Halo semuanya sehat kan sehat dong tetap jaga kesehatan dan terus semangat ya
Typo tandai ya supaya bisa langsung diperbaiki
###
Semenjak kejadian itu, semuanya terlihat berbeda untuk Miko. Ia seperti dijauhi, tidak seperti sebelumnya, banyak siswi yang memandangnya dengan cara yang bisa dikatakan tidak suka. Padahal, pertama kali Miko pindah ke sekolah ini, banyak tatapan siswi yang menunjukkan tertarik ke arahnya. Karena sebenarnya, Miko memiliki wajah tidak kalah tampan. Apalagi dengan notabennya yang sebagai siswa baru, jadi otomatis, ia akan menarik banyak perhatian.
Entah bagaimana, tersebar rumor jika Miko merupakan teman Bianca. Dan juga, ia sebagai pelaku perundungan di sekolah sebelumnya, sama seperti Bianca. Di sekolah ini, perundungan sangat dilarang dan termasuk pelanggaran, karena sekolah ini mengutamakan kesetaraan. Jadi, perundungan sangat jarang, jika pun ada, mereka akan melakukannya secara diam-diam. Miko sedikit merasa tidak nyaman saat melihat tatapan para siswa yang mengarah ke arahnya seperti itu. Di sekolah sebelumnya, ia merupakan salah satu penguasa, tapi di sekolah ini, benar-benar sangat berbeda. Ia juga baru mengetahui, jika para siswa yang bersekolah di sini merupakan anak orang kaya dan orang tua mereka juga sama-sama berpengaruhnya. Bukan hanya dia, pantas saja teman sekelasnya menatapnya dengan tidak suka saat ia mengatakan jika ia merupakan anak orang kaya. Tapi Miko mencoba untuk tidak menghiraukan mereka, tujuan utama ia pindah ke sini adalah untuk mencari kabar tentang Bianca. Ia merasa khawatir, Bianca benar-benar tidak bisa dihubungi sama sekali. Orang tuanya juga, sama tidak bisa dihubungi. Tidak hanya Bianca yang hilang kabar, orang tuanya pun tidak ada lagi kabarnya, tidak ada lagi info kelanjutan dan tidak ada kejelasan Bianca pindah kemana. Ia merasa kesal dan marah, bagaimana video Bianca bisa bocor secara meluas, pasti ada dalang dibalik semua itu. Miko tidak bisa memikirkan orang lain selain Luhan, karena di sini yang mengenal Bianca hanya Luhan. Apalagi melihat sikap Bianca di sekolah sebelumnya, meyakinkan tebakannya.
***
Pagi ini, Miko benar-benar tidak bisa menahan rasa penasarannya lagi, setelah memasuki kelas, ia langsung berjalan menuju meja Luhan. Siswa lain yang ada di kelas, menatap Miko dengan waspada. Mereka berjaga-jaga, barangkali Miko ingin melakukan sesuatu lagi
"Aku tanya sekali lagi, di mana Bianca?" ucap Miko dengan tegas karena ia yakin, pasti hilang kabarnya Bianca, ada hubungannya dengan Luhan
Luhan menatap datar ke arah Miko. Kenapa Miko selalu menanyakan Bianca kepadanya? Jelas-jelas, ia tidak ada hubungannya dengan Bianca, mereka juga bukan teman yang dekat. Bahkan, bisa dikatakan mungkin seperti musuh, tapi Luhan tidak merasa seperti itu, justru Bianca yang sepertinya menganggapnya sebagai musuh. padahal Luhan bersikap seperti biasa.
"Hei, Bro, kenapa kamu dari terus menanyakan tentang Bianca? Bianca itu siapa? Pacarmu? Kamu terlihat sangat khawatir padanya, pasti ada apa-apa diantara kalian, kan?" tanya Lingga dengan tersenyum.
Sejujurnya, memang Miko sebenarnya menyukai Bianca, maka dari itu, ia selalu menuruti apapun yang diucapkan Bianca. Bahkan untuk merundung Luhan di sekolah lamanya, tapi ia tidak merasa keberatan, ia juga menikmatinya. Ia tidak merasa dirugikan, tidak ada yang berani melaporkannya di sekolah lamanya. Bahkan, guru pun, terlihat seperti menutup mata atas perbuatan yang ia dan teman-temannya lakukan kepada Luhan. Tapi mana mungkin Miko mengakui dengan jujur, jika ia memang menyukai Bianca di hadapan Luhan dan Lingga. Ia hanya bisa menahan rasa kesalnya. Ia membutuhkan kabar tentang Bianca secepatnya. Memang sebelumnya, ia sudah berencana untuk menyusul Bianca pindah ke sekolahan ini, tapi belum selesai ia mengurus semuanya dan pindah ke sini. Ia sudah hilang kontak dengan Bianca, Bianca tidak bisa dihubungi lagi. Jadi, ia mendesak sang ayah untuk secepatnya memindahkannya ke sekolah ini
"Itu bukan urusanmu, jawab saja, pasti kamu tahu, kan?" tunjuk Miko pada Luhan.
