16

28K 2.7K 122
                                    

Gimana kabar reader Inay?
Sehat kan?
Jangan lupa vote dan komen ya.
Typo tandai ya supaya bisa langsung diperbaiki.





Luhan bersikeras untuk masuk sekolah hari ini, meskipun tangannya belum sembuh tapi ia tetap ingin bersekolah. Ia berjanji tidak akan membuat mereka khawatir. Ia tidak akan melakukan sesuatu yang akan memperparah luka yang ada di tangannya walupun ia tidak bisa merasakannya. Ia berjanji hanya akan duduk dan mendengarkan guru mengajar. Ia tidak akan mencatat pelajaran karena tangan kanannya masih terluka. Setelah meyakinkan semuanya, Luhan akhirnya di ijinkan untuk berangkat sekolah.

Tapi sebelum berangkat tentu saja Alex memeriksa keadaan Luhan terlebih dahulu.

"Semuanya terlihat normal dan hindari menyentuh lukanya oke. Lukanya sudah diberi obat kan?"

"Sudah, Daddy mengoleskan salep pada Luhan tadi setelah mandi."

"Oke, nanti lebih berhati-hati ya."

"Hm."

Kristian sudah berangkat kerja terlebih dahulu, ia berangkat pagi-pagi sekali. Ia sedang mengembangkan cabangnya yang ada disini jadi ia harus menambakan beberapa hal. Dan ia perlu mengatur ulang semuanya.

Leandra mengantar kedua anaknya ke ke sekolah karena ia juga perlu berbicara dengan Dirgam tentang kondisi anak bungsunya. Ia ingin temannya itu lebih menjaga anaknya saat di sekolah.

Saat Luhan sudah sampai di kelas, Luhan langsung dikerumuni teman sekelasnya. Mereka khawatir dengan Luhan yang tidak masuk sekolah, ditambah setelah melihat luka melepuh yang ada di tangan kanannya.

"Luhan, are you oke?"

"Ya ampun. Kenapa ini bisa seperti ini?"

"Sakit kah?"

"Aku ikut sedih lihat."

"Luhan tidak apa-apa." Luhan menjawab pertanyaan mereka dengan tersenyum kecil. Dulu ia tidak mempunyai teman, jadi Luhan merasa sedikit asing dengan perhatian teman sekelasnya. Tapi tak dipungkiri ia merasa senang.

Setelah guru masuk, siswa yang mengerumuni Luhan kembali ke tempat duduk mereka masing-masing.

Luhan mendengar guru dengan tenang, kali ini ia tidak bisa mencatat pelajaran yang disampaikan guru. Ia merasa gatal ingin mencatat materi di bukunya, tapi ia sudah berjanji pada keluarganya. Jadi ia hanya bisa menyimpan materi itu di pikirkan. Ia akan menambah catatan ke bukunya saat tangannya sudah sembuh.

Bel telah berbunyi, waktunya semua siswa istirahat dan makan. Si kembar pun datang menjemput adik mereka untuk pergi ke kantin.

Luhan dan Xavia duduk menunggu Xavier yang sedang memesan makanan. Luhan mengikat separuh rambutnya kebelakang seperti biasanya. Kakaknya Xavia yang mengikatkan rambutnya. Sedangkan Luhan sendiri tidak peduli dengan penampilannya. Selama itu tidak menggangu Luhan tidak keberatan dan tidak mempermasalahkan.

Sebenarnya setelah ketiganya pindah ke sekolah ini, mereka langsung populer dan terkenal, mau dikalangan adik kelas maupun kakak kelas. Karena paras mereka tidak bisa menolak untuk tidak menoleh ke arah mereka. Apalagi Luhan yang menjadi favorit para siswi di sekolah. Karena Luhan yang terlihat imut dan selalu terlihat tenang membuat mereka merasa gemas kepadanya. Dan menjadikan banyak siswi menginginkan Luhan menjadi adik mereka.

Tak lama Xavier datang di ikuti pegawai stand membawa pesanan mereka. Ketiganya mulai makan setelah pesanan mereka di letakkan di hadapan mereka masing-masing.

Luhan makan apapun yang ada, tidak pilih-pilih tapi sekarang ia merasa penasaran dengan sup ikan yang ada di hadapan kakaknya Xavier. Selama ini ia tidak pernah makan ikan dan lupa kapan terakhir kali ia memakannya. Selama ia makan di mansion pun, ia tidak pernah melihat ada menu seafood di meja makan, kebanyakan menu terbuat dari daging maupun ayam. Karena itu direkomendasikan dokter untuknya dalam program menambahkan berat badannya. Terbukti sekarang, ia terlihat lebih berisi jika dibandingkan sebelumnya.

"Baby mau ikan?" Xavier menyadari jika sepertinya sang adik memperhatikan sup ikan yang ada di depannya.

"Luhan hanya penasaran, Luhan tidak pernah memakannya."

"Lulu tidak pernah makan ikan?"

