♡6

573 89 18
                                    

Berhias gemerlap cahaya lampu dan suara massa kendaraan, semakin menyemarakan malam ibu kota Jakarta. Gedung-gedung hotel pun turut menjadi salahsatunya.
Tampak di salahsatu ruang kamar hotel bernuansa jepang, menyeruak hawa yang penuh oleh pusaran gejolak hasrat membara dari seorang pria yang asik bermain.
Gelenyar daging tanpa tulang yang menjulur nafsu itu menyapu nikmat permukaan kulit leher dan dada si pemuas nafsu. Sepasang tangan besarnya tak ingin kalah, memburu hasrat mempermainkan bokong besar dan paha nya dibalik gaun yang perlahan dia lucuti.
Sembari pria itu menciumi dan memandangi paras rupa si pemuas nafsu, "Juni.." lirihnya.
"Kenapa kamu pakai nama asli kamu, cantik?"

Gadis bernama Juni itu tersenyum tipis. "Aku gak perlu memakai topeng untuk apapun. Hidupku sudah seperti ini."

"Seperti ini bagaimana, sayang?"

Bibir Juni tersenyum. Menyeringai, tepatnya. Netra nya sukses mengunci pandangan sang pelanggan yang diam terpesona.

Ssstt

Gaun berwarna biru itu sukses dia lepas dalam sekali tarikan, lalu mendorong dada si pria, kemudian berbisik seduktif di telinga kanannya,
"Ayo kita mulai intinya, om!"

Huhhh
Si pelanggan merinding mendengar bisikan suara halus Juni, yang sukses mengacaukan akal sehatnya.

Ssstt

Sekarang giliran Juni yang harus berbaring. Membiarkan pria itu euphoria dengan nafsunya.
Sengaja dia melakukan itu. Kenapa? Karena dia malas sekali jika harus banyak bicara mengenai dirinya.

Gerimis mengguyur daerah Indonesia bagian timur. Dibalik gelapnya malam, dua manusia keluar dari mobil dengan membawa satu tas kotak hitam di tangan masing-masing. Kaki-kaki jenjang itu membawa mereka masuk ke halaman sebuah rumah yang memiliki halaman sangat luas.

Salah seorang penjaga rumah si pemilik rambut kribo dan berbadan cukup besar, menanyai mereka berdua.
"Kalian siapa?"

"Saya Rudi. Dan teman saya Taemi. Kami orangnya bos Gerry." jawab salah satu nya.

Paham siapa bos mereka dan apa tujuan mereka, penjaga itu pun memandu mereka memasuki rumah itu.

Sang pemilik rumah alias bos, mempersilahkan mereka duduk bersama di ruang tamu bergaya tradisional jawa dan Bali. Mungkin dia seorang penyuka seni klasik. Atau mungkin juga dia berasal dari pulau Jawa atau Bali.

Bulu janggut dan bulu alis yang cukup panjang melengkapi wajah coklat sawo matang nya. Jika orang-orang melihat sekilas, pasti hanya akan mengira dia lelaki paruh baya biasa-biasa saja dengan perawakan tinggi yang sedang-sedang saja. Tapi jika berhadapan langsung seperti Rudi dan Taemi sekarang, akan sangat terasa aura kewibawaan seorang bos besar preman se Indonesia timur.
Setelah selesai menyesap rokok nya dia bertanya tanpa basa-basi, "Mana pesanan ku?"

Rudi dan Taemi meletakkan hati-hati tas kotak hitam yang mereka bawa tadi di atas meja. Mereka buka, dan menunjukkannya pada si bos.

Dia amati satu persatu barang dengan detail.

"Mulus." gumamnya sambil memainkan sebuah senjata api laras panjang yang dia pesan.

" gumamnya sambil memainkan sebuah senjata api laras panjang yang dia pesan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lalu,

Hampir saja Rudi jantungan ketika si bos menodongkan senjata api itu ke arah wajahnya. Tapi dia kembali ingat jika senjata api itu kosong, tanpa peluru.
Hhuft.

Dan si bos malah tertawa. Lalu berkata,
"Aku puas dengan barang-barang dari bos kalian."

Iya, barang yang dimaksud adalah beberapa senjata api dan pistol, yang biasa mereka bisnis kan di pasar gelap.

Taemi dan Rudi pun merasa lega. Terlebih lagi ketika telah diserahkan satu tas ransel berisi uang cash dihadapan mereka berdua.
Benar-benar menyegarkan mata.

"Rumahku sangat terbuka jika kalian ingin menginap dulu disini untuk beristirahat." tutur si bos.

Rudi, "Terimakasih, bos. Tapi kami masih ada keperluan, jadi kami tidak bisa berlama-lama."

"Baiklah."

Setelah berpamitan, Taemi menggendong tas uang itu.
Sedangkan dalam imajinasi dua partner ini, sudah membayangkan agenda liburan, bersenang-senang di Pulau Dewata nanti, selepas berbagi hasil dengan bos Gerry.










Setelah melakukan perjalanan darat dan melintasi pulau dengan kapal feri selama beberapa hari, kini Taemi dan Rudi telah kembali ke Jakarta. Uang telah dibagi hasil, hotel untuk berlibur di Bali pun telah dipesan. Besok mereka akan berangkat bersama dua orang anak buah lain. Jadi sekarang Taemi berencana ingin membeli beberapa kebutuhannya untuk bekal ke Bali.
Mengendarai motor Pcx nya ( motor Vario sudah dijual,omong-omong..), Taemi menikmati semilir angin siang hari yang membawa kesejukan.

"Eh? Itu orang.. kayak gue kenal." gumamnya sendiri saat hendak berbelok untuk mengisi bensin di POM.
Di seberang jalan, tepatnya di rel kereta api, dia melihat keberadaan seorang perempuan tengah berdiri sendirian. Tak hanya merasa mengenali rupanya, wajah yang menyiratkan kesedihan pun menarik perhatian Taemi untuk menghampiri. Khawatir. Bagaimana kalau perempuan itu hendak bunuh diri..

Setelah menitipkan motornya di dekat warung kopi, dia berlari. Bagaimanapun, dia manusia yang masih memiliki kepedulian.
Melihat kemunculan kereta yang tentu akan melintas, dia mempercepat larinya sambil berteriak,
"Hey! Ada kereta!"

Tapi teriakannya diabaikan.
Taemi mempercepat larinya, dan,

"Aaakh!"

Perempuan itu memekik terkejut ketika badannya ditarik seseorang, hingga terjatuh bersama-sama, dan menggelinding ke semak-semak rerumputan.

Tak lama, tanah di sekitar bergetar oleh melintasnya kereta api disertai suaranya yang berderu nyaring. Sementara dua anak manusia ini termangu dalam tatapan yang saling beradu. Masih dalam posisi terbaring di atas rumput, dengan perempuan tadi masih menindih badannya, berada diantara kedua lengannya.
Berat sekali usaha Taemi untuk bernafas.








Cut!
😄 sudah Vote?
Yuk, lanjut ke bab berikutnyaaa

[New] Persona Non Grata [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang