☆☆
Merah.
Semua berwarna merah. Widy terheran-heran. Hanya melihat sekeliling ruangan polos berwarna merah tua. Tanpa ada penerangan.
"Bukannya tadi aku masuk ke kamar mandi ya?" bingungnya sendiri.
"Ini apa? Dimana?"Pelan-pelan dia kucek dua matanya.
"Ini dimana sih??"Merasakan desiran angin yang tertiup pelan di sekitarnya, bulu kuduk Widy merinding.
"Apa sih ini?"
Kegelisahan menjalar hebat.
Melihat kembali ke belakang pada sebuah pintu, dia gapai kenop pintu itu. Namun dia harus terkejut kala melihat seseorang dibalik pintu muncul begitu saja..
Wajah pucat dengan sorot mata hitam mengerikan itu membuat Widy ketakutan.
"Pergi! Pergi!"
"Aku bukan pembunuh!"
Mata terpejam Widy terus bergerak tak tenang. Badannya yang berbaring di atas kasur itu gelisah dalam tidurnya. Peluh keringat keluar, tampak jelas di dahi dan leher yang kini basah."Kak Steffy!"
"Aaaak!"
"Aku bukan pembunuh!"
Dia terus meracau resah, takut.Hingga harus terbangun, "AAAAAAK!"
Matanya langsung terbuka penuh. Wajah pucat berkeringat. Bernafas pun begitu cepat tanpa ketenangan.
Saat pandangannya berpendar ke sekitar kamar, barulah dia dapat bernafas lega. Walau kegelisahan dan ketakutan masih menyergap.Tetapi, ada seseorang dari balik pintu kamar muncul mengejutkan nya.
"Widy!""Aaaaak!" Lagi, dia berteriak, syok.
"Kenapa kaget begitu?" tanya ibunya di ambang pintu.
"Hahhh. Mamah! Aku kira siapa.."
"Siapa..?"
Bibir Widy tersenyum kaku. "Gak apa-apa.. Cuma mimpi buruk aja."
"Huft. Oke..
Udah jam tujuh pagi. Ayo, sarapan!""Iya, mah."
Pagi menunjukkan waktu sekitar pukul tujuh, terdengar bunyi pisau beradu kayu talenan yang dipenuhi buah apel. Hati-hati Juni potong lagi potongan apel itu menjadi lebih kecil. Sedang bibirnya terus menyungging senyum oleh teringat buah apel yang merupakan kesukaan Taemi. Besok jadwal mengunjungi si kekasih, dia berencana akan membawakan kekasih nya buah apel yang banyak.
DUGH
Ben tersentak kaget ketika pintu mobil tertutup kencang oleh Widy yang kini telah duduk di samping nya.
"Sayang.. bikin kaget!"Melihat Widy yang diam dengan wajah yang tampak lelah, Ben bertanya, "Ada apa pagi-pagi gini kamu udah lemes?"
Nafas berhembus berat sebelum berkata, "Aku mimpi. Ngeri banget!"
"Mimpi apa? Biasanya.. kamu gak peduli mimpi tuh."
Perempuan itu memandang gelisah pada si kekasih gelap.
"Aku tau ini cukup konyol. Tapi, di mimpi itu ada kak S-""Bentar! Bentar, sayang.." sela Ben sambil meraih ponselnya di saku kemeja.
"Halo?"Widy pun hanya dapat mendengus kesal.
Sungguh. Pikirannya kalut. Sampai sekarang dirinya masih terbayang-bayang kejadian dalam mimpi tadi pagi."APA?"
Itu suara Ben yang tengah terkejut mendengar informasi dari rumah sakit. Lalu tak lama, dia mengakhiri panggilan."Kenapa?" tanya Widy.
"Steffy." Refleks tangan Ben meremas stir mobil mahal nya.
"Dia... sudah sadar." ucapnya bersama perasaan yang tak bisa dia pastikan apa. Entah itu senang, atau takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
[New] Persona Non Grata [End]
Ficción GeneralMereka bilang Ikuti kata hatimu Tapi hatiku telah menyeberangi samudera Dan aku takut Untuk tenggelam dalam ombak Ia akan berdiri kokoh di depanmu, & memegang wajahmu diantara telapak tangannya, lalu berkata, "Tidak apa-apa menjadi dirimu bersamaku...