Halo semuanya, tetap semangat dan jangan lupa bahagia oke?
Selamat membaca dan semoga menghibur.
Typo tandai ya."Luhan sedang membaca apa?" Tanya Vier.
"Ini kumpulan soal."
"Perlu kakak bantu?
Luhan melihat ke arah kakaknya Xavier. Ternyata kakaknya tidak sedingin kelihatannya.
"Nanti jika Luhan kesulitan, Luhan akan bertanya dengan kak Vier."
"Oke."
Xavier mengelus rambut Luhan yang lumayan panjang. Ia merasa jika rambut sang adik sangat lembut.
"Lulu, juga boleh bertanya dengan kak Via."
"Oke."
Leandra mengerjakan pekerjaannya dengan sesekali melirik tiga anaknya yang sekarang terlihat lebih tenang, tidak seperti saat pertama kali si kembar masuk.
"Jika kalian ingin mengajak adik kalian bermain. Pergilah, Daddy mungkin akan lama," ucap Leandra.
"Benarkah?" Tanya Xavia.
"Hm, tapi saat makan malam kalian harus sudah ada di mansion."
"Oke Dad, ayo Lulu, Vier."
Leandra melihat ketiga anaknya keluar dari ruangannya. Ia tidak menyangka jika anak-anaknya akan menerima Luhan dengan baik. Bahkan si kembar terlihat selalu ingin berdekatan dengan adik baru mereka.
Leandra menghela napas lega dan sebuah senyum kecil terbit dan wajah yang selalu datar itu. Sehingga sekarang ekspresinya terlihat lebih lembut.Xavia, Xavier dan Luhan berjalan keluar dari gedung menjulang tinggi itu menuju mobil. Ketiganya duduk di jok belakang dengan Luhan di tengah.
"Lulu ingin kemana?"
"Luhan ikut saja."
"Ke taman hiburan?" Ucap Xavier.
"Ide bagus, Lulu pernah ke taman hiburan?"
Luhan menggelengkan kepalanya. Ia tidak pernah ke taman hiburan. Ia tidak punya uang banyak dan tidak memiliki teman untuk di ajak pergi ke taman hiburan. Jadi tidak pernah terbesit sekali pun untuk pergi kesana.
"Tidak apa-apa, sekarang kita akan pergi menghabiskan waktu bermain di taman hiburan." Ucap Xavia.
Xavia terlihat sangat bersemangat sedangkan Xavier dan Luhan terlihat duduk dengan tenang.
Ketika mereka sampai di pintu masuk taman hiburan. Sudah ada banyak antrian di depan pintu masuk. Tapi mereka tidak perlu untuk menghabiskan waktu untuk mengantri, mereka bisa langsung masuk lewat pintu khusus.
Saat mereka turun dan berjalan masuk, taman hiburan terlihat sudah ramai dan banyak pengunjungnya. Terlihat semuanya terdiri dari berbagai usia mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Tapi layaknya kebanyakan tempat hiburan pasti akan banyak orang. Walaupun Luhan tidak terlalu suka dengan keramaian bukan berarti ia tidak bisa berada diantara mereka. Ia juga penasaran bagaimana rasanya bermain di taman hiburan. Mereka juga sudah masuk jadi akan sia-sia jika Luhan menolaknya dan pulang.
"Lulu ingin bermain yang mana terlebih dahulu?"
"Luhan tidak tau."
"Oke, kalau begitu kita akan naik itu dulu oke. Lulu tidak punya phobia ketinggian kan?" Tunjuk Xavia pada wahana rollercoaster.
"Tidak," Luhan menggelengkan kepalanya.
"Oke, ayo kita naik itu."
Saat ketiganya memasuki taman hiburan banyak pasang mata yang diam-diam ataupun terang-terangan melihat ke arah mereka. Paras ketiga benar-benar membuat banyak orang tak bisa menolak untuk tidak melihat ke arah mereka. Xavia yang terlihat sangat cantik dan anggun. Xavier yang tinggi, tampan dan memiliki ekspresi wajah datar tapi tak bisa mengurangi kadar ketampanannya malahan memberikan kesan dingin yang memikat para kaum hawa. Luhan sendiri terlihat tampan dan cantik secara bersamaan. Ketiganya memiliki kulit putih yang benar-benar sangat membuat orang tertarik sekaligus iri.
Luhan yang tubuhnya tidak terlalu diapit oleh kakak kembarnya, seakan memberi kesan anak-anak yang sedang dijaga kedua orang tuanya.
