22

21.5K 2.4K 110
                                    

Sehat semua,
Jangan lupa vote dan komen ya.
Typo tandai ya supaya bisa langsung diperbaiki.

Leandra menghela napasnya, ia menggendong anak bungsunya yang telah selesai diobati oleh Alex.

"Ini sesuatu yang tidak bisa kita hindari, Luhan tidak bisa merasakan sakit jadi wajar jika ia tidak tau kapan ia terluka. Ia juga bisa saja tidak tau sesuatu yang berbahaya bagi dirinya sendiri. Ini PR untuk kita." Jelas Alex.

"Kamu benar," jawab Leandra. Ia mengelus belakang kepala anaknya yang ada dalam gendongannya.

"Daddy."

"Hm?"

"Jangan marah."

"Daddy tidak marah, it's oke. Lain kali Baby harus lebih berhati-hati dan memperhatikan sekitar. Oke?"

"Oke," jawab Luhan. Ia menyandarkan sebelah sisi kepalanya  ke bahu sang ayah, ia mengulurkan tangannya dan menyentuh jakun sang ayah yang terlihat menonjol.

Leandra sendiri tidak masalah dan membiarkan tangan anak bungsu bermain dengannya.

Luhan sekarang berganti menyentuh rambut-rambut halus yang ada di sekitar mulut ayahnya. Bisa dilihat sang ayah menjaga kebersihan dan penampilannya, rambut di sekitar  mulut ayahnya seperti baru dipotong dan Luhan tidak pernah melihatnya lebih panjang dari ini. Penampilan ayahnya selalu rapih tapi Luhan sedikit iri, ia menyentuh disekitar mulutnya dan ia tidak memilikinya seperti sang ayah. Jika ia memiliki rambut di sekitar mulutnya pasti ia akan terlihat lebih gagah.

"Ada apa, hm?" Leandra merasakan tangan sang anak yang bermain lama di sekitar mulutnya. Apa ada yang salah?

"Luhan juga ingin punya ini seperti Daddy."

Ah, Leandra paham maksud dari anaknya. Ia merasa geli mendengar keluhan anaknya.

"Maksud Baby, jambang dan kumis?"

"Iya, Luhan juga mau. Apa Luhan juga bisa memilikinya?"

Leandra tidak bisa menahan kekehan yang keluar dari mulutnya lalu ia mencium gemas pipi Luhan. Anaknya sangat lucu. Tidak semua lelaki mempunyai jambang dan kumis dan anaknya salah satunya yang tidak memilikinya. Justru karena ini anaknya terlihat lebih lucu dan imut.

Alex yang sedari tadi menjadi penonton juga merasa gemas ingin memeluk tubuh mungil Luhan. Tapi ia tidak berani merebut Luhan dari temannya saat ini.

"Aku akan ke kamar dulu. Baby berikan ciuman untuk Papi."

Ucapan Alex dihadiahi dengan tatapan dingin Leandra.

"Dasar pelit, ya sudah. Papi masuk dulu ya Baby." Alex melambaikan tangannya dengan semangat ke arah Luhan yang di balas dengan lambaian tangan Luhan dengan pelan.

Luhan merasa papinya terlihat selalu bersemangat dan murah senyum. Tapi jika sedang memeriksanya akan langsung memasang wajah serius. Mungkin itu jiwa profesional dari seorang dokter?

Leandra mengabaikan kepergian temannya. Ia malah berjalan keluar mansion menuju bangku yang ada di bawah pohon rindang dan duduk disana dengan Luhan berada di pangkuannya. Ia yakin sebentar lagi anak kembarnya akan mencarinya.

"Daddyyy."

Baru Leandra memikirkan, sekarang ia bisa mendengar suara putrinya mendekat.

Xavia memakai terusan dibawah lutut berwarna biru soft tanpa lengan. Ia juga menguncir kuda rambutnya. Sekarang ini, Xavia terlihat sangat cantik dan anggun. Di belakangnya ada Xavier yang berjalan dengan santai dan tenang mengikuti kembarannya.

Xavia duduk di samping sang ayah dan melihat kain kasa yang melilit di lengan adiknya. Netranya sedikit meredup melihat luka sang adik. Luka  melepuh di telapak tangan sang adik baru sembuh tapi sekarang digantikan dengan luka baru.

Don't FeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang