♡ Budayakan Vote 😗
♡
* 2013
Malam bergelut resah. Semakin kelam kala suara gonggongan anjing jaya berbunyi diantara suara kendaraan yang masih hilir mudik.
Gadis yang telah menjadi mahasiswi tingkat pertama itu terduduk lemah dipinggiran kasur. Baju seragam tim basket masih dikenakannya. Ia tersenyum bangga melihat darah telah mengalir bebas dari lengan tangan kirinya yang telah terluka.
Perlahan nafasnya mulai terasa tercekat oleh rasa sakit yang menyerang. Kepalanya sudah pening seribu kali lipat, pandangan mata nya sudah nulai memburam, dan..."TAEMI!!"
BRUK
Badan gadis itu ambruk ke lantai bersamaan dengan datang nya salah seorang teman kos.
Sementara ditempat lain, tepatnya sebuah kamar yang sepi, seorang gadis dengan penampilan seksi mengecek tali yang sebelumnya telah dia pasang diatas cela jendela yang lumayan tinggi.
Paha putih mulus nya tersingkap ketika dia menaiki kursi plastik.Air mata terus berurai. Kedua tangannya gemetar bukan main sembari mencoba memasukan kepalanya pada celah tali diatas.
Suara halus nya bergumam, "Mamah.. Juni mau ikut mamah..""JUNI!!"
Ssrtt
Badan Juni ditarik hingga kepala nya terlepas dari tali.
BBRUK
Kedua orang itu jatuh ke lantai.
"Teh Bela??"
Ini Juni yang sangat terkejut oleh kemunculan teman se profesi nya itu. Namanya Bela. Yang telah menggagalkan rencana bunuh diri Juni.Bela telah bangkit dari jatuhnya. Menatap amarah pada Juni.
"Berani banget kamu mau bunuh diri Juni!!"Dibentak seperti itu Juni menunduk takut. Dan kembali menangis.
Sambil terisak-isak ia mengatakan, "Ju-Juni mau nyusul pergi saja ikut mamah.. Juni g-gak kuat.."Tak kuat Bela menahan emosi nya untuk tak ikut menangis. Dia bawa Juni dalam dekapannya.
"Kita sama, dek.. Ayo, kita sama-sama berjuang.."Mereka bilang
Ikuti kata hatimu
Tapi hatiku telah menyeberangi samudera
Dan aku takut
Untuk tenggelam dalam ombakBeberapa tahun kemudian..
* 2016Suara bass musik disko khas hiburan malam berdentum nyaring di sebuah tempat club yang lumayan besar juga cukup mewah.
Salah seorang bos bersama satu orang bawahannya baru saja memasuki tempat itu. Badan tinggi tegap berotot dibalik kaos hitam dan blazer abu nya semakin menarik perhatian para perempuan pekerja plus-plus di tempat ini. Tentu saja si bos merasa semakin bangga untuk dikelilingi para perempuan. Sementara bawahannya yang seorang perempuan, merasa risih melihat kenakalan sang bos bersama tiga orang perempuan yang telah duduk bersama. Dia baru pertama kali bertugas menemani si bos ke tempat seperti ini, karena teman atau orang yang sebelumnya biasa menemani si bos sedang tidak bisa."Taemi! Ntar lu pesen minum apa yang lu mau. Bebas. Gue yang bayar." tutur si bos sambil mengelus-elus paha dan dada para perempuan penghibur.
"Siap, bos!" sahutnya.
Didetik itu juga, mata Taemi tak sengaja terarah pada seorang gadis muda bergaun hitam nan seksi. Tapi bukan itu yang menarik perhatiannya, meski memang gadis itu berparas indah, bahkan tampak yang tercantik dari semua perempuan disini. Melainkan.. wajah sendu nya yang menyiratkan banyak luka dibalik senyum manis yang pasti dipaksakan.
Di meja lain bersama seorang perempuan yang telah berumur, dan seorang lelaki paruh baya yang terlihat sangat kaya raya, gadis muda itu diam sambil sesekali tersenyum palsu kala tangannya dielus sembarangan oleh lelaki yang telah memesannya itu.
Melihat gadis muda tadi beranjak pergi, menyebabkan seorang Taemi ikutan beranjak, diam-diam mengikuti langkah si gadis yang pergi memasuki ruang toilet.
