Halooo, apa kabar semua? Sehat, kan? Sehat-sehat, ya. Cuaca lagi tidak bersama, jaga kesehatan, oke?
Typo tandai ya supaya bisa langsung diperbaiki.
###
Berita tentang perkelahian Lingga dan Miko dengan cepat tersebar seperti api. Walaupun bisa dikatakan, perkelahian itu berat sebelah. Yang menderita hanyalah Miko, Lingga sendiri tidak mendapatkan kerugian sama sekali. Malahan, wajah Lingga terlihat berseri-seri, ia seperti merasa kepuasan tersendiri. Tapi saat ada yang bertanya, ia akan sedikit memasang wajah bersalah. Dan untuk yang melihat perkelahian itu secara langsung, mereka tidak akan percayainya sedikit pun!
Setelah menghabiskan waktu bersama, Luhan baru mengetahui, selain Lingga anak yang terlihat ceria, ia juga suka menggoda para siswi. Bukan hanya adik kelas, kakak kelas pun tidak luput dari godaan recehnya. Tentu saja yang digoda tidak merasa terganggu, mereka malahan terkadang mengambil kesempatan untuk mencubiti pipi Lingga yang berisi. Mereka merasa Lingga itu lucu dan imut seperti Luhan. Bedanya, Luhan mempunyai bawaan yang selalu tenang sedangkan Lingga seperti tidak bisa diam.
Duk.
Lingga merasakan tendangan pelan di betisnya. Ia menatap ke arah Luhan dengan tatapan bingung.
"Kaki Luhan tergelincir," ucap Luhan dengan tenang. Sebenarnya, ia sengaja menendang betis Lingga karena ia mulai jengah melihat tingkah Lingga yang genit.
Lingga memasang senyum lebar, ia tidak merasa marah sedikit pun. Malahan, ia merasa Luhan terlihat lucu dengan ekspresinya yang terlihat sedikit cemberut, walaupun tidak ketara. Lagipula, siapa yang akan percaya dengan ucapan Luhan. Sepertinya Luhan meniru tindakan buruk Lingga. Salahkan Lingga karena sudah memberikan contoh yang tidak baik pada Luhan!!
"Oke, oke, kita pergi," ucap Lingga.
Setelah mendengar ucapan Lingga, Luhan melangkah lebih dulu, meninggalkan Lingga beberapa langkah di belakang.
Lingga berpamitan pada kakak kelas yang digodanya sebelum menyusul Luhan.
Di perjalanan kembali ke kelas, Luhan dan Lingga bertemu dengan si kembar.
"Kakak," ucap Luhan.
"Kak Vier, Kak Via."
Oke, setiap kali si kembar mendengar Lingga memanggil mereka dengan sebutan 'kakak', baik Xavier atau Xavia merasa ingin menampar belakang kepala sepupunya.
"Kakak, jangan melihat Aling seperti itu. Aling takut."
Si kembar semakin datar menatap ke arah Lingga. Luhan merasa jika Lingga seperti sedang menggoda kakak kembarnya. Apa ini benar atau hanya perasaan Luhan?
"Kakak ingin kemana?"
"Kakak ada urusan sebentar, Lulu ingin ikut?"
"Memang boleh?"
"Tentu saja, boleh."
"Tidak, Luhan tidak ingin mengganggu."
"Kata siapa?"
"Kata Luhan."
"Kakak tidak keberatan jika Lulu ingin ikut."
"Lama?"
"Mungkin, paling lama sampai jam sekolah berakhir," jelas Xavia sembari mencubit pipi adiknya yang terlihat semakin berisi dan menggemaskan. Jika bisa, Xavia ingin menaruh adiknya di dalam sakunya, supaya bisa dibawa kemana-mana. Ia selalu ingin dekat dengan adik kecilnya.
Xavier memukul pelan lengan sang kembaran, "Jangan berlebihan."
"Huh, Vier. Kamu tidak asik."
Xavier menarik sang kembaran berdiri di sampingnya untuk menghentikan Xavia, takutnya Xavia akan semakin gemas pada Luhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Feel
Teen FictionSaat membuka mata Luhan sudah berada di tengah hutan. Tidak usah memikirkannya lagi, sudah pasti ia di buang Luhan menghela napas, ia kembali menutup matanya. samar-samar ia mendengar langkah kaki mendekat. "Hey boy, kenapa ada di tengah hutan. In...