♡24

340 63 9
                                    

☆☆

Haruskah kukatakan ini keindahan kekasih?
Atau haruskah kuceritakan ini sebuah perjalanan
Yang amat menggairahkan kebahagiaan cinta?

Cinta?

Setelah bertahun-tahun dihinggapi luka duka
Kamu hadir
Selalu bersedia menjemput ku di tengah persimpangan keterasingan diri

Kubiarkan diri terhanyut dalam kasih mu
Gemuruh nya seperti tak pernah lelah hadir
Daku biarkan rasa gelisah itu kian mengusik
Debaran dada selalu mengisi tiap detiak ingatan tentang mu

Cinta?


POV Juni

Sayup angin pagi begitu tenang pagi ini, ketika aku mengantar nya yang akan berangkat bekerja, sampai halaman rumah.
Ku rapihkan kembali poni rambutnya yang sempat tersibak angin. Dan memberinya senyuman terbaik sebelum dia melajukan motor Pcx nya. Sudah rapih dilengkapi jaket ojol hijau nya.

"Aku berangkat, Juni.." ucapnya lembut.
Suara dalam yang selalu mampu merobohkan dinding batas ku.

Aku mengangguk. "Hu'um. Hati-hati selalu.."

Dia tersenyum lebar nan hangat. Dan berlalu pergi, membawa harap akan menjemput rejeki hari ini.

Mataku terus mengiringi keberangkatannya meski punggung Taemi telah menjauh dan mulai tak terlihat. Sementara matahari mulai beranjak menyinari bumi di pukul setengah enam pagi ini.

'Semoga kamu selalu diberkati-Nya, selalu ada dalam lindungan-Nya. Dimanapun, kapanpun.'
Do'a pagi ku setiap kali mengantarnya berangkat.

Merasakan tanda-tanda kehidupan sosok lain berada dalam perutku, membuatku tersadar, tidak terasa, waktu bergulir begitu cepat. Usia kandungan ku telah menginjak tiga bulan.

Ku rasa pagi ini bayi ku sudah lapar, segera aku memutuskan kembali ke rumah. Namun, langkah ku sempat terhenti kala memandang rumah ini. Rumah yang menjadi saksi kebersamaan kami berdua, juga bayi dalam kandungan ku. Perasaan mellow ku pagi ini membuat ku tertegun dalam ingatan tentang kami. Bahkan bayangan imajinasi masa depan kami berdua dilengkapi kelahiran bayi ku nanti sempat melintas di benakku. Dan bayangan kebahagiaan lainnya.
Ahh.. membuatku malu sendiri.

Ku singkirkan cepat-cepat imajinasi ku. Mungkin ini berlebihan (?)
Atau.. boleh kah?







Pov Author

Di sebuah kamar hotel bernuansa ungu, sepasang perempuan dan laki-laki tidur berpelukan dibalik selimut tebal. Hingga bunyi suara notifikasi telpon muncul, membangunkan keduanya. Namun hanya si perempuan yang akhirnya mengalah menjawab telpon tersebut.
Baru hendak bersuara, dia terdiam. Hampir saja.
Wajahnya tegang melihat nama si penelpon di ponsel itu. Dia pun menyerahkannya pada si laki-laki.
"Yang! Kak Steffy nelpon." bisiknya.

Laki-laki bernama Ben itu bangun sembari menenangkan diri sebelum bersuara di telpon.
"Halo, sayang?"

"Sayang, kok kamu dari kemarin siang belum ada bales chat kabarin aku?" suara Steffy di telpon.

Ben dan Widy saling melempar pandang.

Setelah menghela nafas sesaat, Ben menjawab, "Maaf, ya.. aku ada urusan kantor mendadak ke luar kota."

Steffy, "Dari kemarin aku gak tenang kepikiran kamu, tau..!"

"Iya.. maaf, sayang. Kamu tau kerjaan aku banyak. Nanti aku gak ulangin lagi deh.." ujar Ben.

Terdengar helaan nafas panjang Steffy di speaker telpon.
"Oke.."

"Kamu pasti kurang jam tidur. Tidur lagi aja, ya.. masih pagi. Nanti aku telpon buat bangunin kamu."

"Hhh.. iya. Janji, ya, telpon bangunin aku!"

Malas mendengar kelembutan Ben untuk Steffy Widy memilih pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka.

Air pun mengalir dari wastafel. Gadis 26 tahun itu membilas wajahnya dengan gusar. Lalu menatap diri di cermin.

"Tenang, Wid..! Ben pasti akan memilih lo!" lirihnya pada diri sendiri.




Langit biru semakin cerah, jam makan siang pun telah tiba. Maka para pengusaha kuliner dan ojol gofood disibukkan dengan banyak orderan. Salahsatu nya Taemi. Dia baru saja selesai transaksi dengan kasir setelah mengambil pesanan di salahsatu restoran cepat saji. Namun saat hendak menaiki motornya untuk mengantar orderan, terdengar suara ny. Antony muncul memanggil namanya.

"Taemi!"

Taemi berbalik badan, terkejut mendapati sang ibu benar-benar berdiri di jarak dua meter, tengah memandangnya begitu keheranan. Tidak habis fikir.

"Mamah?"

Ny. Antony, "Apa-apaan kamu pakai baju ojol ini, Taemi?? Kamu jadi ojek online?? Jangan bilang ini benar!"

Dibalik sikap tenang nya, Taemi berusaha menahan amarah yang mulai terpancing.
"Benar. Aku kerja jadi ojek online. Gak masalah."

"Gak masalah kamu bilang?? Mau taruh dimana muka keluarga kamu kalau ada kerabat dan temen-temen mamah, papah tau kalau kerjaan kamu begini??"

Taemi diam. Sudah pusing menahan emosi.

"Berhenti jadi ojek online!! Calon jodoh kamu itu orang terpandang! Keluarga konglomerat! Apa jadi nya kalau mereka tau kerjaan kamu?? Mau malu-malu in keluarga??" sentak sang ibu.

Cukup. Taemi tidak tahan. Waktunya pun semakin mepet untuk mengantar orderan.
"Udah berapa kali aku bilang sih, mah?! Aku gak pernah mau dijodohin! Aku gak tertarik sama orang itu!  Dan aku berhak atas keputusan hidup aku!"

"TAEMI!" geram ibunya menahan suara agar tidak mengundang perhatian orang lain.

Sedangkan sang anak menyalakan kembali motornya, dan langsung bergegas pergi setelah berkata, "Maaf, aku sibuk."
Membiarkan ny. Antony sibuk sendirian dengan emosi nya.








Hari telah menggelap. Matahari sudah berganti bulan. Motor Taemi melaju cukup kencang oleh jam makan malam nya bersama Juni di rumah. Nanti nya dia akan biasa bekerja mengambil orderan lagi setelah pulang dulu. Sementara wajahnya datar. Masih belum baik-baik saja karena kejadian siang tadi dengan sang ibu. Ditambah lagi pekerjaan hari ini terasa lebih melelahkan.
Namun tiba-tiba, dia harus terkejut karena tersentak mendengar bunyi klakson mobil dari arah samping kanan perempatan jalan.

TIITTTT....









😄 setelah vote, mari lanjutkan  ke bab berikutnya

[New] Persona Non Grata [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang