20

23.1K 2.6K 157
                                    

Haduduh gimana kabar kalian semua readersnya Inay?
Sehat selalu kan? Aaminnn.
Selamat membaca dan semoga menghibur,
Typo tandai ya supaya bisa langsung diperbaiki.

Kelas Luhan tiba-tiba kedatangan murid baru, yang lainnya menatap penasaran ke arah siswi yang sedang berdiri di depan kelas.

"Halo semuanya, perkenalkan nama aku Bianca Alexa. Semoga kita bisa berteman."

Siswi itu duduk di barisan kedua dari depan. Luhan merasa wajahnya siswi ini familiar dan tidak asing. Luhan mencoba mengingat tapi ia tidak ingat dimana pernah melihat.

Tapi Luhan menebak mungkin ia pernah melihatnya di tempat lamanya. Kemungkinan itu benar. Entahlah Luhan tidak terlalu ingat.

Jam istirahat berbunyi, Luhan mendapatkan dua kotak susu dari dua teman sekelasnya. Dan seperti biasanya Luhan akan memberikan mereka permen yang selalu Luhan bawa di dalam tasnya.

"Luhan, terimakasih permennya. Kita ke kantin dulu ya."

"Oke, terimakasih juga susunya."

Kedua teman Luhan menerima permen itu dengan senang lalu keluar untuk makan di kantin.

Pandangan mata Luhan bertemu dengan Bianca, Luhan seperti merasa Bianca tidak suka saat melihatnya. Atau apakah ia yang terlalu banyak berpikir. Bianca berdiri dan berjalan mendekat ke arah Luhan.

"Halo Luhan, kita bertemu lagi."

"Apakah kita saling kenal?"

"Ah, kamu tidak ingat aku?"

"Tidak."

"Aku sedih lho."

"Hm?"

"Kita teman..."

"Lulu."

Ucapan Bianca terputus karena si kembar yang memanggil Luhan. Bianca melihat kearah panggilan itu. Terlihat ada siswa dan siswi yang berdiri di pintu kelas. Keduanya cantik dan tampan. Bianca sendiri sempat terpaku apalagi siswa itu termasuk tipe idamannya. Apakah mereka memanggil Luhan. Tapi tadi ia mendengar panggilan 'Lulu'?

Luhan berdiri menghampiri si kembar. Melewati Bianca begitu saja. Xavia langsung saja menarik tubuh adiknya mendekat, ia memeluk gemas sang adik. Luhan sendiri mulai terbiasa dengan perilaku kakaknya. Xavier memisahkan tubuh adik kecilnya dari kembarannya.

"Lepas, kita ke kantin dulu."

"Huh, kamu tidak asik Vier. Ayo Lulu kita ke kantin."

Xavia dengan semangat menarik Luhan meninggalkan kelas menuju kantin, Xavier mengikuti keduanya dari belakang, sudah terlalu terbiasa dengan kelakuan adik kembarnya yang terlalu bersemangat jika bersama dengan Luhan.

Bianca melihat kepergian Luhan dengan mata menyelidik. Ia penasaran dengan kedua siswa yang terlihat sangat akrab dengan Luhan. Bagaimana bisa Luhan mengenal mereka dan mereka juga terlihat sangat dekat. Bukankah Luhan sudah tidak mempunyai keluarga lagi? Lalu siapa mereka? Dan juga bagaimana bisa Luhan yang di kabarkan menghilang ternyata ada disini dan sepertinya memiliki kehidupan yang lebih baik. Bianca melangkah keluar untuk menyusul teman barunya yang tadi pergi ke kantin terlebih dahulu. Bianca masih penasaran tapi ia memutuskan akan mencari tau nanti.

Luhan makan daging ikan yang sudah dipilihkan kakaknya untuknya. Sejak pertama kali Luhan mencicipi ikan, ia langsung sangat menyukainya. Kakak kembarnya sering bergantian memilih daging ikan untuknya. Sebenarnya ada pilihan ikan presto supaya tidak perlu repot-repot memilih duri sebelum ia makan. Tapi menurut Luhan itu tidak seenak daging yang ikan yang masih ada durinya. Setiap kali ia ingin memakan daging ikan sendiri, kedua kakaknya tidak akan setuju. Jadilah Luhan dengan patuh menerima pengaturan kakak kembarnya. Sebagai gantinya Luhan akan memberi makan sang kakak saat kakaknya memilih daging ikan untuknya seperti saat ini.