"Luhan tidak tahu," ucap Luhan dengan tenang.
"Kamu tidak tahu, apa pura-pura tidak tahu?"
"Luhan berkata jujur."
"Hei, Luhan itu tidak ada hubungannya dengan hilangnya kabarnya Bianca," ucap salah satu siswi teman Luhan.
"Aku tidak berbicara denganmu."
"Tapi aku di sini ingin memperjelas semuanya, Bianca dan Luhan itu tidak ada hubungannya. Bianca pasti sudah terlalu malu dan ia tidak akan mungkin bersekolah di sini lagi. Jadi, ia pasti sudah pindah ke sekolah lain atau seperti yang kemarin aku ucapkan, ia pasti ikut orang tuanya ke luar negeri."
Miko bertambah kesal setelah mendengar ucapan siswi tersebut. Ia memang sudah memikirkan kemungkinan itu, tapi ia benar-benar tidak bisa mendapatkan kabar apapun tentang Bianca. Terakhir yang ia tahu, hanyalah kabar tentang video dan foto-foto Bianca yang tersebar. Meskipun skandal Bianca cukup memalukan, Miko sudah terlanjur sangat menyukai Bianca dan ia merasa tidak keberatan. Mungkin ini yang disebut 'cinta itu buta'. Padahal, sudah jelas Bianca itu bukan gadis yang baik. Jika saja ayah Miko mengetahui pemikiran anaknya ini, ia pasti tidak akan menuruti keinginan anaknya untuk pindah ke sekolah ini.
Lingga sudah terlalu malas untuk meladeni Miko. Ia juga bukan tipe orang yang sabar untuk menghadapi orang seperti Miko. Ia mengambil ponselnya, ia mengetik sesuatu dan kemudian ia mendapatkan balasan cepat. Ia menekan icon panggil pada nomor yang baru saja dikirim. Tidak butuh lama panggilan itu untuk di jawab.
"Halo, Tuan Wijaya," ucap Lingga dengan seringai yang ia layangkan ke arah Miko.
Wajah Miko berubah tegang saat mendengar nama yang diucapkan Lingga. Wijaya yang dipanggil Lingga, bukan ayahnya, kan?
"Ah, saya Lingga Fabero," ucap Lingga dengan entengnya.
Nada suara di seberang langsung berubah sopan.
'Ah, Tuan muda Lingga. Ada perihal apa sampai anda menghubungi saya secara langsung.'
"Putra tersayang mu, benar-benar membuatku kesal. Bagaimana ini?" tanya Lingga dengan tenang.
Tapi orang di seberang sudah mulai berkeringat dingin. Ia mengutuk di dalam hatinya, apa yang dilakukan anak bodohnya sampai membuat tuan muda Fabero menghubungi secara langsung.
'Saya minta maaf atas nama putra bodoh saya yang sudah membuat anda kesal. Saya akan mendisiplinkannya nanti.'
"Ambil kembali anakmu. Aku sudah tidak mau melihat wajahnya lagi."
'Baik, baik, saya akan membawanya dan memastikannya tidak akan menunjukkan wajahnya lagi di depan anda.'
"Bagus, tapi sebelumnya. Aku meminta maaf, karena ia sudah membuatku kesal. Mungkin aku akan memberikan hadiah kecil sebagai perpisahan. Bolehkah?"
'Tentu saja, boleh!' ucap di seberang dengan cepat. Mana berani ia mengatakan tidak.
"Oke."
Panggilan terputus, wajah Miko sudah berubah pucat. Sekarang, ia yakin jika Lingga benar-benar kenal dengan ayahnya.
Tanpa basa-basi, Lingga langsung menendang Miko. Semuanya terlihat sangat terkejut melihat adegan itu. Tapi tidak ada yang maju untuk melerai keduanya.
"Ini untuk Luhan."
"Ini untuk mulutmu yang kotor."
"Ini untuk membalas rasa sakit Luhan."
"Ini..."
Para siswa melihat dengan ngeri, senyum masih setia bertengger di bibir Lingga. Adegan itu berhenti sampai guru masuk dan melerai. Sang guru bertanya ada apa. Dengan entengnya Lingga menjawab, "Kaki Aling terpeleset, jadi Aling minta maaf," ucap Lingga dengan senyum malu-malu.
Siapa yang akan percaya!!
####
Terima kasih untuk semuanya doanya ya. Inay juga berdoa semoga kita semua selalu diberikan kesehatan dan selalu dilindungi-Nya.
Btw, Lingga keren, kan? Hehe.
Hujan oh hujan kenapa tidak turun turun.
Daerah manakah yang sudah hujan? Inay pingin tahu nih
14 September 2023.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Feel
Teen FictionSaat membuka mata Luhan sudah berada di tengah hutan. Tidak usah memikirkannya lagi, sudah pasti ia di buang Luhan menghela napas, ia kembali menutup matanya. samar-samar ia mendengar langkah kaki mendekat. "Hey boy, kenapa ada di tengah hutan. In...