Mereka bilang
Ikuti kata hatimu
Tapi hatiku telah menyeberangi samudera
Dan aku takut
Untuk tenggelam dalam ombak
Ia akan berdiri kokoh di depanmu, & memegang wajahmu diantara telapak tangannya, lalu berkata, "Tidak apa-apa menjadi dirimu bersamaku...
♡ eits.. Jangan reader nakal yg malas klik vote tiap bab y ya♡♡ ☆
Waktu di jam dinding sudah menunjukan pukul enam petang. Bayangan di sebuah cermin tinggi berbentuk persegi panjang, menampakkan badan tinggi Taemi yang tengah mengecek penampilannya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
*(kiranya begini gambaran penampilan Taemi)
Dibantu Juni yang merapihkan kain kerah bajunya dengan senyuman tak henti-henti nya terus mengembang manis. Pasalnya, penampilan Taemi semakin membuat dirinya terpesona.
"Yakin.. udah oke banget!" ujar Juni pada Taemi.
"Sip.." Badan Taemi menghadap sang kekasih. Memandangnya penuh kasih. "Aku kepengen banget bisa ajak kamu ke sana, tau.."
"Iya.. aku tau. Cuma kan, aku lagi hamil, acaranya malam, dan aku gak mau repotin kamu kalo nanti disana aku malah mual-mual." sahut Juni diakhiri senyuman. "Kamu have fun, ya.. aku seneng kamu bisa ambil waktu buat santai dari kesibukan kerjaan kamu. Aku gak apa-apa di rumah aja."
"Hmhh.. Entahlah. Orang aku gak deket sama keluarga aku. Pasti sih, aku bakal pengen cepet-cepet pulang biar sama kamu aja."
Juni tersenyum lembut. "Udah setengah tujuh, tuh.. Acara ulang tahun kak Widy kan bentar lagi dimulai. Ayo, aku anter ke depan!"
Kepala Taemi mengangguk. Meski rasanya entah kenapa dia tidak ingin jadi pergi ke acara pesta di rumah megah orangtua nya. Iya, malam ini ada pesta ulangtahun kakak keduanya, Widy. Dan Taemi dipaksa harus datang oleh orangtua, demi gengsi citra keluarga harmonis nama besar keluarga tuan dan nyonya Antony.
Sekitar dua puluh lima menit berlalu. Kini Taemi telah sampai di rumah megah yang telah dihiasi dekorasi pesta berkonsep taman bunga-bunga. Banyak para tamu undangan telah hadir dengan bermacam-macam penampilan yang bergengsi. Terutama keluarga penyelenggara pesta. Dari sudut ruang depan rumah, Taemi memandang jenuh ayah, ibu, dan kedua kakak nya yang sedang berbasa-basi dengan keluarga Arya. Termasuk Arya sendiri. Dia pun memutuskan pergi ke arah lain, berpura-pura sibuk dengan diri sendiri, mencari apapun yang bisa menjadi pelampiasan kesepian dan rasa bosan nya. Padahal ini di rumah keluarga sendiri. Tapi begitulah yang sering dia alami ketika berada di rumah. Belum se jam saja di sudah merasa kosong, bosan, sepi. Berbeda jauh dengan suasana rumah sederhana nya yang dilengkapi kehadiran sosok Juni. Ahh.. puncak acara belum dimulai saja dia sudah ingin pulang saja rasanya.
Ketika dia melangkah keluar menuju area kolam renang, seorang bapak-bapak seusia ayahnya datang menyapa.
"Taemi? Hai..!" sapanya.
Meski gadis ini tidak mengenali, dia berusaha berpura-pura tau untuk menghargai. "Eh? Hai, om.." Dia cukup yakin paling juga lelaki itu teman ayahnya. "Apa kabar?"
"Baik, Taemi.. Kamu apa kabar? Kamu terlihat makin cantik."
"Ahhahaha. Terimakasih. Saya baik. Om juga terlihat sangat keren."