"Kak," panggil Luhan, Xavier membuka mulutnya dan memakan suapan yang diberikan adik kecilnya.

Luhan mengarahkan pandangannya ke depan dan melihat Bianca yang sedang melihat ke arahnya. Luhan heran melihatnya. Tapi mengingat percakapan tadi dengan Bianca sudah dipastikan Bianca kenal dengannya, Luhan pun merasa familiar tapi tetap tidak memiliki kesan tentang Bianca. Mungkin karena dulu Luhan terlalu tidak peduli dengan sekitarnya.

Saat ini sedang jam pelajaran kosong di kelas Luhan. Meskipun pelajaran kosong, kelasnya masih terlihat tertib, tidak berisik seperti kelas di sekolah lama Luhan, mungkin karena kelas ini unggulan. Walaupun ada beberapa siswi sedang berkumpul di beberapa meja, mereka tidak seheboh yang Luhan pikirkan. Luhan sendiri sedang membaca buku dan tidak memperhatikan sekitarnya.

Luhan merasa jika ada seseorang yang berdiri disampingnya. Ia melirik kesamping ternyata ada Bianca yang sedang tersenyum ke arahnya. Luhan melihat dengan heran.

"Luhan."

"Iya."

"Belum ingat aku?"

"Hm?"

"Kita teman satu sekolah"

Dunia sesempit itu ternyata, Luhan sudah dibuang jauh dan masih bertemu dengan teman satu sekolah lamanya. Apa Luhan kurang jauh dibuang?

"Luhan tidak memiliki kesan tentangmu."

"Sepertinya kehidupanmu disini lebih baik atau memang sangat baik."

Luhan jadi berpikir, mungkin Bianca termasuk kedalam siswa yang dulu mengucilkannya. Luhan yakin setelah melihat ekspresi Bianca yang terlihat meremehkannya.

"Sepertinya kamu sangat kenal dengan Luhan. Tapi maaf Luhan tidak kenal kamu."

Bianca merasa kesal melihat Luhan yang terlihat cuek dan tidak menggubris ucapannya.

"Kamu itu hanya anak yatim piatu. Dan kamu juga anak aneh."

Bianca ingat jika Luhan sudah tidak mempunyai orang tua. Dan anak lainnya menyebut Luhan anak aneh. Karena Luhan tidak pernah menunjukkan rasa sakit sedikit pun meski dulu sering mengalami pembullyan dan Bianca dengar juga bibi dan pamannya melakukan kekerasan pada Luhan. Meskipun datang ke sekolah dengan tubuh penuh luka. Luhan selalu memiliki wajah tenang seolah tidak pernah terjadi pada tubuhnya dan menganggap luka itu seperti bukan apa-apa. Dari sanalah Luhan mendapat julukan 'anak aneh'.

Luhan ingat jika di sekolahnya dulu, ia sering mengalami pembullyan dan pasti Bianca ikut di dalam kelompok itu. Dan mengenai sebutannya anak aneh, sekarang Luhan sudah tau penyebabnya. Ia pengidap CIPA jadi tentu saja ia tidak akan merasakan sakit.

"Luhan tidak aneh."

"Kalau bukan aneh, itu namanya apa?"

Luhan diam tidak menjawab. Ia tidak perlu menjelaskan tentang penyakitnya kepada orang asing. Jadi Luhan tidak mau berbicara pada Bianca lagi. Luhan meneruskan membaca dan sepenuhnya mengabaikan Bianca yang masih ada di sampingnya.

Bianca merasa kesal lalu menendang bagian bawah kursi Luhan. Itu cukup membuat Luhan terkejut, teman sekelas Luhan juga melihat ke arah Luhan.

Bianca memasang wajah tersenyum malu, "Maaf, lantainya licin jadi aku tersandung."

"Oh, hati-hati lain kali."

"Iya." Bianca kembali ke kursinya dengan hati yang mendumel.

Ia tidak berhasil memprovokasi Luhan. Ia mengira akan melihat sesuatu yang menarik seperti di sekolah lamanya. Tapi sekarang Bianca merasa disini Luhan cukup disenangi.

Luhan melihat Bianca yang kembali duduk di bangkunya. Luhan berharap kehidupan sekolahnya tidak akan berubah setelah kedatangan Bianca.





Haloo kangen Luhan?
Inay berasa diteror up terus. Ini Inay udah up ya. Jangan lupa vote dan komen lho. Kalau ngga ntar Inay mau semedi cari wangsit lagi 🤭😂

8 Juli 2023

Don't FeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang