☆☆
"Saya pengacara sodari Taemi. Adik anda yang dijebloskan ke penjara atas tuduhan melakukan percobaan tindak pidana. Dia dijadikan tersangka dalam kasus kecelakaan anda, nona Steffy."
Mata Steffy melebar kaget.
"Taemi?""Apa.. anda tidak tau?"
Kepalanya menggeleng.
"Orangtua saya tidak menceritakannya.
Dan saya.. berpura-pura tidak mengingat.""Kenapa anda berpura-pura tidak ingat?" tanya Heru.
"Karena saya berpikir, saya perlu menyiapkan strategi."
Heru mengangguk paham.
Steffy meremas kain celananya.
"Jadi.. Taemi dikambinghitamkan oleh Widy dan Ben?"
Perasaan kecewa nya terhadap dua pengkhianat itu semakin bergejolak."Iya..
Karena anda mengingat kejadiannya. Saya sangat memerlukan kerja sama anda, untuk mengungkap kebenaran."Tanpa berpikir lama, dia mengangguk dengan yakin.
Malam menyapa.
Wajah kesal Widy nampak cukup jelas. Dia berdiri di halaman parkir kantor nya yang sepi untuk menunggu Ben datang menjemput.
Hingga tak terasa, Ben muncul dengan mobil nya."Sayang, maaf agak telat." ucap Ben dari dalam mobil.
Widy acuh. Masuk ke dalam mobil dengan dingin.
"Kemana dulu sih kamu?""Aku beli kue favorit nya Steffy dulu."
"Ohh.
Hhuft.
Untung ya.. dia gak inget kejadian itu."
Nafas Widy berhembus dramatis.Ben diam, ikut berpikir.
"Hm.. Iya.
Tapi.. bagaimana kalau nanti dia akan bisa ingat lagi?""Hahhh.. aku tau. Sekarang kita tenang dulu!"
"Terimakasih," ujar Steffy pada suster yang membawakannya air putih hangat.
"Sama-sama. Anda tidak perlu sungkan meminta tolong pada saya, jika nanti memerlukan bantuan lagi." sahutnya tersenyum.
"Malam, kak Steffy.."
Mereka berdua menoleh ke arah pintu. Melihat keberadaan Widy, kedua orangtua, dan Ben, yang datang berkunjung.
Melihat senyum kekasih dan adik nya, hati Steffy bergemuruh hebat bersama aliran darah yang seolah bergejolak panas dibalik senyuman sambut nya.
"Ayo, sayang, kita makan malam bersama!" kata ny. Antony yang telah menaruh makanan yang dia bawa, dan menaruhnya di meja.
Suster pun mendorong kursi roda Steffy ke dekat sofa. Lalu diam-diam jengah saat melihat Widy dan Ben yang duduk berdampingan.
"Aku terus kepikiran," ucap Steffy yang mengundang perhatian semua orang.
"Kepikiran apa, nak?" tanya sang ayah.
"Bagaimana Taemi bisa dorong aku sampai jatuh dari balkon."
Ben dan Widy diam terkejut. Dan saling melempar pandang. Cemas bukan main.
Sementara tuan dan ny. Antony ikut terdiam memikirkan. Bingung, namun sebenarnya entah apa yang mereka bingung kan.
Sempat berdekhem untuk mengatur suaranya, Widy berkata, "Ah.. kak Stef.. kakak belum sepenuhnya pulih. Kita bisa ceritakan saat nanti keadaan kakak udah lebih baik lagi, ya.."
Steffy diam.
Ibunya, "Kamu pusing gak, sayang? Mamah khawatir karena kamu kepikiran itu buat kepala kamu sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
[New] Persona Non Grata [End]
General FictionMereka bilang Ikuti kata hatimu Tapi hatiku telah menyeberangi samudera Dan aku takut Untuk tenggelam dalam ombak Ia akan berdiri kokoh di depanmu, & memegang wajahmu diantara telapak tangannya, lalu berkata, "Tidak apa-apa menjadi dirimu bersamaku...