☆☆
Suara deru kendaraan begitu ramai mengisi jalan raya di siang hari.
Dari balik jendela kaca (mobil) di samping, Juni memandang langit yang tampak hampa seperti hatinya.
Selanjutnya, kepala Juni baru menoleh saat mendengar Arya memanggil dari depan. Tepatnya kursi kemudi mobil."Iya?" sahutnya pelan.
Arya, "Kamu sama Taemi deket banget ya.."
"Iya.. memang deket banget."
Dari cermin mobil diatasnya, dapat Arya lihat sebuah senyuman manis terulas di bibir Juni saat mengatakan itu.
"Aku pikir.. kalian pasti lebih dari sekedar sahabat." ucapnya kemudian.Lagi.. Juni tersenyum. "Hh? Ohh.. Mhh.. begitulah."
"Okee..
Hm... Btw, aku liat di depan sana ada gerai pizza. Kamu mau? Nanti kita beli."Mendengar pizza, perut Juni jadi terasa lapar. Maka dia pun mengiyakannya dengan semangat.
Menghadirkan kekehan gemas keluar dari mulut Arya.Matahari telah tampak menuju singgasana kala Juni sudah berada di rumahnya lagi. Ibu hamil muda ini duduk sendirian di ruang makan. Meregangkan otot badan yang terasa pegal.
Tak lama, ketika membuka kotak pizza, Juni tertegun. Air mata nya merembes keluar dengan sedih.
Bibirnya rapat, namun terucap nama, "Taemi.."Lalu terisak.
Teringat Taemi yang selalu makan bersama, atau membawakannya makanan, membuat hatinya bergemuruh sakit. Oleh keadaan mereka berdua yang terpisah tempat.
Kini ruang itu dikuasai gema tangisan sedih Juni akan sang kekasih.
Tetapi.. bayi di perutnya sudah ingin makan. Maka Juni menyuapkan sepotong pizza ke mulut sembari masih menangis.
Ingat.. tadi dia sudah berjanji pada Taemi untuk menjaga kesehatan mereka berdua.Bahkan siang telah menjadi malam, dan rembulan telah membulat sempurna di angkasa sana, Juni terus lebih sering termenung sendiri. Seperti saat ini, entah sudah dari jam berapa dia duduk di kasur Taemi. Memandang semua penjuru ruang, barang-barang Taemi, hingga memeluk bantal nya. Dan menangis.
Jujur saja, dia tidak tau, dan tidak mau membayangkan bagaimana nasib dirinya jika tanpa Taemi.
Padahal, rasanya seperti baru kemarin dia mengecap rasa kehidupan bahagia dengan hadirnya sosok Taemi yang telah berkomitmen sebagai pasangan dirinya. Namun hari ini.. apa yang terjadi pada Taemi membuat dirinya terpuruk.Lagi-lagi.. tangisannya mengisi malam sepinya.
Tetapi.. jika dia tidak lebih kuat dari Taemi, siapa lagi yang akan selalu setia menguatkan si kekasih..? Bagaimana dengan keadaan janin di perutnya nanti..?
Dalam keadaan jiwa yang masih bergetar kesedihan, Juni hapus air matanya. Merebahkan diri di kasur, mencoba tenang. Dan berdoa pada sang Maha Kuasa.
Dia harus tabah, kuat, agar dia akan dapat selalu ada untuk Taemi.
Di sebuah ruang pimpinan Polres, Widy dan Ben terlihat menyerahkan sebuah kotak brand fashion mewah pada meja di depan seorang polisi berpangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP).
Ben, "Om sudah kenal lama keluarga saya, jadi anggap saja ini hadiah dari kami berdua untuk om yang ingin membantu kami dalam proses penahanan Taemi sebagai pelaku kasus upaya pembunuhan Steffy atau kakak nya Widy yang sekarang harus koma."
Perlahan polisi berusia empat puluh tujuh tahun itu membuka kotak dari mereka berdua.
Hatinya menggebu-gebu melihat penampakkan tas mewah pria dari brand Louis Vuiton.
KAMU SEDANG MEMBACA
[New] Persona Non Grata [End]
Fiksi UmumMereka bilang Ikuti kata hatimu Tapi hatiku telah menyeberangi samudera Dan aku takut Untuk tenggelam dalam ombak Ia akan berdiri kokoh di depanmu, & memegang wajahmu diantara telapak tangannya, lalu berkata, "Tidak apa-apa menjadi dirimu bersamaku...