♡15

386 73 25
                                    

☆☆

Entah sudah berapa kali tertatih,
Tersandung kerikil,
Terseok digempur badai
Sendiri
Darah, keringat, air mata
Aku masih bertahan
Sendiri



☆☆



Jefri bangkit dari sofa. Menampakkan tubuh gagah dengan banyak lukisan tato hitam di leher dan lengannya.
"Kasih tau mereka semua buat siap-siap bersenang-senang!"

"Siap, bos!"

Baru saja setengah anak buah terkumpul, mereka semua sudah dikejutkan oleh bunyi derap langkah kaki yang begitu banyak.

Semua mata memicing untuk menyaksikan apa yang kini ada dihadapan mereka.

Ada keterkejutan dibalik wajah dingin nan tenang  Jefri yang mengambil nafas sejenak. Sedangkan anak buah nya membuang nafas gusar.

Sepuluh meter di hadapan, telah berdiri kelompok Gerry dengan lima belas anak buah.

Semua beradu pandang dengan tatapan nyalang.
Termasuk Taemi, berdiri paling depan bersama bos Gerry, Tora, Sandi, dan dua orang lainnya.

Kesunyian malam semakin berkuasa. Angin malam semakin menusuk dingin, tak menggentarkan adrenalin mereka semua.

Perlahan, Gerry mengangkat tangan nya, lalu menjentikkan jari nya, sebagai kode bergerak maju.
Begitu juga Jefri yang mengangkat tangannya ke atas mengisyaratkan peperangan dimulai.

"HHIYAAAA!"

Semua bersorak semangat nafsu membantai. Tanpa pistol ataupun besi, hanya saling menyerang dengan tangan kosong atau balok kayu.
Ya.. karena mereka bukan anak sekolah yang ingin tawuran. Tidak perlu membawa gear motor maupun samurai.

Sorak semangat yang begitu memburu, suara ringisan-teriakan kesakitan, suara benturan pukulan, menggema seram di dalam gedung tua terbengkalai itu. Dan burung gagak berkicau nyaring, menonton ketangkasan mereka para pembalas dendam dalam pertarungan brutal.

Niscaya jika tak ada satupun yang tumbang terkalahkan. Beberapa anggota di dua kelompok preman itu ada yang telah terkapar terkalahkan, ada juga yang masih tidak terkalahkan.
Salahsatu nya Juni. Gadis itu masih bertarung dengan orang yang dia incar, alias pelaku penusukan Rudi. Badannya yang lebih kecil dari orang itu, dapat bergerak lincah untuk menangkis serangan dan memberi serangan, meski kemampuan nya tidak seimbang dengan lawan nya yang begitu beringas.

Atau ada pertarungan dua bos besar, bak dua singa jantan yang bertarung sengit untuk mendapatkan tahta kekuasaan.
Bertubi-tubi pukulan Gerry berikan ketika Jefri berhasil dibuat lengah.
Jefri menendang untuk menangkis, tapi kekuatan Gerry masih lebih besar. Gerry berhasil bertahan dan menendang balik dengan lebih ganas. Membuat Jefri tersungkur keras ke lantai kotor penuh debu itu.

BUGH
BUGH
BUGH

Pukulan brutal Gerry melayang tepat ke wajah Jefri. Lalu dia menendang, menginjak kepala Jefri tanpa ampun.

Dirasa lawannya sudah tidak dapat melawan balik, Gerry berhenti. Dan melihat penampakan menyedihkan Jefri yang telah sangat kewalahan.
Luka-luka dan darah di wajah itu jelas lebih parah dibanding dirinya.

Bibirnya membentuk seringai tipis. Kaki kokoh nya kini menginjak perut Jefri.

"Perlu bukti apa lagi buat lo sadar kalo gue lebih layak atas apa gue dapat daripada lo?" geram Gerry.

Meski dirinya sudah kacau, Jefri tetap bersikukuh dengan rasa tidak dapat menerima. Bibir berlumur darah nya tersenyum kecut meremehkan.

Menyebabkan amarah Gerry kembali memuncak. Ditambah dendam nya atas kematias Rudi.
"Bangsat anjing lo!"

[New] Persona Non Grata [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang