Haloo, sehat semuanya? Sehat donk pastinya.
Ngga bakal bosen Inay nanyain kabar kalian 🤭Typo tandai ya supaya bisa langsung diperbaiki.
Untungnya demam Luhan turun di pagi harinya. Hari itu, si kembar juga memutuskan untuk tidak berangkat sekolah. Mereka ingin menemani sang adik. Leandra tidak mau membujuk anak kembarnya, ia tahu jika anaknya sama keras kepalanya dengan dirinya. Jika sudah mumutuskan sesuatu, akan sangat sulit untuk mengubahnya. Jadi, ia tidak mau repot-repot untuk membuang waktu dan tenaganya.
"Daddy sama Kakak pergi saja ke kantor, biar Via dan Vier yang menjaga Lulu. Iya, kan, Vier?"
Xavier menganggukkan kepalanya tanda setuju.
Leandra mendengus mendengar si kembar yang terus saja mengusirnya secara halus.
"Baik, Daddy akan pergi. Nanti siang Daddy akan pulang. Jika demam adik kalian naik lagi. Hubungi Daddy." Leandra menyerahkan Luhan yang berada di gendongan ke Xavier. Tentu saja Xavier dengan senang hati menerimanya, ia mengelus lembut punggung sang adik.
"Kakak juga akan pulang cepat," ucap Kristian.
Leandra dan Kristian mengecup kening si bungsu secara bergantian sebelum pergi meninggalkan mansion. Memang ada sesuatu yang harus keduanya urus. Jika tidak ada yang penting untuk diurus, tentu saja keduanya lebih memilih untuk menjaga si bungsu, sama seperti si kembar.
Luhan didudukkan di sofa yang empuk. Xavier menjaga kembarannya supaya tidak terlalu gemas dengan si bungsu.
"Jika nanti Lulu sudah sembuh, ayo kita jalan-jalan."
"Kemana?"
"Kemana saja, Lulu ingin pergi kemana?"
"Luhan ikut saja."
"Oke, jadi cepat sembuh adik kesayangan Kakak."
Waktu berlalu dengan cepat, Lulu sudah sembuh sepenuhnya. Seperti yang dijanjikan Xavia, mereka akan pergi menghabiskan waktu bersama.
"Baby, ingin pergi ke suatu tempat?" tanya Kristian.
Luhan tampak berpikir, sebelumnya ia tidak pernah memikirkan ingin pergi kemana. Jadi, setiap ditanya seperti itu, Luhan akan terlihat bingung. Xavia yang gemas melihat Luhan yang terdiam tampak berpikir, tidak bisa menahan rasa gemasnya langsung memeluk adiknya. Leandra tampak menghela napas melihat kelakuan putrinya. Entah ia harus bersyukur atau tidak dengan sikap pendiam Luhan. Anaknya bungsunya selalu terlihat tenang dan terlihat tidak terganggu dengan sikap Xavia.
Xavier menahan tangan kembarannya yang sedang mencubiti pipi Luhan dengan gemas.
"Jangan berlebihan."
"Tidak, aku hanya memegangnya, Vier."
"Itu yang selalu kamu ucapkan."
"Huh, Vier tidak asik."
"Benar kata Vier," imbuh Kristian.
"Kakak juga tidak asik."
Luhan akhirnya memutuskan untuk pergi ke mall waktu itu. Ia ingin membeli beberapa buku untuk referensi belajar. Leandra dan anaknya yang lain setuju.
Luhan sampai di mall besar yang ada di kota itu. Ia dikelilingi keluarganya, banyak orang yang melihat ke arah mereka. Paras mereka yang rupawan tentu saja sangat menarik perhatian. Penampilan mereka juga terlihat lebih mencolok jika dibandingkan dengan pengunjung lainnya. Padahal mereka sedang memakai pakaian yang lebih santai. Walaupun Leandra dan Kristian masih memakai kemeja. Tapi kemeja mereka jauh dari kesan formal seperti biasanya. Tapi tidak bisa menutupi aura mereka. Leandra juga terlihat lebih muda. Padahal ia sudah memiliki empat anak, apalagi putra sulungnya yang sudah dewasa.
Mereka masuk kesebuah toko buku besar yang terkenal lengkap. Luhan tampak berbinar melihat deretan buku-buku yang ada di depannya. Ia sampai bingung untuk memilihnya. Leandra menyembunyikan senyumnya, padahal jika Luhan mau, ia bisa saja membeli semua buku yang ada di sini.
Luhan memilih beberapa buku yang terlihat paling penting dan yang ia butuhkan. Kristian dan Leandra yang tahu menambah beberapa buku yang sedari tadi ditatap Luhan.
"Ini Daddy pilihkan, sepertinya bagus."
"Kak Kris juga pikir ini cukup lengkap untuk referensi belajar Baby."