Ketiganya duduk dan sudah memakai safety belt khusus. Hitungan mundur sudah terdengar dan akhirnya rollercoaster itu meluncur. Bisa terdengar teriakan histeris dari para penumpang.
Xavia mengangkat tangan Luhan yang sedang di genggamnya. Lalu tertawa kencang, Luhan pun ikut tersenyum. Ia tidak merasa takut ataupun tegang. Sedangkan Xavier di sisi lainnya masih memasang wajah tenangnya, sama tidak menampakkan rasa takut ataupun tegang. Seolah-olah ini bukan apa-apa untuknya. Xavier juga menggenggam tangan adik kecilnya, takut jika sang adik ketakutan. Tapi siapa sangka bukannya takut, malahan Luhan terlihat senang dan tampak menikmatinya.
Rollercoaster berhenti dan satu persatu penumpang turun. Ada yang merasa mual, menangis, ada juga yang kakinya lemas mengharuskan tubuhnya ditopang temannya untuk berjalan. Tapi ketiga Rodriguez turun dengan tenang dan mantap tidak goyah sama sekali.
"Uhhh seru sekali, kita naik lagi?"
"Cukup Via, jangan berlebihan."
"Ahh, oke. Lulu senang?"
"Senang. Ini pertama kalinya Luhan naik ini. Ternyata tidak menyeramkan sama sekali."
"Adik kakak pemberani," ucap Xavier sambil merapikan rambut adik bungsu yang terlihat sedikit acak-acakan.
Xavia pun ikut merapikan rambut sendiri yang lumayan panjang. Ia melepas ikat rambut yang dijadikan gelang untuk mengikat rambutnya menjadi satu. Setelah selesai ia melepas satu lagi ikat rambut yang ada di tangannya.
"Lulu kemarilah." Pintah Xavia.
Xavier sudah selesai merapikan rambut sang adik saat kembarannya meminta Luhan untuk mendekat kearahnya.
Xavia berdiri di belakang sang adik. Lalu mulai mengikat separuh rambut sang adik kebelang. Karena tinggi badan keduanya yang lumayan terpaut jauh. Dan Xavia lebih tinggi dari sang adik menjadikan Xavia dengan mudahnya mengikat rambut sang adik. Setelah mengikat rambut sang adik, Xavia memutar badan Luhan untuk menghadap ke arahnya. Xavia ingin memekik gemas. Tapi mereka masih di luar, ia tidak mau terlalu banyak menarik perhatian. Akhirnya ia hanya bisa mencubit pipi Luhan yang terasa lembut dan kenyal.
Luhan menatap dengan heran pada kakak perempuannya. Meskipun Xavia tidak terlalu kuat mencubit pipi Luhan, itu tetap meninggalkan bekas kemerahan yang samar di kulit putih sang adik.
Xavier juga sempat terpana dengan penampilan adik kecilnya yang rambutnya di kuncir. Adiknya terlihat lebih manis dan cantik?
Mereka melanjutkan menaiki wahana yang ada disana satu persatu. Dan terakhir mereka menaiki kincir angin raksasa. Dari sana mereka bisa melihat pemandangan dari kejauhan. Dan kebetulan saat ini senja, pemandangannya sangat cantik saat matahari hampir tenggelam. Dan cahaya dari rumah-rumah mulai menyala memberi kesan yang sangat indah.
Saat mereka turun, langit sudah berubah menjadi hitam dan sudah waktunya mereka untuk pulang. Ketiganya dalam suasana yang baik. Mereka senang bisa menghabiskan waktu bersama. Apalagi Luhan yang tidak pernah merasakan kesenangan ini, bahkan ia tidak pernah bermimpi akan ada hari seperti ini.
Double up donk, khusus buat readers kesayangan Inay.
Seneng ?
Jangan minta up lagi oke. Ntar overdosis 😅😂
Besok lagi 😁Ada yang pernah ke taman hiburan? Kalau untuk taman hiburan semacam Dufan jujur Inay belum pernah. Kalau ada kesempatan pingin kesana sih.
20 Juni 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Feel
Teen FictionSaat membuka mata Luhan sudah berada di tengah hutan. Tidak usah memikirkannya lagi, sudah pasti ia di buang Luhan menghela napas, ia kembali menutup matanya. samar-samar ia mendengar langkah kaki mendekat. "Hey boy, kenapa ada di tengah hutan. In...