Halo readers Inay,
Sehat, kan? Jangan lupa bahagia, ya.
Selamat membaca dan Semoga bisa menghibur.
Typo tandai ya supaya bisa langsung diperbaiki.Luhan berjalan mengelilingi taman, Xavia bagaikan prangko yang selalu ingin menempel pada Luhan jadi Xavier juga harus mengikuti keduanya. Ia khawatir jika membiarkan Luhan hanya berdua dengan kembarannya. Luhan selalu terlihat tenang dan tidak pernah protes, mau bagaimanapun Xavia memperlakukannya. Yang berakhir Xavier yang harus memisahkan Xavia jika sudah terlalu gemas pada adik kecilnya.
"Vier, lepas!" protes Xavia saat kembarannya lagi-lagi menarik belakang bajunya.
"Jangan berlebihan," peringat Xavier. Ia merasa kasihan pada Luhan yang dipeluk terlalu erat oleh sang kembaran
"Huh."
"Kakak, berapa luas taman ini?"
"Kak Via tidak tahu tapi yang jelas sangat luas. Vier, tahu?"
"Tidak, memang kenapa, Baby?" tanya Xavier.
"Tidak apa-apa, hanya penasaran."
Mereka berkeliling taman, tapi saat matahari mulai naik dan cuaca semakin panas, mereka memutuskan untuk kembali ke tempat ayah dan si sulung yang sedang duduk di bawah pohon yang rindang.
Luhan duduk di samping sang ayah, si kembar menempati kursi lain yang masih kosong. Diam-diam si kembar melayangkan protes pada si sulung. Mereka masih tidak puas dengan hasil tanding tadi, kakak sulungnya benar-benar tidak menunjukkan belas kasihan sedikit pun. Padahal si kembar juga ingin terlihat hebat di depan adik kecil mereka tapi kakak sulungnya mengalahkan mereka dengan sangat mudah.
Kristian menyesap tehnya dengan santai. Ia tentu saja sadar dengan tatapan adik kembarnya tapi ia memilih untuk pura-pura tidak tahu.
Leandra memberikan segelas air putih pada bungsunya. Luhan menerimanya dengan patuh, ia menghabiskannya dalam sekali minum lalu menaruh gelas kosong itu di atas meja. Memang Luhan merasa sedikit haus setelah berkeliling taman.
Sekelompok maid datang dengan beberapa nampan. Kepala maid menyajikan jus buah dan puding manis di meja. Ini bisa dianggap camilan sehat untuk mengisi waktu selagi menunggu makan siang.
Xavia mangambil puding karamel dan langsung memakannya dengan gembira. Xavier memakan pudding matcha, ia tidak suka makanan terlalu manis seperti kembarannya. Luhan mendapatkan puding berisi berbagai buah yang sangat menarik untuk lihat. Untuk Leandra dan Kristian, mereka memakan cookies dark coklat yang sangat cocok dimakan bersama teh maupun kopi.
Hari berlalu begitu saja, Luhan masuk ke kelas setelah diantar kakak kembarnya seperti biasanya. Teman sekelasnya menyapa Luhan yang sedang berjalan menuju bangkunya. Luhan menanggapi mereka dengan singkat. Bianca menatap tidak suka saat melihat Luhan sepertinya semakin disukai banyak orang.
Beberapa siswa langsung duduk mengelilingi Luhan, mereka ingin bertanya tentang pekerjaan rumah yang mereka tidak bisa jawab. Luhan menerangkan secara singkat dan membagikan rumus yang telah di ringkasnya supaya lebih mudah di pahami. Inilah yang yang mereka sukai, Luhan tidak pelit dalam membagikan kiat-kiat belajar dan materi yang diterangkan Luhan singkat, padat dan jelas.
Waktu istirahat telah tiba, kantin ramai berisikan para siswa yang ingin mengisi ulang energi setelah menghabiskannya untuk berpikir.
Tak terkecuali Luhan dan si kembar. Mereka juga perlu pengisi ulang energi mereka dengan makanan. Tapi siapa sangka akan ada tambahan anggota di meja makan di tengah makan siang mereka.
Luhan menghentikan makannya dan menoleh ke arah depan. Xavier dan Xavia juga menghentikan acara makan mereka sementara waktu, keduanya langsung memasang wajah datar.
"Luhan, kan?"
"Hm?" Luhan menatap bingung siswa yang duduk di depannya. Ia melihat pangkat tiga di bagian seragam lengan kiri. Jadi Luhan tahu jika siswa yang ada didepannya ternyata kakak kelasnya.
