♡26

351 67 43
                                    


☆☆



Pagi menyapa.
Bersamaan terbit nya matahari, Juni telah selesai mandi.
Tidurnya malam tadi tidak cukup nyenyak hingga dia memutuskan mandi sepagi itu. Sembari menatap langit pagi dari jendela kamarnya, pelan-pelan dia sisir surai panjang nya.

Tok tok tok

Sempat terjengat kaget, kepalanya menoleh pada pintu kamar yang berbunyi. Siapa lagi kalau bukan Taemi.

"Juni.. kamu sudah bangun?" tanya Taemi dari luar.

"Sudah."

"Boleh aku masuk?"

"Hm, boleh.."

Deg deg deg deg deg
Degup jantung Juni kembali begitu kencang.

"Juni.."

"Iya.."

Tatapan Taemi terus mengikuti tanpa lelah. Sementara Juni menyembunyikan wajah resahnya dengan kembali memandang ke luar jendela.

"Kamu kenapa?"
Sejak malam, sejujurnya Taemi sudah ingin bertanya. Tetapi Juni yang bilang ingin segera tidur, membuat dia harus mengurungkan niatnya.

Kegiatan menyisir rambut Juni berhenti. Ibu hamil muda itu terdiam.

"Aku kefikiran dari semalam. Kamu banyak diem." ungkap Taemi.

Andai saja sekarang Taemi dapat melihat gurat wajah gelisah dan sedih di wajah Juni dibalik surai panjang nya yang berdiri membelakangi.
Hatinya bergetar hebat. Bahkan lidah terasa kelu. Mata sudah perih.

Setelah berusaha menguatkan diri, Juni bersuara, "Gak apa-apa.. ini kayaknya cuma perasaanku aja yang berlebihan. Mood ibu hamil."

"Itu bukan gak apa-apa. Jelas ada apa-apa, Juni.."

Mereka berdua diam. Hingga lima menit berlalu..

Taemi beranjak mendekati sang teman yang masih berdiri membelakangi nya.

Lalu dia harus terkejut saat menemukan air mata di pelupuk mata Juni mengalir cukup deras.

"Juni..."

Juni hapus air mata nya. Malu.

"Ada apa..?" tanya Taemi pelan.

Sembari berusaha tersenyum, Juni berkata, "Aku... mau kamu bahagia. Apapun kebahagiaan kamu, aku akan dukung dan ikut bahagia."

Taemi tertegun. Diam sembari mencari tau sesuatu di jendela mata sang teman. Sementara Juni berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis dibalik senyumnya.

Kemudian Taemi bertanya, "Kamu mau tau kebahagiaan ku apa?"

Juni menatap balik dengan wajah bertanya, "Apa..?"

"Kamu."

"Hah?" Juni gagal paham.

Senyum tipis terpatri di bibir Taemi sembari memandang nya lekat-lekat.
"Kalo kebahagiaan ku itu adalah kamu, gimana?"

Blank.
Juni bungkam. Tertohok.
"Mmhhhhhh..."
"Kamu jangan becanda..! Mm-maksud aku..... mmh.. kalo kamu mau punya pacar.. siapapun, a-aku dukung."

"Hh? Oke.. aku perjelas lagi."
Taemi raih kedua tangan Juni. Menggenggam nya erat-erat.
"Ku pikir.. sekarang waktu yang tepat. Aku mau jujur sama kamu.."

Deg deg deg deg deg deg
Degup jantung Juni seperti habis lomba lari maraton.

Seusai tersenyum, Taemi berkata, "Aku.. suka kamu. Sayang kamu. Cinta... kamu."

Lemas. Taemi merasakan semua nya terasa lemas. Tidak sangka dirinya bisa berhasil mengatakan itu semua.

Sementara Juni tercengang.
Apa dia tidak salah dengar. Lidahnya terlalu kelu. Lemas. Kepalanya pusing. Terlalu syok.

[New] Persona Non Grata [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang