Halo semuanya, sehat, kan?
Jangan lupa jaga kesehatan, ya.Typo tandai ya supaya bisa langsung diperbaiki.
Bianca ditarik ke sebuah ruangan dengan mata dan mulut tertutup, ia tidak tahu dimana sekarang. Ia merasakan sakit di kepalanya karena ia ditarik dengan kasar dan rambutnya tidak luput dari tarikan. Ia merasa sangat takut saat ini. Apalagi saat Sean memergoki perbuatannya pada Luhan. Ia masih mengingat tatapan dingin Sean padanya. Ia mencoba melepaskan ikatan yang ada di tangannya, ia duduk di sebuah bangku dengan tangan terikat sangat kuat yang mengakibatkan bagian yang diikat terasa perih saat ia mencoba melepaskan diri, pasti saat ini sudah lecet.
Terdengar, suara pintu terbuka. Bianca merasakan suara orang mendekat. Ikatan di tangannya dibuka dengan kasar. Kain yang menutup mulut dan matanya juga dibuka. Pandangan buram dan tidak jelas apalagi ruangan yang ia tempati remang-remang.
"Keluar, tapi jangan pikir kamu bisa kabur. Kami akan selalu di sekitarmu untuk mengawasi. Jika merasa bisa, cobalah. Mungkin, nanti kami akan langsung mematahkan kakimu," ucap orang berpakaian hitam yang ada di depan Bianca dengan dingin. Ia sedang memainkan pisau di sekitar leher Bianca yang sukses membuat Bianca gemetar ketakutan.
"Jadi, patuh lah. Dan nikmati saja pertunjukan yang kami siapkan secara khusus hari ini, jadi bersenang-senanglah sebelum kami menjemputmu lagi. Keluar dan selamat menikmatinya."
Tubuh Bianca di tarik dan dengan kasar, ia di dorong keluar dari ruangan. Ia jatuh terjerembab, ia mencoba bangkit dan buru-buru pergi dari sana. Dua orang yang tadi menatap dingin ke arah perginya Bianca.
Ternyata Bianca masih berada di area sekolah. Saat ini sudah jam istirahat dan banyak orang di sekitar koridor. Mereka tampak mendiskusikan sesuatu. Bianca mencoba bersikap biasa dan berjalan santai di koridor tapi kenapa ia merasa jika pandangan semua orang mengarah ke arahnya. Apakah itu hanya perasaannya? Tapi tatapan mereka terus mengikutinya dan melihat ke arahnya dengan wajah marah dan jijik?
"Apa kamu tidak malu?" ucap seorang siswi tiba-tiba yang kebetulan berada di dekat Bianca.
"Em, memang ada yang salah?"
"Wah, kamu terlihat sangat santai pasti kamu belum tahu berita di forum sekolah, kan?"
Bianca merasakan firasat buruk saat mendengar ucapan siswi tadi, ia langsung bergegas ke kelas untuk menemukan ponselnya. Ia mencoba menenangkan diri saat pandangan semuanya terarah ke arahnya.
Saat memasuki kelas, pandangan semua siswa di kelas juga langsung teralihkan ke arahnya. Ia masuk dengan perlahan dan duduk di tempat duduknya. Teman sebangkunya langsung menggeser kursinya untuk menjauh dari Bianca.
Melihat respon teman sebangkunya, Bianca tidak jadi membuka mulutnya untuk bertanya. Ia membuka tasnya dan mengambil ponselnya. Ia langsung membuka forum sekolah. Wajahnya langsung berubah pucat dan badannya terlihat gemetar, ponsel yang ada di tangannya juga ikut tidak stabil. Di forum sekolah, sudah tersebar foto dan video ia bersama beberapa pria berbeda memasuki hotel. Juga terdapat foto dan informasi di sekolah sebelumnya, ia terkenal suka merundung siswa lainnya. Walaupun, ia jarang ikut turun langsung, tapi ia memiliki banyak kaki tangan. Ia cukup membuka mulut dan berbekal uang dari keluarganya ia bisa membeli banyak kumpulan siswa untuk melakukan apa yang ia inginkan.
"Aku tidak menyangka kamu memiliki perilaku yang buruk," ucap teman sebangku Bianca yang saat ini memandang Bianca dengan tatapan tidak suka dan jijik.
"Itu, bukan aku. Pasti ada ya sengaja memfitnahku."
"Apakah kamu masih mengelak? Dengan bukti yang sangat banyak seperti ini, kamu masih berkilah."
"Ini bukan aku!" Bianca meninggikan suaranya.
"Untuk apa kamu marah padaku? Jawab jujur saja itu kamu atau bukan?"
"Bu-bukan, Ini bukan aku!"
