27

18.5K 2.2K 148
                                    

Halooo, sehat, kan? Sehat donk pastinya. Jaga kesehatan dan tetap semangat, oke?
Typo tandai ya supaya bisa langsung diperbaiki.


"Luhan ada kakak kelas yang nyari kamu di depan pintu kelas," ucap teman sekelas Luhan.

Luhan melihat ke arah pintu kelas. Ia melihat Sean yang sedang tersenyum ke arahnya dan melambaikan tangannya, mengkode Luhan untuk datang mendekat.

Luhan menatap bingung saat Sean yang datang terlebih dahulu ke kelasnya untuk menjemputnya. Kakak kembarnya belum terlihat. Sean seperti biasa memasang wajah tersenyum. Luhan merasa, jika kakak kelasnya ini terlalu ramah. Ia akan menanggapi setiap siswi yang menyapa saat melewati sang kakak kelas.

"Kak."

"Kak Sean."

"Kakak Sean."

"Kakak."

Begitulah contohnya saat para siswi menyapa Sean. Sean akan menanggapi dengan senyum khasnya, yang akan membuat para siswi yang menyapanya akan memekik senang karena sapaan mereka di tanggapi. Memang Sean mempunyai banyak penggemar karena wajahnya yang selalu tersenyum dan terlihat ramah. Ia juga merupakan salah satu siswa berprestasi, yang menjadikannya semakin populer, apalagi khususnya di kalangan para siswi.

Saat ini saja, Sean di kerumuni beberapa teman sekelas Luhan. Luhan sendiri berjalan dan berdiri tidak jauh dari Sean. Melihat Luhan datang mendekat dan berdiri tidak jauh darinya, Sean datang menghampiri Luhan.

"Ayo, kita ke kantin."

"Kak Vier dan Kak Via belum datang."

"Mereka akan menyusul," ucap Sean lalu menarik tangan Luhan untuk mengikutinya ke kantin.

"Tapi..."

"Tenang, mereka pasti akan menyusul."

Setelah diyakinkan, Luhan pun dengan patuh mengikuti Sean ke kantin.

Tidak jauh setelah Sean dan Luhan berjalan. Si kembar datang, tentu saja mereka melihat sang adik yang dibawa Sean. Mereka merasa kesal saat Sean datang mendahului mereka untuk menjemput Luhan. Tapi si kembar tetap mengikuti keduanya pergi ke kantin.

Luhan duduk di tempat biasa mereka makan, ia bisa melihat ternyata kakak kembarnya berjalan tidak jauh di belakangnya. Sedari tadi, ia tidak menyadari jika kakak kembarnya ikut berjalan tidak jauh darinya, tapi kenapa kakaknya tidak memanggilnya?

Xavier menyingkirkan tubuh Sean yang hendak duduk di samping adiknya. Sudah cukup Sean membawa adiknya lebih dulu tanpa menunggunya. Ia tidak akan membiarkan Sean duduk di samping adiknya. Si kembar duduk di kanan kiri Luhan, mengapit tubuh Luhan.

Sean diam-diam mendengus kecil melihat sikap posesif si kembar. Ia juga ingin duduk di samping Luhan. Kenapa si kembar datang begitu cepat.

Mereka makan bersama seperti biasanya. Dengan si kembar dan Luhan yang duduk di meja yang sama saja sudah membuat banyak pasang mata mengarah ke arah mereka. Apalagi sekarang ditambah dengan Sean. Sudah dipastikan meja Luhan berisi visual good looking, membuat para siswa terutama para siswi ingin memekik kegirangan karena bisa melihat momen berkumpulnya para wajah populer dalam satu waktu dan tempat.

"Fokus saja pada makananmu," ucap Xavia yang lama kelamaan merasa kesal melihat Sean terus saja menatap ke arah adik kecilnya.

"Pelit sekali."

Sean kembali memakan makanan karena Xavia terus saja menatap dingin ke arahnya. Bukannya ia takut, ia hanya merasa sedikit tidak nyaman di tatap terus menerus oleh seorang gadis. Jika itu Xavier mungkin ia akan meladeninya.

Don't FeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang