Semuanya sehat kan ? Sehat donk,
Jangan lupa vote dan komen ya,
Typo tandai ya biar bisa langsung diperbaiki.Leandra menggandeng anaknya keluar dari gedung. Dan banyak mata yang diam-diam mengarahkan pandangan pada mereka mungkin lebih tepatnya ke arah Luhan. Mereka penasaran dengan sosok Luhan yang bisa membuat bos mereka yang biasa dingin, acuh dan tak acuh bisa menggandeng seorang anak di sisinya.
"Baby ingin mampir ke suatu tempat?" Tawar Leandra.
"Luhan baru pertamakali disini jadi Luhan tidak tahu daerah ini."
Leandra lupa jika Luhan di buang dan tentu saja Luhan tidak tahu tentang daerah ini. Bagaimana bisa ia melupakan ini. Leandra melihat ekspresi bungsunya mungkin saja ucapannya akan membuat anaknya sedih. Tapi ia melihat jika anaknya tetap terlihat tenang tidak terlihat marah atau sedih.
"Oke kalau begitu, Daddy akan mengajak baby untuk membeli sepatu dan keperluan sekolah lainnya ."
"Luhan akan bersekolah disini?"
"Tentu, bukankah tadi baby menanyakan tentang sekolah. Jadi sekarang kita pergi berbelanja."
"Hm."
Luhan terlihat sedikit bersemangat saat mendengar ia akan melanjutkan sekolah disini. Ia bisa dikatakan maniak belajar jadi meskipun ia tidak mempunyai banyak teman, Luhan tidak merasa sedih ataupun iri saat melihat teman sebayanya memiliki banyak teman.
Mereka pergi sebuah Mall besar, Leandra memiliki saham di Mall jadi bisa dikatakan ia juga salah satu pemilik Mall besar ini.
Leandra menggandeng anaknya masuk. Ia tidak ingin anaknya terpisah darinya. Badan anaknya itu mungil mungkin membutuhkan waktu untuk menemukan sang anak jika mereka terpisah.
Anak buah Leandra otomatis langsung menyebar dan berbaur dengan pengunjung lainnya. Leandra tidak perlu menutupi identitas anaknya ini. Leandra yakin dengan kekuatannya, ia pasti bisa melindungi anaknya. Jadi ia tidak perlu meminta anaknya untuk menutupi identitasnya yang nantinya akan membuat sang anak terbebani ataupun merasa tidak nyaman. Ia ingin sang anak merasa nyaman dan aman berada di sampingnya. Dan ia juga berjanji akan melindungi dan memastikan keselamatan anak bungsunya.
Leandra dan Luhan memasuki sebuah toko sepatu. Leandra menyuruh sang anak untuk memilih sepatu manapun yang ia inginkan bahkan jika mau, ia bisa membeli seluruh isi toko untuk bungsunya.
"Tuan, ini model terbaru yang sedang digemari para remaja anak sekolah. Desainnya yang menarik dan juga sangat nyaman saat dipakai," seorang penjaga mencoba menawarkan sebuah sepatu yang sedang populer dikalangan anak sekolah.
Luhan melihat sepatu yang di rekomendasikan padanya, sepatu itu memang sangat menarik dengan kombinasi warnanya yang cerah yang membawa kesan ceria.
"Baby ingin ini?"
"Tidak, sekolah menganjurkan para siswa untuk memakai sepatu berwarna hitam, tidak baik melanggar peraturan."
Luhan adalah tipe murid teladan yang sangat jarang melanggar peraturan.
Penjaga toko merasa sedikit malu saat mendengar ucapan Luhan. Memang pada umumnya sekolah selalu meminta para siswanya untuk memakai sepatu berwarna hitam. Tapi seiringnya dengan tren saat ini, banyak siswa mulai memakai sepatu berwarna-warni untuk mengikuti tren keren masa kini dan mengabaikan peraturan yang mengharuskan memakai sepatu berwarna hitam.
Luhan lanjut melihat-lihat sepatu yang ada disana. Akhirnya ia memilih sebuah sepatu berwarna hitam yang terlihat simple dan nyaman dipakai.
"Tambahkan ini, ini dan ini samakan ukurannya dengan yang tadi," ucap Leandra.
"Baik tuan."
Penjaga toko itu dengan terampil mengambil sepatu yang di tunjuk Leandra dan membawanya ke kasir.
"Daddy, ini terlalu banyak. Satu saja sudah cukup."
"Tidak cukup, perlukah Daddy membelikan lagi?"
"Tidak."
"Oke baby."