"Entah, Luhan tidak ingat. Mungkin sewaktu kecil saat ayah masih hidup?"

Luhan tidak yakin dengan jawabannya. Karena saat hidup dengan paman dan bibinya. Ia tidak pernah makan enak. Dan tentu saja ikan termasuk makanan enak kan? Ia terbiasa makan nasi dengan lauk tempe atau tahu. Kadang juga ia tidak diberi makan saat paman dan bibinya merasa kesal.

Si kembar merasa sedih saat mendengar ucapan sang adik. Sepertinya kehidupan adik mereka benar-benar sangat buruk. Bahkan ia lupa kapan terakhir bisa memakan ikan.

Xavier mengambil daging ikan dari mangkuk supnya lalu melihat dengan serius barangkali masih ada duri di daging ikan tersebut. Setelah memastikan sudah tidak ada duri, Xavier memindahkan daging ikan yang ia ambil ke piring sang adik tak lupa menambah kuah.

"Makanlah," ucap Xavier.

"Terimakasih kasih Kak."

Luhan perlahan mengambil daging ikan itu dan memakannya bersamaan dengan nasi yang sudah dicampur dengan kuah.

"Bagaimana? Suka?" Tanya Xavier.

"Enak, Luhan suka."

"Kalau begitu, makan lagi." Xavier menambahkan daging ikan yang sudah ia pilih ke atas piring sang adik.

"Lulu, tumis ini juga enak." Xavia tak mau kalah jadi menambahkan makanan ke piring sang adik.

"Tapi ingat, jangan pernah makan ikan ini sendiri. Ikan memiliki duri yang banyak. Jadi Luhan bisa saja terluka. Jika ingin makan katakan saja pada Kakak."

"Iya, Luhan janji tidak akan makan ikan sendiri."

"Anak baik." Xavier mengelus kepala sang adik dengan satu tangannya yang masih bersih. Karena satu tangannya sudah terkena sup ikan saat memilih duri.

"Ah, kembaranku ternyata bisa berbicara panjang juga," goda Xavia. Karena selama ini Xavier selalu irit bicara.

Xavier mengabaikan ucapan sang kembaran, ia melanjutkan makan dan sesekali memindahkan potongan daging ikan yang sudah ia pilih ke piring adik kecilnya. Xavia tidak merasa marah atau kesal karena ia tahu jika kembarannya itu merasa malu jadi bersikap pura-pura tidak mendengar ucapannya.

Setelah selesai makan ketiga berdiri dan ingin kembali ke kelas. Dan tentu saja si kembar akan mengantarkan sang adik terlebih dahulu.

Saat mereka berjalan mereka berpapasan dengan tiga orang siswa. Salah satunya memegang gelas berisi jus. Saat jarak mereka sudah dekat, tiba-tiba siswa yang memegang gelas itu melemparkan gelas yang berisi jus yang ada di tangannya ke arah Luhan.

Beberapa siswi yang masih di kantin melihat adegan itu tentu saja tidak bisa menahan pekikan spontan saat melihat jus itu akan mengenai tubuh Luhan.

Tapi gelas berisi jus itu ditangkap dengan cepat oleh Xavier sebelum mengenai tubuh Luhan. Jus meluap sedikit akibat guncangan dan mengenai tangan Xavier. Xavia pun langsung mengubah wajahnya yang ceria menjadi datar sedangkan Luhan cukup terkejut dengan kejadian yang tiba-tiba itu. Tapi mimik wajahnya tetap tidak menunjukkan keterkejutan.

Xavier melempar balik gelas berisi jus itu ke arah siswa yang tadi melemparkan. Siswa itu tak sempat menghindar dan jus itu meluap membasahi baju dan wajahnya. Pekikan para siswi terdengar kembali.

"Sialan," ucap siswa yang terkena percikan jus tersebut. Ia merasa marah, kesal dan malu. Kenapa apa yang di inginkannya malah berbalik ke arah dirinya sendiri.

Belum sempat siswa itu membuka mulutnya. Ia merasa tubuhnya di tendang dan jatuh ke lantai. Bahkan bahunya di tekan sebuah kaki, yang mencegahnya untuk bangun.

"Tidak diperbolehkan bicara kasar di hadapan Lulu."





Halooo, masih nunggu Luhan?

Inay mau curhat dikit nih, ada salah satu pembaca yang beri komentar tidak baik dan sangat kasar menurut Inay di salah satu cerita yang Inay tulis. Bahkan ia mengatakan jika cerita Inay kaya 'anj' donk. Itu kasar kan?
Jadi Inay langsung blokir. Inay tidak mau pembaca kasar seperti itu. Jika tidak puas setidaknya komenlah dengan sopan, kalau tidak suka tidak usah dibaca. Jadi jika nanti ada seperti itu lagi Inay mohon maaf akan langsung inay blok.

Menurut kalian gimana?



26 Juni 2023

Don't FeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang