14

29.3K 2.9K 120
                                    

Sehat kan sehat donk.
Jangan lupa vote dan komen oke.
Typo tandai ya.




Luhan terdiam dan teringat sewaktu ia masih tinggal bersama paman dan bibinya. Jadi ini alasannya ia tidak bisa merasakan sakit. Tapi karna ia tidak bisa merasakan sakit, ia tidak pernah merasa sakit hati ataupun marah saat bibi dan pamannya menyiksanya atau bersikap kasar padanya. Jadi ia tidak pernah merasa harus membalas perlakuan kasar mereka dan ia hanya bisa diam. Meskipun badannya sering lecet berdarah dan akhirnya mengering meninggalkan bekas luka, Luhan tidak pernah mengeluh.

Semuanya akhirnya pulang ke mansion, Luhan berada dalam gendongan sang kepala keluarga. Luhan tahu jika penyakitnya sangat serius, tapi bagaimanapun penyakitnya tidak bisa disembuhkan. Jadi mau tidak mau, ia harus bisa menerima jika harus hidup berdampingan dengan penyakitnya untuk seumur hidupnya. Tapi Luhan sudah menerima dengan tenang fakta ini, ia hanya takut merepotkan keluarga barunya.

Sebentar lagi makan siang di mulai. Mereka semuanya menunggu di ruang tengah. Luhan dengan patuh duduk diantara kaki sang ayah, tangan sang ayah pun melingkar pada tubuhnya memberi kesan protektif dan posesif. Si kembar tentu saja merasa iri tapi mereka juga sadar bukan waktunya untuk mengeluh tentang sikap sang ayah yang terlihat memonopoli si bungsu.

"Daddy."

"Hm?"

"Luhan sedikit lapar."

Luhan berusaha mengalihkan pikiran semuanya dan berusaha mencairkan suasana, lagipula ia memang merasa sedikit lapar.

Leandra terkekeh mendengar anaknya mengeluh lapar. Saat semuanya merasa tegang dan mengkhawatirkan tentang si bungsu, justru yang dikhawatirkan terlihat paling tenang.

"Sebentar lagi makanannya siap. Jadi sabar sedikit lagi oke."

"Oke."

Luhan menyenderkan tubuhnya pada sang ayah.

Tak lama makan siang telah siap jadi semuanya duduk. Luhan duduk atas pangkuannya sang ayah. Leandra bersikeras menyuapi si bungsu karena tangan sang anak yang masih terluka. Sewaktu sarapan pun Luhan makan di suapi kakak sulungnya.

"Buka mulutmu Baby."

"Biar Luhan saja."

"Tidak bisa, jadilah baik."

"Tapi Daddy juga perlu makan."

"Tidak apa-apa, Baby makan dulu baru Daddy. Semakin baby menolak semakin lama Daddy makan."

Akhirnya Luhan dengan patuh makan disuapi sang ayah. Baru setelah Luhan selesai makan, Kristian mengangkat tubuh sang adik dan  memindahkan sang adik untuk duduk di pangkuannya. Supaya sang ayah bisa makan lebih mudah.

Setelah makan siang selesai mereka pindah ke ruang tengah. Leandra perlu mendiskusikan kondisi si bungsu dengan yang lainnya.

"Kita perlu bicara tentang kondisi adik kalian."

Semua anak Leandra setuju dengan ucapan sang ayah. Kondisi Luhan benar-benar istimewa dan perlu perhatian ekstra.

"Daddy ingin kalian semua menjaga dan mengawasi adik kalian. Apa kalian setuju atau merasa keberatan?"

"Tidak." Jawab Kristian.

"Sama sekali tidak." Jawab Xavier.

"Tentu saja tidak keberatan. Lulu adik kami."

"Luhan dengar? Kami sama sekali tidak keberatan dan jangan sekalipun berpikir kami melakukan ini karena keterpaksaan. Ini semua karena kami menyayangi Luhan. Mengerti?"

Luhan menganggukan kepalanya lalu menatap sang Daddy dan semua kakaknya.

"Pertama yang Daddy inginkan adalah jangan sembunyi apapun. Bicara jujur jika Luhan terluka  meskipun Luhan tidak merasa sakit sama sekali dan luka sekecil apapun itu. Bicaralah oke?"

"Oke."

"Luhan harus berjanji."

"Iya, Luhan berjanji." Luhan berusaha menyakinkan semuanya dengan janjinya.