"Oh, kalau bukan kamu, buktikan saja jika itu bukan kamu dan semuanya akan beres, kan?"
Bianca dibuat terdiam, foto ini memang asli, mana mungkin ia membuktikannya jika itu palsu, semuanya asli!
Ia dibuat tambah gelisah, ia merasakan dan mendengar cemoohan yang diarahkan ke arahnya. Ia memang sering pergi dengan pria yang umurnya lebih dewasa dibandingkan dengan dirinya. Ia mencari rasa nyaman dari mereka. Orang tuanya sibuk dengan urusan masing-masing, sekalinya berkumpul pasti akan pertengkaran. Bianca muak melihatnya, apakah mereka tidak memikirkan perasaannya. Ia tahu jika perbuatannya salah tapi ia juga ingin sebuah kenyamanan perhatian yang dilimpahkan kepadanya.Bagaimana mungkin semuanya terbongkar di sekolahnya? Ia merasa marah dan malu. Marah pada orang yang sudah menyebarkan dan malu saat foto-fotonya terekspos dan terpampang dengan jelas. Sekarang semuanya sudah tahu dirinya. Ia berjalan keluar kelas. Ia berlari dan ingin segera meninggalkan sekolah. Tapi mendekati gerbang. Ia hadang orang-orang berpakaian hitam dan ia mengenali salah satunya. Orang itu yang tadi mengancamnya, orang itu mengkode lainnya dan menahan tubuh Bianca.
"Mau kemana? Pertunjukan baru dimulai, semakin banyak penonton bukankah semakin baik?"
"Tidak, lepaskan aku! Lepaskan!"
"Ini belum seberapa, jika dibanding dengan yang kamu lakukan pada Tuan Muda kami."
"Tuan Muda? Siapa? Aku tidak kenal, jadi lepaskan aku! Kalian pasti salah orang."
"Sungguh sayang, masih muda sudah pelupa. Bukankah beberapa saat yang lalu kamu ingin mencelakainya lagi?"
Bianca mencoba mengingat dan awal semuanya adalah setelah apa yang dilakukan pada Luhan.
"Luhan, maksudmu?"
Orang itu diam tidak menjawab. Tubuhnya tidak lagi di tahan. Ia kembali jatuh ke tanah.
"Nikmati saja, karena kamu tidak akan bisa lari kemana pun."
Bianca mencoba berdiri, ia mengeluarkan ponselnya dan mencoba memanggil ayahnya. Terdengar suara otomatis yang menandakan sibuk. Ia beralih ke nomor ibunya. Suara yang terdengar sama dengan panggilan sang ayah. Bianca tertawa miris, air matanya terjatuh perlahan. Selalu seperti ini, Bianca mencoba bangkit, ia berjalan perlahan masuk ke sekolah. Ia merasa malu yang sangat luar biasa. Ia harus mendengar cemooh dan tudingan yang diarahkan terus-menerus kearahnya. Ia hanya bisa menundukkan kepalanya sepanjang jalan. Ia tidak berani mengangkat kepalanya.
Luhan tertidur di pelukan Xavier. Mereka saat ini sedang dalam perjalanan pulang ke mansion. Mereka langsung memutuskan untuk pulang. Sang ayah juga pasti sudah tahu dan sudah mengurus semuanya.
"Vier, aku sangat marah saat ini."
"Bukan hanya kamu, aku pun sama marahnya. Nanti kamu bisa melampiaskan padanya. Jadi tunggu sebentar. Lagipula, ia tidak bisa pergi kemanapun. Ia sedang mendapatkan layanan khusus dari kita."
"Hm, oke. Berikan Lulu padaku."
"Tidak, duduk dengan tenang. Sebentar lagi kita sampai."
"Huh."
Xavier menghela napas, "Biarkan adik kita istirahat."
"Iya, iya."
Maaf banget Luhan baru up, Inay cukup sibuk sih hehehe.
Tenang Bianca masih lanjut donk,Masih nunggu, kan?
Aduh, btw Inay bingung nih, Vallen juga ditawari untuk dibukukan lhooo.
Kedua cerita Inay di lirik, seneng pastilah tapi bingung aja soalnya bersamaan. Kalau gini banyak kah yang mau beli 🤧
Menurut kalian gimana?Yang belum mampir silahkan cek cerita Inay yang judulnya 'Another Cannon Fodder'
Jangan lupa vote dan komen ya.
22 Agustus 2023

KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Feel
Teen FictionSaat membuka mata Luhan sudah berada di tengah hutan. Tidak usah memikirkannya lagi, sudah pasti ia di buang Luhan menghela napas, ia kembali menutup matanya. samar-samar ia mendengar langkah kaki mendekat. "Hey boy, kenapa ada di tengah hutan. In...