11

32.3K 3K 56
                                    

Haloo, halooo readersnya Inay.
Sehat kan?
Jangan lupa Vote dan komen.
Typo tandai ya supaya bisa langsung diperbaiki.

Tak terasa hari ini Luhan berangkat ke sekolah barunya. Tentu saja dengan si kembar yang juga ikut pindah bersekolah disini.

Kristian selesai mengoleskan salep di atas bekas luka sang adik yang sekarang sudah terlihat samar.

Leandra dan Kristian mengantar ketiganya berangkat ke sekolah. Sekolah itu milik sahabat Leandra jadi ia mempercayakan ketiga anaknya untuk bersekolah disana. Sekolah itu milik swasta terkenal mewah dan lengkap. Dengan Fasilitas yang menunjang pelajaran akademik dan non akademik.

Hanya dengan mobil mereka yang memasuki sekolah, itu saja sudah menarik perhatian banyak siswa karena mobil mewah yang hanya beberapa di dunia. Karena kebanyakan siswa disana anak orang kaya jadi tentu saja mereka tahu tentang mobil itu.

Mata coklat Luhan terlihat lebih bersinar saat melihat bangunan sekolah yang megah. Sekolah ini jauh lebih besar dibandingkan dengan sekolah lamanya.

Leandra memimpin anak-anaknya untuk menuju tempat sahabatnya yang menjabat sebagai kepala sekolah sekaligus pemilik sekolah itu.

Luhan berjalan di apit si kembar dan belakangnya ada Kristian. Pose ini benar-benar menunjukkan sikap protektif sekaligus posesif. Semuanya memasang wajah datar.

Leandra langsung saja memasuki ruang yang bertuliskan kepala sekolah.

Dirgam hanya bisa menghela napas saat kedatangan sahabatnya yang terkesan tidak sopan dengan langsung memasuki ruangannya tanpa mengetuk pintu.

"Tidak sopan seperti biasanya," ucap Dirgam.

"Apa ada sopan santun di antara kita?" Jawab Leandra.

Dirgam hanya bisa mendengus, ia dan Leandra memang tidak suka berbasa-basi. Dan diantara mereka memang tidak ada kesopanan karena mereka sudah paham dengan karakter masing-masing.

"Duduklah."

Semuanya duduk di sofa yang ada di dalam ruangan.

" Jadi ini anak bungsumu? Mau jadi anak Papa?"

"Jangan bicara omong kosong. Segera menikahlah dan buatlah anak sendiri."

"Pedas seperti biasanya. Jika mencari pasangan itu semudah membeli permen. Maka aku tidak akan sendiri sampai sekarang."

"Kau saja yang terlalu pilih-pilih atau memang kau tidak laku?" ucap Leandra dengan seringai.

"Sialan."

"Jangan berbicara kasar di depan putraku."

"Oke oke, jangan bahas lagi. Sekarang bahas tentang anakmu saja."

Sedari tadi semua anak Leandra hanya diam menyimak percakapan sang ayah dan temannya tanpa mau mengganggu. Menurut mereka, interaksi keduanya cukup menghibur.

"Anak manis berapa umurmu?"

"Hampir 17."

"Ah Papa kira 15 tahun."

"Jangan seenaknya menyebut dirimu dengan sebutan itu. Ini anakku bukan anakmu."

"Memang kenapa? Biarkan saja, aku juga ingin memiliki anak manis seperti ini. Jangan pelit."

Leandra memutar matanya jengah dengan kelakuan sahabatnya.

"Panggil saja, Papa oke?"

Luhan melihat ke arah sang Daddy untuk meminta persetujuannya. Leandra akhirnya menganggukkan kepala dengan pelan.

"Papa."

"Good boy. Siapa namamu ?"

"Luhan."

"Oke, nama Papa Dirgam Abraham."

Setelah mengobrol sebentar. Luhan akan menempati kelas 2A dan si kembar 3A. Mereka masih di gedung yang sama tapi berbeda lantai.

