Haloo apa kabar hari ini? Tetep semangat kan?
Jangan lupa vote dan komen ya.Luhan makan di samping sang ayah, Xavia sebenarnya ingin mendudukkan Luhan di sampingnya tapi Xavier menyuruhnya untuk diam dan membiar adik mereka sarapan dengan tenang.
"Baby ingin sarapan roti atau nasi?" Tanya Leandra.
"Nasi Dad,"
"Oke, Daddy ambilkan."
Si kembar melihat sang ayah dengan aneh dan bingung. Apakah ini benar ayah mereka yang dingin dan kaku itu? Xavia dan Xavier saling memandang berbicara lewat tatapan mata lalu mengangkat bahu bersamaan tanda tidak tau. Mereka makan dengan tenang, Xavia yang kelebihan semangat pun akan diam saat sarapan di mulai.
Seperti biasanya, setelah makan mereka berkumpul di ruang tengah.
"Kalian kemari, lalu bagaimana sekolah kalian." Leandra membuka suara.
"Daddy tidak berencana untuk pulang ke Eropa?" Tanya Xavia.
"Belum, untuk saat ini Daddy ada urusan disini."
"Kalau begitu, Lulu ikut kami saja ke Eropa. Daddy tetap disini."
"Tidak bisa Via, Daddy sudah mendaftar adik kalian sekolah disini."
"Kalau begitu, Via dan Vier juga akan sekolah disini. Iya kan Vier."
Xavier mengganggukkan kepalanya. Ia tidak masalah untuk sekolah dimana pun. Dan lagi ia memang ingin dekat dengan adik kecilnya.
"Kalian baru naik kelas 3 dan ingin pindah?"
Xavia dan Xavier mengganggukkan kepala dengan kompak. Leandra mendadak merasa pusing. Kenapa tiba-tiba anak kembarnya juga ingin bersekolah disini.
"Kalian serius?"
"Iya." Ucap si kembar.
"Daddy butuh alasan."
"Kami ingin dekat dengan adik kami. Karena Lulu sekolah disini jadi kami juga memutuskan untuk bersekolah disini. Iya kan Vier?"
"Iya," balas Xavier.
"Kalau begitu suruh kakak sulung kalian untuk mengurus kepindahan kalian sebelum kemari. Daddy yakin kakak kalian akan segera menyusul kemari."
"Tidak bisakah Daddy saja yang mengurus?" Tanya Xavia.
"Tidak."
Xavia memasang wajah masam saat mendengar ucapan tegas sang ayah. Bukannya ia tidak mau, tapi mereka sedikit takut dengan kakak sulungnya. Ia dan Xavier datang kemari tanpa memberitahu sang kakak. Meskipun kakak mereka pasti sudah mengetahuinya. Tapi ia merasa sedikit takut jika harus menelpon langsung kakak sulungnya itu.
Luhan sedari tadi hanya diam menyimak percakapan antara ayahnya dan kakaknya.
"Daddy tidak bekerja?" Tanya Luhan yang akhirnya membuka mulutnya.
"Sebentar lagi. Mau ikut Daddy lagi?"
Sebelum Luhan membuka mulutnya Xavia terlebih dulu mengatakan tidak.
"Lulu akan bersama kita."
"Kalian urus saja dulu urusan kalian dengan kakak kalian. Baby akan ikut Daddy ke perusahaan."
"Apa enaknya ikut ke perusahaan, pasti membosankan kan Lulu?" Ucap Xavia
"Tidak juga."
Leandra memasang wajah puas mendengar jawaban anak bungsunya sedangkan Xavia memasang wajah masam.
Leandra bangkit lalu membawa anak bungsunya ke luar mansion menuju mobil yang sudah stand by.
Xavier dan Xavia menatap datar kepergian sang ayah yang membawa adik kecil mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Feel
Teen FictionSaat membuka mata Luhan sudah berada di tengah hutan. Tidak usah memikirkannya lagi, sudah pasti ia di buang Luhan menghela napas, ia kembali menutup matanya. samar-samar ia mendengar langkah kaki mendekat. "Hey boy, kenapa ada di tengah hutan. In...