"Iya, Kakak ada perlu dengan Luhan?" tanya Luhan.
"Iya, Kakak ingin berkenalan. Nama kakak, Sean Sergio," ucap Sean sambil mengulurkan tangannya pada Luhan.
Luhan menyambut uluran tangan tersebut dengan kaku, "Luhan Mahendra..."
"Rodriguez, Luhan Mahendra Rodriguez," ulang Xavier sambil melepaskan tangan sang adik dari siswa yang duduk di depannya.
"Ah, Rodriguez. Sesuai dengan rumor."
"Sepertinya kamu orang yang pandai karena kamu tahu tentang kami," ucap Xavia.
"Tentu saja, aku kenal. Mungkin kita juga pernah bertemu saat di Eropa."
Kini giliran si kembar yang dibuat terdiam, mereka berusaha mengingat, apakah benar mereka pernah bertemu di Eropa?
"Tidak usah di ingat, aku hanya orang kecil yang tidak penting untuk diingat dan dipedulikan."
Si kembar tentu saja tidak percaya dengan omong kosong Sean. Jika benar Sean pernah bertemu mereka di Eropa, Sean juga merupakan keluarga besar dengan kekuatan yang tidak bisa diremehkan. Hanya orang-orang tertentu yang bisa menghadiri pesta yang sama dengan mereka.
"Kamu dari keluarga Sergio, yang dikepalai Alexander Sergio?" tanya Xavia, ia hanya bisa menebak nama ini.
"Ah, kalian kenal dengan ayahku? Sungguh sebuah kehormatan bisa di ingat anggota Rodriguez," ucap Sean dengan tersenyum lebar.
Tebakkan si kembar ternyata benar, ia menebak jika pemuda ini merupakan anak bungsu Sergio. Mereka pernah mendengar jika bungsu Sergio cukup menyebalkan karena wajahnya yang selalu tersenyum. Sekarang mereka bisa melihatnya secara langsung Sean yang tersenyum lebar, khususnya ke arah adik kecil mereka. Tiba-tiba, mereka paham kenapa Sean terkenal menyebalkan dengan senyumannya.
"Kakak kenal dengan kakak ini?" tanya Luhan sambil menunjuk ke arah Sean.
"Tidak," ucap kompak si kembar.
Luhan menganggukkan kepalanya. Ia kembali melihat kakak kelasnya yang masih tersenyum ke arahnya. Ia merasa jika kakak kelasnya ini terlihat ramah.
"Boleh Kak Sean makan disini?" tanya Sean.
"Boleh."
"Tidak!" ucap si kembar bersamaan dengan Luhan.
Luhan menatap bingung, ke arah kakaknya.
"Tidak usah hiraukan aku, kalian lanjutkan makan saja, aku hanya ingin makan disini. Lagipula semua meja sudah penuh."
Luhan melihat memang semua meja sudah penuh dengan para siswa jadi ia merasa tidak ada salahnya jika Sean ingin makan di meja yang sama dengan mereka. Selama ini tidak ada yang berani untuk makan satu meja dengan mereka.
"Kakak, biarkan Kak Sean makan disini, semua meja sudah penuh."
Si kembar tidak menjawab tapi melanjutkan makan mereka yang sempat tertunda. Melihat respon kakak kembarnya, Luhan menebak jika mereka setuju. Jadi, Luhan juga melanjutkan makan siangnya.
"Terima kasih, adik manis," ucap Sean.
Si kembar kembali menatap datar ke arah Sean yang dibalas dengan senyuman Sean.
Luhan membagikan lauk pada masing-masing piring makan kakaknya. Si kembar tidak mau lagi meladeni Sean yang sekarang benar-benar menyebalkan.
Sean makan dengan kepala tertunduk menyembunyikan dirinya yang ingin tertawa melihat melihat reaksi si kembar. Jika ia mempunyai adik seperti Luhan, ia juga pasti akan bertindak posesif seperti si kembar. Ia jadi semakin menginginkan Luhan menjadikan Luhan sebagai adiknya.
Luhan up lho,
Jangan lupa vote dan komen ya.30 Juli 2023.

KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Feel
Teen FictionSaat membuka mata Luhan sudah berada di tengah hutan. Tidak usah memikirkannya lagi, sudah pasti ia di buang Luhan menghela napas, ia kembali menutup matanya. samar-samar ia mendengar langkah kaki mendekat. "Hey boy, kenapa ada di tengah hutan. In...