Luhan menatap sang ayah. Ia sudah terbiasa hidup dengan sederhana dan ia hanya memiliki satu sepatu. Dan sekarang sang ayah langsung membelikannya beberapa sepatu untuknya.
Leandra berjalan ke sebuah sepatu yang dipajang di etalase.
'Jangan bilang Daddy ingin membelikan Luhan sepatu lagi.' Pikir Luhan.
"Daddy."
"Iya baby."
"Sepatu Luhan sudah banyak."
"No no, tambah yang ini oke. Ini sepatu olahraga, baby belum memilikinya. Untuk olahraga tidak ada peraturan mengharuskan sepatu hitam kan?"
"Em, mungkin?"
"Oke kalau begitu tambah ini."
"..." Luhan diam.
Disini ia yang bersekolah kenapa Daddynya yang terlihat sangat bersemangat.
Leandra memberikan kartu hitam pada sang kasir yang diterima dengan mata berbinar oleh kasir. Para penjaga toko tidak menyangka hari ini akan kedatangan pelanggan eksklusif. Walaupun mereka dari awal sudah menebak jika pelanggan hari bukan orang sembarang. Tetap saja mereka sangat senang saat melihat kartu hitam yang terkenal tanpa batas itu.
Selanjutnya Leandra membawa anaknya ke toko perlengkapan sekolah seperti buku dan peralatan tulis. Leandra membeli semua peralatan tulis yang paling berkualitas. Sedangkan Luhan tidak perduli, selama itu bisa dipakai untuk menulis.
Luhan melihat sekumpulan soal pelajaran dan materi sekolah lalu ia berjalan menghampiri dengan sedikit bersemangat. Ia memilih beberapa buku kumpulan soal ujian sekolah menengah atas dan juga sebuah kumpulan ujian masuk perguruan tinggi, tak ketinggalan ia juga mengambil beberapa buku materi. Tidak ada yang menarik perhatian di toko ini selain buku-buku ini. Sudah di bilang Luhan itu maniak belajar.
Leandra melihat anaknya yang terlihat menggemaskan saat melihat tumpukan buku dengan mata bersemangat seperti melihat makanan enak. Anak bungsunya sungguh sangat unik, anaknya tidak tertarik dengan barang mewah dan mahal. Anaknya malah tertarik dengan buku yang kebanyakan anak seumuran malas belajar. Leandra tampaknya berpikir, sepertinya ia perlu membuatkan perpustakaan pribadi untuk anaknya.
Setelah selesai berbelanja kebutuhan sekolah, mereka berkeliling dengan sebentar di Mall. Leandra mencoba barangkali ada yang bisa menarik perhatian sang anak selain buku.
Luhan melihat kesekitar Mall dan tampak melihat banyak pengunjung hari ini. Apa memang Mall itu selalu ramai setiap hari ? Ia tidak pernah pergi ke Mall. Dulu ia tidak memiliki banyak uang dan ia tidak mampu jika harus membeli di Mall. Ia lebih memilih membeli ketubuhannya di toko kecil yang harganya lebih miring dan bisa dijangkau olehnya.
"Ada yang menarik perhatianmu baby?"
Luhan menggelengkan kepalanya. Ia tidak suka sesuatu yang merepotkan dan ia tidak terlalu menyukai keramaian tapi bukan berarti ia membecinya.
Luhan tiba-tiba mencium bau harum dari sebuah stand roti. Aromanya manis bercampur dengan bau kopi. Luhan tampak penasaran dengan roti yang mengeluarkan aroma yang manis ini.
"Ingin membelinya?"
"Boleh?"
"Tentu."
Leandra membeli dua buah roti, satu untuk dirinya dan satu lagi untuk anak bungsunya.
Luhan menerima roti bulat itu, ia bisa merasakan jika roti itu masih terasa hangat dan aroma kopi yang manis tercium harum. Luhan mulai menggigit roti itu. Roti itu renyah di luar dan lembut di dalam. Ia juga bisa merasakan ada krim di dalam roti itu.
Rasanya tidak terlalu manis, Luhan menyukainya.Luhan merasa perlu menambahkan roti ini dalam daftar list makanannya.
Ada yang tau roti ini ?
18 Juni 2023
![](https://img.wattpad.com/cover/343370265-288-k88621.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Feel
Teen FictionSaat membuka mata Luhan sudah berada di tengah hutan. Tidak usah memikirkannya lagi, sudah pasti ia di buang Luhan menghela napas, ia kembali menutup matanya. samar-samar ia mendengar langkah kaki mendekat. "Hey boy, kenapa ada di tengah hutan. In...