Entah apa yang membuatnya penasaran pada sosok itu.Hingga sesampai di ruang toilet, Taemi cukup terkejut saat langsung mendengar suara isak tangis dibalik salahsatu bilik pintu toilet.
'Apa yang nangis itu cewek yang tadi?' batin kepo nya.
Sambil menyandar di dekat wastafel, hati Taemi meringis oleh tangisan si gadis. Dia bisa merasakan bagaimana sakitnya luka dibalik tangisan itu.
Baru sadar pintu bilik itu akan dibuka, segera Taemi berakting sedang mencuci tangan. Sembari diam-diam memperhatikannya dari pantulan cermin. Dimana gadis itu juga tampak terkejut melihat keberadaan dirinya disana.
Sepertinya gadis itu malu. Terlihat dari bagaimana dia bergabung berdiri di depan wastafel untuk bercermin.Suasana pun terasa cukup canggung. Sampai ketika Taemi berani memutuskan menanyakan namanya..
"Nama kamu siapa?"Gadis itu menjawab dengan suara lirihnya, "Juni.."
Sebuah coklat kecil telah Taemi keluarkan dari saku nya. Tanpa basa-basi dia langsung mengambil tangan si gadis bernama Juni, dan menyerahkannya di telapak tangan.
"Percaya! Makan coklat disaat sedih bisa bantu kamu senyum lagi."Juni tercengang. Blank.
Sedangkan Taemi sudah berbalik badan.
Tersadar Taemi mulai melangkah pergi, Juni segera bersuara, cukup nyaring, "Terimakasih. Siapa nama kamu?"
Dengan santai nya bibir Taemi mengukir senyum dan menjawab, "Taemi. Makan ya! Gue duluan."
Maka selanjutnya punggung Taemi menghilang dibalik pintu. Sedangkan Juni masih terdiam di tempatnya. Merasakan dejavu akan sebuah kenangan di masa lalu yang tidak pernah dia lupakan.
Coklat itu ia genggam erat-erat bersamaan dengan mata dan bibir yang tersenyum manis.
"Juni! Lama banget kamu!"
Sontak gadis ini terkejut ketika mendengar kemunculan suara mami Agnes yang memasuki toilet.
Buru-buru dia masukan kembali bedak dan lip stik ke dalam dompet, juga coklat yang diberikan sosok Taemi, tentu nya."Pak Markus udah nungguin lama! Kamu mau bikin saya rugi?!", gertak mami Agnes.
"Enggak, mami.. Maaf.."
Mami Agnes mendengus kesal sambil berusaha bersabar.
Permainan musik seorang Dj terkenal tidak dapat menarik perhatian seorang Taemi, yang sekarang masih duduk termenung sendirian di pojok meja bar, sambil sesekali menyesap sebatang rokok dan menikmati minuman.
Entah sudah berapa kali ia memesan. Tidak peduli. Karena si bos yang tengah asik ber'main' sudah menjamin akan membayarnya.
Sebenarnya Taemi merasakan gelisah. Tapi entah apa yang menjadi kegelisahannya. Dia hanya dapat kebingungan sendiri, tanpa tau apa yang harus dia lakukan.Sementara di sebuah kamar hotel mewah, nafsu seorang lelaki paruh baya begitu membara menikmati permainan intim nya diatas gadis muda yang dibuat meringkih, mendesah, namun tanpa hasrat bernafsu. Justru air mata kesedihan yang menyertai aktivitas bekerja gadis ini.
Selama sekian tahun menjadi pekerja seks komersial, dia tak pernah menikmati kegiatan itu. Sama sekali tidak pernah."Ooh.. lihat! Kau sampai menangis, Juni sayang..! Apa kau se-enak itu menikmati malam kita berdua, hm?!", tanya lelaki paruh baya yang harus dia puaskan.
Juni diam. Semakin jijik melihat ekspresi bangga di wajah si pelanggan.
Gimana? Lanjut? Penasaran dengan kisahnya?
Jangan lupa komen 😗
♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
[New] Persona Non Grata [End]
General FictionMereka bilang Ikuti kata hatimu Tapi hatiku telah menyeberangi samudera Dan aku takut Untuk tenggelam dalam ombak Ia akan berdiri kokoh di depanmu, & memegang wajahmu diantara telapak tangannya, lalu berkata, "Tidak apa-apa menjadi dirimu bersamaku...