Luhan menatap bingung, tapi ia tetap merasa senang menerimanya.
Si kembar juga tidak mau kalah, keduanya memilihkan beberapa buku untuk sang adik. Dan tentu saja Leandra yang akan membayarnya. Jadilah, Luhan mendapatkan tumpukan buku baru. Tapi untuk Luhan yang maniak belajar. Ia tampak bersemangat melihat tumpukan buku tersebut.
Mereka memutuskan untuk makan siang di mall. Leandra memilih ruangan pribadi.
Luhan tidak tahu bagaimana keadaannya menjadi seperti ini, tubuhnya yang lemas dibawa seseorang. Di belakangnya, ia melihat kakak kembarnya yang sedang berkelahi dengan gerombolan pria berseragam hitam. Keadaan mall sudah ricuh. Orang-orang berlarian, mereka ingin bergegas pergi ke pintu keluar.
Padahal tadi Luhan sedang pergi ke kamar mandi sebentar, ia tidak mengira jika setelah keluar, ia dengan cepat di tarik dan sebuah suntikan sudah menembus kulit bahunya. Kejadiannya sangat cepat dan Luhan tidak punya waktu untuk mengelak. Bodyguard Rodriguez merespon dengan cepat melihat situasi yang menimpa tuan muda mereka, terjadilah perkelahian dua kubu, si kembar juga datang. Tapi Luhan sudah dibawa pergi cukup jauh, dibelakang segerombolan pria berseragam hitam menghalangi dari kubu Rodriguez untuk menyusul. Leandra langsung mengejar orang yang membawa anak bungsunya. Ia terlihat sangat marah, bagaimana bisa anaknya bisa dibawa dengan mudah di depan wajahnya. Ia mengeluarkan pistol dan langsung menembak orang yang menghalanginya.
Luhan masih sedikit sadar. Ia juga berusaha melepaskan diri dari orang yang menahannya tapi dengan tubuh yang lemas, tentu saja tenaganya kalah jauh. Saat sampai di parkiran pribadi, Luhan memutuskan untuk mengigit tangan orang yang membawanya dengan sekuat tenaga. Pria yang membawa Luhan merasa kaget dan sakit secara bersamaan dan refleks melepaskan tubuh Luhan yang mengakibatkan Luhan jatuh begitu saja. Tentu saja Luhan tidak akan merasakan sakitnya. Luhan berjuang untuk berdiri.
"Sepertinya kamu tidak mau dengan baik ikut dengan kami. Jadi, maaf saja jika saya kasar."
Luhan mencoba untuk tenang, ia harus tetap tenang untuk bisa berpikir.
Pria itu mengeluarkan pisau dari sakunya. Hanya ada Luhan dan pria itu di sana. Rekan si pria sedang berusaha untuk mengulur waktu dan menghalangi Rodriguez yang lain untuk menyusul kemari. Jadi, ia harus bergerak cepat dan tidak boleh gagal.
Saat pria itu mendekat, Luhan menunggu waktu yang tepat lalu menendang kaki kiri yang dilihat dari sudutnya akan membuat goyah. Benar saja, pria itu jatuh tersungkur, pisau yang ada di genggamannya juga terlepas. Ini waktu yang tepat untuk Luhan pergi melarikan diri. Tapi siapa yang akan mengira, pria itu akan menahan kakinya. Luhan jatuh untuk kedua kalinya. Dengan tubuh yang lemas, Luhan tidak berhasil melepaskan cengkraman pada pergelangan kakinya.
Disaat genting itu, datang seorang remaja dan memukul belakang pria yang sedang menahan kaki Luhan. Pria itu yang tidak sadar dengan kedatangan si remaja, dengan telak menerima pukulan di belakang kepalanya yang mengakibatkan ia langsung kehilangan kesadaran.
Remaja itu langsung membatu Luhan berdiri dan membawa Luhan untuk pergi bersembunyi di sebuah mobil yang kebetulan tidak terkunci.
"Kita akan tetap di sini sampai keadaan aman."
"Terima kasih," ucap Luhan sebelum ia kehilangan kesadaran.
Remaja itu dengan gugup melihat ke sekeliling. Ia juga bingung dari mana keberaniannya datang. Bagaimana bisa ia mengambil resiko untuk menyelamatkan seseorang? Padahal ia tahu betul jika itu sangat berbahaya untuk dirinya sendiri.
Hohoho Luhan up,
Ada yang bisa nebak siapa ini?
29 Agustus 2023.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Feel
Teen FictionSaat membuka mata Luhan sudah berada di tengah hutan. Tidak usah memikirkannya lagi, sudah pasti ia di buang Luhan menghela napas, ia kembali menutup matanya. samar-samar ia mendengar langkah kaki mendekat. "Hey boy, kenapa ada di tengah hutan. In...