"Daddy tidak ingin kejadian kemarin terulang. Ini bukan masalah sepele. Dan mungkin kami akan menjaga dan mengawasi Luhan dengan ekstra dan  lebih ketat lagi. Jadi Daddy mohon maaf jika itu akan membuat Luhan tidak nyaman. Tapi semua ini kami lakukan demi kebaikan Luhan."

"Luhan tidak merasa keberatan."

"Mulai sekarang, Luhan tidak boleh tidur sendiri. Jika ingin tidur harus dengan salah satu dari kami."

"Luhan mengerti."

"Kurangi olahraga berat dan hindari suhu panas oke."

"Em."

"Dan untuk kalian, kita awasi Luhan bersama. Untuk Vier dan Via. Tolong jaga Luhan saat di sekolah. Daddy juga akan berbicara dengan Dirgam untuk kondisi Luhan."

"Iya Dad," ucap si kembar bersamaan.

"Untuk selebihnya kalian pasti sudah paham kan? jadi tidak perlu Daddy ingatankan?"

Kristian dan si kembar menganggukkan kepala tanda mengerti.

Hari itu terjadi rombakan besar-besaran di mansion. Semuanya kamar dilapisi dengan karpet bulu tebal. Dan setiap benda yang memiliki ujung tajam di singkirkan. Semua ujung lemari di bungkus perlindung. Meskipun terlihat terlalu berlebihan tapi semua ini dilakukan demi bungsu Rodriguez. Karena penderita CIPA tidak bisa merasakan, jadi mereka sering tidak sadar jika dirinya terluka bahkan tidak tau beberapa hal bisa membahayakan diri sendiri.

Luhan melihat perombakan itu dalam diam. Ia tidak bisa memprotes ataupun mengeluh. Ia juga tahu semua ini di lakukan demi dirinya. Meskipun terkesan berlebihan, tidak bisa dipungkiri ia merasa senang. Setelah sekian lama ia bisa merasa bagaimana itu diperhatikan dan dilindungi lagi. Ayahnya pergi saat ia masih kecil, jadi kenangan bersama sang ayah menjadi samar-samar. Sedangkan untuk sosok ibu, sedari kecil ia tidak memiliki figur seorang ibu. Karena ibunya meninggal setelah melahirkannya.

Luhan berdiri dan berjalan ke kamarnya. Si kembar mengikuti dari samping. Luhan mengambil beberapa kantong berisi permen yang pernah ia beli bersama Daddynya. Ia membawa kantong itu ke bawah.

"Lulu, mau diapakan permen ini?"

"Dibagikan."

"Dengan siapa?" Tanya Xavier.

"Semuanya."

Si kembar bingung dengan jawaban sang adik. Tapi keduanya masih setia mengikuti langkah sang adik yang kembali turun.

Luhan berjalan terus lalu berhenti di depan para maid dan bodyguard yang sedang bekerja merombak mansion. Luhan memberikan segenggam permen pada setiap orang. Para maid dan bodyguard tentu saja bingung dan tidak berani menolak jadi mereka dengan patuh menerima permen itu. Salah satu maid memberanikan diri untuk bertanya.

"Maaf tuan muda, kenapa tuan muda memberikan permen pada kami?"

"Luhan ingat, Luhan harus bersikap baik dengan orang yang baik pada Luhan dan Luhan perlu berbagi kebahagiaan pada mereka meskipun itu hanya berupa hal kecil. Lewat permen ini, Luhan berharap bisa berbagi sesuatu yang manis pada mereka yang sudah baik dan peduli pada Luhan."

Para maid dan bodyguard yang mendengar ucapan sang tuan muda  merasa tersentuh. Mereka tidak mengira jika tugas mereka disetarakan dengan berbuat baik pada tuan muda bungsu mereka. Seketika mereka merasa jika permen yang ada di tangan mereka terasa lebih berat karena itu bukan sekedar permen. Ini ketulusan dari tuan muda mereka. Mereka memasukkan permen itu pada saku pakaian mereka lalu mengucapkan terimakasih.

Luhan menganggukan kepalanya dan mulai berkeliling membagikan permen. Tapi karena banyaknya yang bekerja di mansion. Permen-permen itu tidak cukup.

"Beli permen yang sama dengan milik adikku, lalu bagikan pada semua orang yang ada di mansion." Ucap Xavier pada bodyguard yang ada di dekatnya.

"Baik tuan muda."

Si kembar merasa bangga dengan sang adik. Ternyata ini alasan sang adik suka memberikan permen pada mereka.








Manisnya, Inay juga mauuuuu.

24 Juni 2023

Don't FeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang