17

26.1K 2.6K 76
                                    

Terimakasih buat yang udah dukung Inay. Maaf Inay ngga bisa bales satu-satu. Tapi Inay baca semua ko.
Semoga kalian semua sehat selalu ya.










Xavia menekan siswa yang terjatuh itu dengan kakinya. Dan mencegah siswa itu untuk bangun. Jangan remehkan ia seorang perempuan, tenaganya tidak kalah jika dibanding dengan pria dewasa.

Siswa yang bernama Raffi itu, mengumpat dalam hati. Bisa-bisanya ia dipermalukan seorang wanita di depan umum seperti ini. Raffi melihat kaki putih yang ada di atas tubuhnya.

"Kemana matamu melihat, apa perlu kucongkel matamu itu?" Xavier tidak suka saat melihat Raffi melihat kaki adiknya.

Raffi bergidik mendengar nada dingin itu jadi ia tidak berani melihat lagi. Biasanya ia mengintimidasi bukan malahan diintimidasi seperti ini.

'sial,' umpat Raffi dalam hati.

"Apa maksudmu dengan ingin menyiram adikku hm?" Xavia memasang wajah datar dan dan memandang ke arah bawah dengan remeh dan juga ada nada kemarahan pada nadanya.

"A-aku tidak sengaja"

"Ah, benarkah?"

Xavia menambah kekuatannya untuk menekan bahu yang ia injak. Raffi semakin meringis. Sedangkan kedua temannya diam berdiri di samping, tidak berani menolong teman mereka karena melihat si kembar memasang wajah datar dan dingin yang terlihat menakutkan. Mereka tidak akan mengira akan mendapatkan perlawanan seperti ini.

"Besok aku tidak mau melihat wajahmu lagi. Tahu maksudku kan?"

Raffi tentu saja tahu maksud dari kata-kata itu.

"Memang kamu siapa berani menyuruhku. Aku yang akan lebih dulu membuatmu keluar dari sekolah ini besok."

"Benarkah?"

"Tentu saja, kamu tidak tahu aku anak siapa kan?"

Xavia menatap datar ke arah Raffi yang saat ini menatap tajam ke arahnya.

"Tentu saja aku tidak tahu, kamu hanya orang tidak penting."

Raffi tertohok saat mendengar ucapan Xavia. Seluruh sekolah tahu tentangnya karena ia merupakan salah satu orang terkaya di daerah ini. Jadi tentu saja ia berpikir tidak ada yang tidak tahu tentangnya. Itu juga yang membuat ia merasa sedikit sombong. Jadi ia tidak suka saat melihat Luhan menarik banyak perhatian siswi di sekolah, bahkan siswi yang ia sukai akan terlihat senang saat melihat Luhan.

"Aku anak orang kaya."

"Kukira, yang kaya bukan hanya kamu saja."

Siswa yang duduk di dekat kejadian tak bisa menahan tawanya. Tentu saja banyak anak orang kaya disini. Sekolah ini milik swasta dan terkenal mewah dengan berbagai fasilitas terbilang lengkap. Jadi tentu saja siswa yang bersekolah disini kebanyakan orang kaya.

"Aku anak orang terkaya." Raffi memperbaiki ucapannya dengan berkata bahwa ia anak orang terkaya.

"Ah begitukah? Tapi aku tidak peduli, yang pasti besok aku tidak mau melihatmu lagi."

Xavia memberikan satu injakan lagi pada bahu Raffi sebelum melepaskannya, ia berjalan ke arah kedua saudaranya yang sedari tadi diam hanya menjadi penonton.

"Sudah?" Tanya Xavier.

"Sudah."

"Hanya seperti itu?"

Pasalnya biasanya Xavia melakukan hal yang lebih kejam daripada ini. Jadi Xavier memastikan, apakah saudaranya itu sudah selesai.

"Jangan membuat Lulu takut."

Don't FeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang