkin tidak bisa keluar dari hutan dan berakhir bertemu binatang buas. Jadi kedua opsi mempunyai kemungkinan terburuk yang sama. Jadi ia mengambil peluang pertama.
Pria itu menyeringai mendengar ucapan remaja itu yang sangat lugas. Tidak ada sedikit pun keraguan. Apakah remaja ini tidak berpikir bisa saja ia melakukannya hal buruk terhadapnya. Dan juga ia memang bukan orang baik.
Luhan dan dan pria itu saling menatap dalam diam. Lalu pria itu terkekeh. Ah ia benar-benar tertarik dengan remaja ini. Ia akan membawanya pulang.
Pria itu menghampiri Luhan lalu membantu Luhan berdiri.
"Bangun boy, ayo kita pulang."
Sebenarnya bukannya Luhan tidak ingin bangun tapi tubuhnya masih lemas karena efek dibius. Itulah sebabnya daritadi ia tetap diam berbaring di tempat.
Badan Luhan limbung dan hendak terjatuh saat pria itu melepaskan tangannya. Tapi pria itu menangkap tubuh Luhan sebelum terjatuh menyentuh tanah.
"Ada apa denganmu boy ?"
"Mungkin dibius ?"
Ah sekarang pria itu paham apa yang terjadi pada remaja ini. Pria itu menggendong koala Luhan.
"Kau terlalu ringan boy."
Luhan diam tidak menjawab ia menyandarkan kepalanya pada bahu pria yang sekarang mungkin akan menjadi Daddynya.
Luhan merasa mengantuk dan mungkin efek biusnya belum hilang jadi ia merasa ingin kembali tidur.
"Daddy, ngantuk."
Pria yang di panggil Daddy itu sejenak membeku mendengar Luhan sangat cepat memanggilnya dengan sebutan Daddy. Tapi tak lama sebuah senyum kecil terbit di bibir pria itu.
"Tidurlah boy."
"Hm."
Kemudian Luhan kembali tertidur dalam gendongan pria itu.
Setelah cukup lama mereka berjalan, mereka keluar dari hutan dan sudah ada sebuah mobil mewah telah menunggu setelah mereka keluar dari hutan. Para bawahan pria itu sedikit penasaran dengan anak yang ada di dalam gendongan sang tuan. Tapi mereka tetap diam dan tidak akan mengajukan pertanyaan.
Pria itu lalu masuk ke dalam mobil yang pintunya sudah dibukakan untuknya.
Pria itu duduk di dalam mobil dengan Luhan masih dalam pangkuannya. Ia mengelap wajah Luhan dengan sapu tangannya. Lalu menyisir rambut Luhan kebelakang. Terlihatlah dengan jelas wajah Luhan yang terlihat pucat dengan rambutnya yang sedikit lebih panjang. Wajah Luhan sekilas memiliki kesan cantik dan tampan secara bersamaan apalagi dengan rambutnya yang sedikit lebih panjang. Tapi Luhan terlihat lucu dan menggemaskan menurut pria itu.
Ia sepertinya tidak salah membawa remaja ini.
Halooo gimana cerita Inay yang baru, tertarik ?
14 Juni 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Feel
Ficção AdolescenteSaat membuka mata Luhan sudah berada di tengah hutan. Tidak usah memikirkannya lagi, sudah pasti ia di buang Luhan menghela napas, ia kembali menutup matanya. samar-samar ia mendengar langkah kaki mendekat. "Hey boy, kenapa ada di tengah hutan. In...