Tetep semangat dan jaga kesehatan oke.
Jangan lupa vote dan komen.
Typo tandai ya supaya bisa langsung diperbaiki.Saat mobil yang ditumpangi Xavier, Xavia dan Luhan terparkir di depan halaman mansion. Itu hampir bersamaan dengan mobil Leandra yang juga baru sampai.
Leandra menghampiri ketiga anaknya yang sepertinya dalam suasana baik.
"Senang hm?" Tanya Leandra pada bungsunya.
"Hm, senang."
"Mandi lalu ganti baju oke, sebentar lagi kita akan makan malam."
Luhan mengganggukkan kepalanya lalu berjalan masuk terlebih dahulu ke dalam mansion karena melihat sepertinya kakak kembarnya ingin berbicara dengan sang Daddy.
Melihat Luhan tidak lagi terlihat, si kembar menatap ke arah sang ayah dengan datar. Leandra mengangkat alisnya dengan heran.
"Ada apa?"
"Tadi Vier melihat ada bekas luka di tangan Luhan."
"Lalu?"
Si kembar secara tidak sengaja melihat bekas-bekas luka yang ada di tangan sang adik saat bermain bersama di taman hiburan. Keduanya memang tidak bertanya langsung pada sang adik, mereka takut pertanyaan mereka akan membuat sang adik merasa tidak nyaman. Jadi mereka lebih memilih untuk bertanya langsung pada sang ayah.
"Apanya yang lalu? Tentu saja urus orang yang sudah melukai Lulu."
"Kalian marah?"
"Tentu saja." Ucap si kembar kompak.
"Bagus."
Si kembar merasa bingung dan marah saat mendengar ucapan sang ayah. Apanya yang bagus?
"Daddy," tekan Xavier.
"Tentu saja bagus, karena kalian peduli dengan Luhan. Dan untuk orang yang melukai adik kalian. Daddy sudah mengurusnya jadi tenang saja."
Mendengar penjelasan sang ayah, keduanya mengendurkan ekspresinya. Mereka mengira jika sang ayah tidak peduli dengan adik kecil mereka tapi ternyata sang ayah sudah dulu mengurusnya jadi mereka tidak perlu untuk mengurusnya secara langsung.
"Kalian juga mandi bersihkan diri lalu kita makan malam."
Setelah semuanya selesai membersihkan diri, mereka berkumpul di meja makan. Makan malam berjalan dengan tenang.
Di waktu makan malam yang tenang itu, terdengar suara sepatu menggema berjalan mendekat.
Leandra dan si kembar tetap tenang melanjutkan makan, hanya Luhan yang menghentikan makannya karena penasaran dengan siapa yang masuk.
Seorang pria tinggi masuk dengan setelan jas rapih. Wajahnya datar dan tampan mirip dengan Leandra. Luhan menebak ini pasti kakak sulunganya.
"Sangat cepat?"
"Hm."
"Duduklah, ayo makan bersama."
Pria itu duduk di sebelah Luhan dan menatap Luhan dengan tatapan intens. Luhan sedikit tidak nyaman dengan tatapan pria yang ia tebak adalah kakak sulungnya.
"Berhenti menatapnya."
Pria itu mendengus setelah
mendengar intrupsi sang ayah."Kristian, panggil kak Kris."
"Kak Kris?"
"Good boy, baby," ucap Kristian lalu mengelus rambut adik bungsunya.
Leandra cukup terkejut saat anak sulungnya langsung menerima Luhan. Tapi ia tidak heran juga, karena menurutnya anak bungsunya seperti punya daya tarik tersendiri dan ia pun tidak bisa menolaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Feel
Teen FictionSaat membuka mata Luhan sudah berada di tengah hutan. Tidak usah memikirkannya lagi, sudah pasti ia di buang Luhan menghela napas, ia kembali menutup matanya. samar-samar ia mendengar langkah kaki mendekat. "Hey boy, kenapa ada di tengah hutan. In...