Ketiganya menolak untuk diatar langsung oleh Dirgam. Mereka sudah tahu dimana kelas mereka. Jadi tidak perlu diantar.

"Belajar yang baik, Daddy dan kakak akan kembali ke perusahaan."

Luhan menganggukkan kepala setuju. Lagipula ia sudah rindu sekolah. Ia ingin belajar dan mengetahui hal-hal baru yang ada di buku.

Sebelum pergi ke kelas, Luhan merogoh saku celananya dan mengeluarkan beberapa bungkus permen dan memberikannya pada sang Daddy dan dan kakak sulungnya. Keduanya menatap bingung tapi tidak menolak pemberian si bungsu.  Luhan melambaikan tangan dan keluar mengikuti si kembar yang sudah dulu keluar.

Leandra dan Kristian saling memandang lalu memasukan permen pemberian Luhan ke saku jas mereka.

"Ah manisnya aku juga ingin," celetuk Dirgam.

Leandra dan Kristian menatap datar ke arah Dirgam.

Si kembar mengantar terlebih dahulu sang adik yang kelasnya ada di lantai dua. Xavier mengetuk pintu dan membukakan pintu untuk sang adik.

"Ah hari ini kita kedatangan murid baru. Ayo masuk, perkenalkan diri," ucap sang guru.

Si kembar ikut masuk yang membuat guru heran dan para murid yang ada di kelas heboh. Ketiganya mempunyai paras yang sangat menawan tapi untuk Luhan lebih ke manis. Ini Seperti serangan triple kill. Sebenarnya mereka ingin memekik tapi melihat masih ada guru di kelas. Mereka menahan teriakan yang ingin keluar dari mulut para siswi.

"Perkenalkan Luhan Mahendra."

"Luhan Mahendra Rodriguez," imbuh Xavier.

Seketika ruangan itu hening setelah Xavier menambahkan nama belakang sang adik. Luhan sendiri lupa jika sekarang nama belakang sudah bertambah.

Para siswa ada yang bingung, ada yang diam dan ada yang penasaran. Untuk kalangan elit di negara ini mereka pasti tau marga ini. Sedangkan untuk orang kaya biasa kebawah, mereka pasti merasa asing ataupun seperti pernah mendengar marga ini di suatu tempat. Karena Rodriguez selama ini fokus di Eropa. Jadi tidak heran jika banyak kalangan orang kaya biasa yang tidak terlalu paham. Mungkin mereka pernah mendengar tapi tidak pernah melihat rupa para Rodriguez. Karena Rodriguez tidak banyak memiliki  berita dan menjaga privasi. Jadi tidak banyak foto mereka yang tersebar di internet. Tapi itu tak menghalangi mereka untuk menguasai pasar Eropa bahkan dunia bawah juga.

"Kalau begitu Luhan bisa duduk di bangku yang masih kosong ya."

Setelah guru selesai berbicara, itu juga mengingatkan si kembar sudah waktunya si kembar untuk kembali ke kelas mereka sendiri yang ada di lantai tiga.

"Kakak ke kelas dulu, nanti saat istirahat kakak akan menjemput. Jadi Lulu tunggu kakak oke."

Xavia mencubit gemas pipi Luhan yang sekarang terlihat lebih berisi. Dan Xavier mengelus rambut sang adik sebelum mengikuti Xavia keluar dari kelas.

Pemandangan itu tentu saja jadi tontonan para siswa yang ada di kelas. Mereka merasa iri, mereka juga ingin memiliki adik seperti Luhan yang manis, menggemaskan atau ingin memiliki kakak seperti si kembar yang tampan dan cantik,  terlihat sangat perhatian.

Luhan duduk di barisan paling belakang di samping jendela. Dari sana ia bisa melihat dengan jelas papan tulis dan suara guru juga cukup keras untuk sampai di telinganya yang duduk di barisan paling pojok dan belakang.

Di mulailah hari sekolah Luhan di sekolah barunya.






Inay juga pingin punya kakak kembar kaya mereka.

22 Juni 2023

Don't FeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang