♡34

315 64 44
                                    

☆☆



"Mengakhiri kita. Demi kebaikan kamu dan anak kamu."

"Hah? Apa?"
Mata Juni membelalak kaget.
"Kamu becanda nya gak lucu!!"

Tetapi sebuah keseriusan tersirat di wajah kekasihnya.
Air mata Juni mengalir deras.

Taemi menunduk. Tidak sanggup melihat Juni menangis.
"Aku serius."

"Liat aku!" tegas Juni.

Si kekasih tetap menunduk.

Emosi Juni semakin bergemuruh.
"Liat aku, Taemi!" suaranya tidak lantang, namun cukup bernada tinggi. Hingga membuat kekasihnya tampak bergetar menangis.

"Kenapa..?" tanya Juni. Sakit.
"Kenapa kita harus.. berakhir?"

Taemi, "Gak bisa aku tega dengan keadaan kamu yang harus sendirian, hamil, melalui semuanya untuk sampai waktu yang lama, yang entah sampai kapan aku harus disini. Meski aku gak rela, tapi setidaknya, dengan kamu bersama orang yang baru, akan ada seseorang yang menjaga kamu, menyayangi kam-"

"Stop!"
Hati Juni tidak tahan terus mendengarnya.
"Kamu.. jahat kalau suruh aku dengan orang lain. Jahat!"

Terdiam lah Taemi.

"Apa artinya janji aku buat kamu? Apa artinya janji kita berdua?
Kalau kamu terus minta kita berakhir, itu sama saja hancurin hati aku, hidup aku, mimpi aku!" ungkap Juni disertai isakan tangis.

"Maaf.." lirih Taemi sedih.

"Waktu kunjung habis!" ujar seorang sipir dari ambang pintu di belakang Taemi.

Juni dan Taeni terhenyak kaget.

Kedua tangan Taemi menyentuh kaca pembatas yang memisahkan dirinya dan Juni.
"Juni.. aku tarik kata-kata aku. Maafin aku.."

Helaan nafas panjang mengiri matanya yang tertutup sejenak, sebelum menjawab, "Iya.. Dimaafkan. Asal kamu gak bilang itu lagi."
Lalu Juni ikut menempelkan kedua tangan di kaca, seperti dua pasang tangan yang saling bertemu.
"Aku sudah mati-mati an menguatkan diri. Jadi tolong, percaya sama aku. Bahwa aku akan selalu ada untuk kamu. Aku akan setia sampai kapanpun. Dan iringi aku dengan doa mu, agar aku selalu bisa terus berusaha bangkit dan kuat."

Bahunya bergetar hebat. Taemi tidak kuat menahan gemuruh dalam dada. Begitu pula dengan air mata yang kembali keluar.
Rasanya ingin sekali dia mendobrak kaca, lalu memeluk kekasih luar biasa nya itu.

Sekarang dua pasang mata bertemu..
Menyampaikan semua rasa yang merindu sambut

"Aku harap dapat kamu rasakan betapa besar rasa maaf, terimakasih dan percaya ku pada kamu, Juni. Jaga diri baik-baik, ya.. Aku juga disini akan berjuang.
Aku mencintai kamu..-"

"Ibu Taemi waktunya kembali ke sel!"
Lagi, sipir tadi memperingatinya.

"Aku.. harus kembali ke sel, sekarang." lanjut Taemi.

Juni menghela nafas pasrah nya.
"Huum. Kamu juga jaga diri kamu. Aku cinta kamu.."
Senyuman manis hadir sebelum Taemi harus berbalik untuk kembali ke penjara.






"Maaf, kak.. harus nunggu lama." tutur Juni pada Seli yang menunggunya di luar.

Seli tersenyum lebar. "Gak apa-apa.. Gimana kabar Taemi?"

"Cukup terlihat baik. Ayo, kita pulang!"

"Ayo."




Baru berencana ke cafe untuk bertemu Ben, mood Widy menjadi rusak karena kehadiran seseorang. Kemudian dia seret pelan orang itu ke sudut lain halaman rumah yang lebih sepi.

[New] Persona Non Grata [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang